; stuck in the moment

938 88 9
                                    

Jalan tol Jagorawi lancar total, tidak terlihat macet sama sekali dan itu membuat mood Hema membaik. Sudah 4 hari ini mood Hema berantakan akibat Riyu yang tiba tiba saja marah kepadanya. Dan entah kenapa Hema membawa Renata ke Bogor. Ia rindu dengan Mie Kocok Mawar. Semoga saja nanti sampai sana, si abang masih buka.

Disebelahnya, Renata sama sekali tidak bertanya apapun. Dan atmosfer canggung menyel8imuti mereka. Padahal tadi waktu mereka membicarakan undangan, Renata sangat lancar jaya berbicara dengan Hema. Tidak seperti sekarang.

Renata masih memainkan kuku kukunya dan Hema masih sibuk menyetir. Didalam mobil Terios milik Hema, mereka hanya di temani lagu dari spotify Hema.

Hiv! - Sama Sama Tahu.

Hema sesekali bersenandung namun berbeda dengan Renata, ia masih tampak kaku dan tubuhnya tegang. Apalagi saat tangan Hema tidak sengaja menyenggol tangan kanannya saat Hema hendak mengganti gigi mobil.

Kenapa Renata jadi salah tingkah gini?

"Temenin gue ke Bogor." Ucap Hema dengan tiba tiba.

Renata diam saja, lagi pula jika ia menolak pun Hema tidak akan mau mengantarnya kembali pulang. Akhir akhir ini Renata tidak mengerti dengan sikap Hema, semenjak di Jogjakarta ini Hema menunjukan perubahan. Salah satunya sering mengajak Renata pulang bersama seperti ini.

Andaikan Renata tahu jika Hema masih berteman dekat dengan Riyu kemarin, mungkin Renata tidak akan mau pergi bersama ke Jogjakarta. Ia tahu siapa Riyu, apapun yang Riyu mau akan gadis itu dapatkan. Selama ia kuliah di UI, setelah 2 tahun lebih ini Renata belum pernah bertemu Riyu secara langsung.

Renata sibuk dengan dunia burung biru, sementara Hema sibuk dengan fikirannya tentang Riyu. Hema sendiri tidak menyangka jika Riyu memiliki perasaan kepadanya. Padahal selama ini Hema hanya menganggap Riyu sebagai temannya saja tidak lebih. Hema pun tidak memiliki perasaan apapun kepada Riyu.

Riyu harusnya tahu hati Hema hanya untuk satu perempuan saja, meski ia membenci perempuan itu namun jika dia meminta Hema kembali Hema akan senang hati untuk kembali, tetapi dengan sedikit permainan disana.

Hema masih larut dalam fikirannya sendiri sampai ia tidak sadar jika Renata memanggil namanya.

"Hem! Hema!"

"Eh? Kenapa Na?"

"Lo pergi sama gue, pacar lo nggak akan marah gitu?" Tanya Renata, ya maksudnya Renata hanya jaga jaga saja.

"Pacar? Yang mana?" Balas Hema.

Mendengar pertanyaan Hema, Renata langsung menatap jalanan kemudian ia terkekeh dan menyugar rambut panjangnya. Memang sebanyak itukah pacar Hema? Dari awal harusnya Renata bisa menjaga jarak pada pemuda disebelahnya ini. Jangan sampai Renata jatuh pada pesona Hema Lingga Permana, karena jika ia sudah terjatuh pada Hema itu berarti Renata harus siap jatuh untuk sakit hati.

Bagaikan Renata didorong oleh Hema ke samudra Hindia lalu Hema sendiri juga yang menarik Renata ke permukaan. Lucu bukan? Renata ingin tertawa terbahak bahak sekarang.

Awalnya Renata menganggap Hema adalah bunga Matahari yang melambangkan kesetiaan yang selalu mengikuti arah matahari. Nyatanya Renata keliru, Hema sedari dulu adalah bunga Mawar berduri yang indah namun menyakitkan jika dipeluk. Seharusnya Renata bisa menjaga jarak semenjak mereka menjadi Kahim dan Wakahim.

"Nggak." Renata menggeleng dan terkekeh.

Ada banyak laki laki di luar sana yang mendekatinya terang terangan, namun yang menurutnya menarik mungkin Hema. Bukannya Renata matre, hanya saja pemuda yang berani menawarinya bantuan saat ia sedang butuh hanyalah Hema, meskipun Renata sendiri belum menemui meminta bantuan kepada Hema.

Irreplaceable | Lee Haechan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang