02

5.5K 414 15
                                    

"Karin"

Wilo tersenyum dan memperlihatkan dimple kirinya terhadap Karina yang memasang wajah datar. Ia kembali mundur beberapa langkah dan berdiri di samping Sahya dengan posisi tubuh yang Ia buat sesopan mungkin.

"Mau ice cream? " ucap Sahya setelah Wilo berada disampingnya.

"Ice cream? " Wilo reflek menatap Sahya.

"Iya, papa bakal bolehin Wilo makan ice cream kalau Wilo bantuin dulu kak Karin beresin barang-barangnya di kamar" ucap Sahya.

Wilo pun kembali menoleh ke arah Karina dan memperhatikan koper-koper yang dibawanya dari rumah. Terdapat dua koper besar dan juga sebuah ransel yang tengah dipakai oleh gadis itu, Wilo yakin jika Karina memang membutuhkan bantuannya.

"Oke, Ilo mau bantuin kak Karin" ucap Wilo kembali menghadap Sahya.

"Tapi papa janji harus kasih Ilo ice cream" Wilo mengangkat jari kelingkingnya.

Sahya tersenyum dan menautkan jari kelingkingnya terhadap Wilo, "iya janji". Ia akan benar-benar memberi Wilo ice cream jika perintahnya sudah dilaksanakan.

Irene yang melihat itu pun merasa gemas dan tidak sadar senyumannya mengembang sendiri, ia menikmati pemandangan yang tidak terpikirkan olehnya setelah menyetujui kesepakatan kemarin. Seorang lelaki yang terlihat gagah dan berkarisma itu ternyata memiliki putri kecil yang ia rawat seorang diri.

"Oke, Karin. Kamu boleh membereskan barang-barang kamu dengan dibantu oleh anak saya. Dia akan menunjukkan kamar kamu diatas sana" ucap Sahya terhadap Karina yang menyimak sedari tadi.

"Terus mama gue? " tanya Karina dengan raut wajah dingin.

"Irene satu kamar dengan saya, jadi saya yang akan membantunya beres-beres" balas Sahya.

"Seriusan? Mama bakal satu kamar sama, lo? Lo belum resmi-" ucap Karina dengan nada jengkel.

"Karin, ikutin apa yang Sahya katakan. Dia yang akan bantuin mama buat beres-beres" Potong Irene berusaha membuat Karina diam.

"Tapi mama bakal satu kamar sama lak-"

"Nurut" ucap Irene dengan tatapan tajamnya yang membuat Karina berhenti berbicara. Ia ciut sekarang.

"Mama sama dia emang belum resmi menikah, tapi udah jadi kewajiban mama buat nurutin perkataan dia" Irene berusaha menjelaskan.

"Kamu tenang aja, saya dan Irene tidak akan benar-benat tidur bersama. Kami akan tidur dengan ranjang yang terpisah dan juga sudah ada pembatas untuk masing-masing area kami. Saya tidak akan menyuruh Irene untuk tidur satu ranjang dengan saya sebelum kita benar-benat resmi menjalin hubungan. Saya berjanji" ucap Sahya yang membuat Karina sedikit lega. Pasalnya ia tidak terima jika mamanya tidur satu ranjang dengan laki-laki yang belum sah.

"Yaudah, gue izinin lo satu kamar sama mama"

"Bahasanya" tegur Irene.

Karina menggigit bibir bawahnya gemas karena tidak tahu harus memanggil Sahya dengan sebutan apa, ia belum mau untuk memanggilnya dengan sebutan 'papa'.

"Lo-– Om Sahya maksudnya bisa satu kamar sama mama" ucap Karina gerogi.

"Tapi inget, lo–.om gak boleh macem-macem sama mama, kalau sampai om lakuin itu. Gue gak segan-segan buat batalin perjanjian kita" ucap Karina tegas.

"Akan saya ingat perintah kamu" ucap Sahya tersenyum. Ia menoleh ke arah Irene yang melontarkan senyuman ke arahnya.

"Yaudah, sekarang kamu beres-beres gih. Kasian tuh dari tadi ditungguin" ucap Irene menunjuk Wilo.

Dear Baby - WinRinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang