Jalanan sepi menghantar sebuah motor sport berwarna hitam lekat yang melaju dengan kecepatan tinggi mengikuti jalannya aspal yang terpampang lurus mengikuti cahaya lampu. Motor tersebut berhenti tepat di sebuah tempat yang terlihat sangat sepi dengan bangunan tua tak berpenghuni yang dihiasi ribuan debu dan juga bebatuan kasar yang berserakan. Seorang laki-laki berjaket merah tua pun membuka helm full face nya setelah motornya kini berada di hadapan bangunan tua tersebut, ia menuruni motor itu dengan langkah sedikit terhuyung. Tangan kekarnya mengambil satu batang rokok yang ia simpan di saku celananya, mulutnya pun mulai menghirup rokok berbatang itu dengan nikmat.
Pluk!
Sebuah benda asing tiba-tiba saja mengejutkan laki-laki itu, satu kantong plastik yang isinya entah apa tiba-tiba saja mendarat dihadapannya.
"Lo harus bayar mahal buat dapetin itu" ucap seorang laki-laki lainnya yang tiba-tiba saja datang dari arah bangunan tak berpenghuni itu sembari menyemburkan asap rokoknya ke hadapan wajah Jean.
Jean yang merupakan laki-laki berjaket merah tua itu pun tersenyum lebar dengan wajah sedikit telernya yang diakibatkan oleh alkohol. Ia sedikit mabuk setelah bersenang-senang di sebuah club malam ini.
"Dua juta tambah upah, hitung sendiri nominalnya" Jean memberikan segepok uang kepada laki-laki misterius itu lalu mengambil kantong plastik kecil yang tadi terjatuh di hadapannya. Ia pun menatap kantong plastik itu dengan intens lalu tersenyum licik dengan kedua matanya yang menukik tajam. Bahunya tiba-tiba saja ditepuk oleh sang laki-laki misterius. Laki-laki itu berjalan meninggalkan Jean dengan senyum yang lebar tanpa mengatakan sepatah kata apapun.
———
Di kediaman Elgarenth..
"Kayiiiiinnn ayo mainnn sama Ilooo"
Suara itu terdengar nyaring memenuhi ruangan bernuansa gelap yang terlihat adem dan juga tenang di mata sang pemilik. Wilo sedang berada di kamar Karina dan gadis itu kini terduduk diatas sofa sembari memangku satu set mainan monopoli yang telah ia bawa sendiri dari kamarnya. Sang pemilik kamar terlihat tidak menanggapi perkataannya sama sekali, Karina sibuk dengan laptop dan juga handphone nya tanpa peduli dengan suara nyaring yang baru saja mengaluni telinganya dengan halus.
"Kayinnnn" ucap Wilo kembali memanggil Karina yang terlihat anteng di kursi belajarnya. Gadis jangkung itu sudah mengabaikannya dari tadi sore, entah apa penyebabnya Wilo pun tidak tahu.
"Kayinnnn" rengek Wilo yang kini merasa kesal karena Karina terus saja mengabaikannya. Ia pun menghempaskan tubuhnya ke atas sofa dengan wajah yang tertekuk. Monopoli yang asalnya berada di pangkuan gadis mungil itu pun kini tergeletak begitu saja di karpet. Wilo menatap Karina yang terlihat sangat serius di meja belajarnya.
"Tim perempuan aman berarti ya, silahkan kalian semua lanjutkan berdiskusinya dan untuk kapten coach segera tunggu laporannya..terimakasih"
Helaan nafas kecil keluar dari mulut Karina, gadis ini tengah melakukan zoom meet bersama rekan tim basketnya untuk mempersiapkan pertandingan yang akan ia hadapi esok hari. Kedudukannya sebagai kapten membuat ia harus benar-benar mengambil keputusan yang menguntungkan.
"Gimana, Rin. Besok kita mau pake strategi yang mana" ucap salah seorang rekan satu tim Karina di balik layar.
Sosok gadis jangkung yang ditanya itu pun kini menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi sembari memutar-mutar kecil pulpen hitam yang terpaut di salah satu tangannya. Wajahnya yang dingin itu semakin terlihat datar dibawah suasana yang serius.