18

5K 404 61
                                    

Hari demi hari berganti, minggu demi minggu pun berlalu. Kondisi Wilo perlahan-lahan semakin membaik setelah beberapa minggu yang lalu ia mendapat perawatan penuh di rumah sakit. Namun ada sedikit kekhawatiran yang selalu mengikutinya setelah dihari itu ia mendapat kejadian dan juga perlakuan yang sangat menyeramkan dari seorang Jeandra musuh bebuyutannya. Hatinya selalu menjadi was-was jika berhadapan dengan laki-laki, namun walaupun begitu ia mempunyai sosok Karina yang siap membantunya untuk menghadapi hal itu. Gadis jangkung itu selalu berada di sisi Wilo kapan pun dan dimanapun ia berada setelah ucapannya pada Wilo di hari itu. Ia benar-benar membuktikannya melalui lubuk hati yang paling dalam.

"Gunting kertas batu!! "

"YESS ILOO MENANGGG... ILO NGUMPET... OWEN JAGA TEMBOK! " sumringah Wilo sembari berteriak. Dirinya kini tengah berada di kelas 10-1 yang terlihat sangat sepi, hanya ada ia, Rowen, Yesha dan juga Niel yang berada di dalam kelas itu.

"Anjir lah. Males banget. Mending main game anjir daripada main petak umpet" kesal Rowen yang tidak terima karena dirinya kalah beradu suit dengan Wilo. Wajahnya pun berubah menjadi malas.

"Iiihh owenn!! Kita kan udah janji mau main petak umpet.. Udah cepet sana jaga tembok, Ilo marah! " ucap Wilo sembari menarik-narik tangan Rowen dengan ekspresi kesal dan juga tidak mau kalahnya.

Dua gadis yang sedari tadi menyimak pun hanya bisa diam sembari menyaksikan drama antara Wilo dan juga Rowen.

"Udah lah, wen. Lo ngikut aja. Tempelin tuh muka lo ke tembok yang itu, nangis nanti anaknya.. kita juga yang disalahin" ucap Niel sembari bersidekap dada memperhatikan keributan kecil yang sedang berada dihadapannya.

"Bener, udah udah turutin aja. Lagian juga main petak umpet seru. Jadi nostalgia waktu SD anjir.. Si Niel ngumpet di kolong meja kepsek terus dihukum di suruh joget di depan kelas ckckckck" Yesha mengakhiri ucapannya dengan tawa yang menggema. Ia teringat zaman dimana usianya masih berada di dalam kategori usia balita. Hari itu juga Ia tengah bermain petak umpet bersama Wilo, Rowen dan juga Niel. Namun yang spesial adalah sifat kepolosan Niel yang sekarang sudah hilang entah kemana, gadis itu dengan sangat berani memasuki ruang kepala sekolah dan bersembunyi di kolong meja besar sang penguasa. Tentu saja tingkahnya itu langsung ditindak lanjuti oleh sang pemilik ruangan yang hari itu terlihat sangat menyeramkan.

"Gue jait juga anjir mulut lo.. udah dibilang jangan diinget-inget" kesal Niel sembari menyumpal mulut Yesha.

Gadis yang disumpal mulutnya itu pun malah semakin tertawa kencang tanpa menghiraukan Niel yang sudah memasang wajah kesal dan juga garangnya. Yesha memang anak yang receh dan juga random.

"Jadinya mau main juga nih, petak umpet? " tanya Rowen yang sudah berhasil dibujuk namun masih terlihat malas untuk menanggapi para teman-temannya.

Wilo dengan cepat langsung mengangguk di hadapan Rowen. Matanya berbinar dengan kedua tangan yang bersatu erat menunjukkan sikap memohon. Rowen yang melihat itu pun tentu tidak bisa menolak lagi, tatapan melas yang ditunjukkan oleh Wilo adalah kelemahannya, ia tidak bisa membantahnya.

"Yaudah gue ikut. Gue jaga tembok sekarang" Rowen pun mulai menghampiri salah satu tembok yang membatasi kelasnya dan mulai memejamkan matanya dihadapan tembok itu.

Wilo, Yesha dan Niel pun langsung bergerak untuk mencari tempat bersembunyi. Sementara Rowen berhitung, mereka berpencar dengan langkah yang rusuh.

"Gue disini anjir" ucap Yesha menghalangi tubuh Wilo untuk ikut masuk juga ke tempat persembunyiannya.

"Ishh, yaudah. Ilo mau cari lagii" kesal Wilo lalu kembali beranjak untuk mencari tempat persembunyian yang aman. Niel sudah bersembunyi dibalik tirai yang tertutup.

Dear Baby - WinRinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang