"Dah, masuk gih. Nanti sore gue jemput lagi disini" ucap Karina sembari membukakan helm yang dipakai oleh Wilo.
Mereka berdua baru saja sampai di parkiran sekolah dan hari ini Karina tidak akan memasuki gedung sekolah itu karena akan menghadapi pertandingan di sekolah lain yang menjadi tuan rumahnya. Alhasil sedari subuh pun Wilo sedikit uring-uringan karena ingin mengikuti Karina, namun pihak sekolah hanya memutuskan untuk para pemain saja yang bisa mengikuti kegiatan turnamen tersebut. Wilo tidak bisa ikut untuk menyemangati Karina.
"Kayin jemput Ilo" ucap Wilo dengan nada yang lesu, begitu juga dengan wajahnya yang terlihat badmood dengan bibir yang tertekuk ke bawah.
"Iya, nanti gue jemput disini. Kalau tandingnya sebentar juga nanti siang gue udah ada lagi di sekolah ini, lo tunggu aja sama Niel sama Yesha" balas Karina sembari menatap wajah Wilo yang tidak ada raut cerianya sama sekali. Ia tahu jika gadis itu tengah merasa sedih karena tidak bisa menyemangatinya dalam bertanding.
"Jangan badmood, cantiknya jadi hilang kalau badmood" Karina mengelus pipi Wilo dengan singkat sembari berusaha untuk membuat gadis itu kembali ceria. Mereka menjadi pusat perhatian di kalangan para murid lainnya yang berada di area parkiran ini.
"Ilo mau ikutt" rengek Wilo sembari menatap Karina dengan mata yang berkaca-kaca. Jujur saja ia ingin sekali ikut untuk menyemangati gadis jangkung itu.
Karina pun menuruni motor besarnya dan berdiri dihadapan Wilo dengan wajah yang datar. Ia simpan helm Wilo yang sedari tadi berada di genggamannya di sebuah loker khusus penitipan helm. Gadis ini pun kembali menghampiri Wilo yang tengah memainkan dasinya dengan wajah yang tertekuk kesal.
"Mau gue anterin ke kelas, hm? . Masih ada dua puluh menit lagi sebelum bel, gue berangkat waktu bel pertama dimulai" tawar Karina. Tangannya mencoba menepis kedua tangan Wilo yang sedang memainkan dasinya, ia pun merapikan dasi panjang itu yang terlihat sudah tidak beraturan karena terus saja dimainkan oleh sang pemilik.
"Kayin gapapa anterin Ilo ke kelas dulu? Kalau nanti Kayin telat terus dimarahin sama orang-orang basket gimana? Ilo ngga mau Kayin dimarahin, pokoknya kalau ada yang marahin Kayin Ilo mau pukul mukanya" balas Wilo dengan nada bicara naik turunnya seperti anak kecil.
Karina pun tersenyum menanggapi perkataan Wilo, gadis ini memang selalu terlihat menarik ketika sedang mendumel.
"Ngga, gue gabakal dimarahin. Lagian nganterin lo ke kelas juga ngga bakal sampai dua puluh menit, lo tenang aja" jelas Karina.
Wilo pun mengedip-ngedipkan kedua matanya entah bermaksud untuk apa. Namun itu mampu membuat Karina menjadi merasa semakin gemas dan berakhir mencubit pipi cimolnya dengan lembut. Wilo terkejut dengan perlakuan gadis itu.
"Kayin ngapain cubit pipi Ilo! " dumel Wilo semakin badmood.
"Dah ayo ke kelas, lama lagi nanti gue berangkatnya" Karina menarik tangan Wilo dan membawanya masuk menuju aula. Ia mengabaikan gerutuan Wilo yang semakin badmood saja karena ulahnya.
Sesampainya di depan kelas Wilo, Karina melepas genggaman tangannya terhadap Wilo agar gadis mungil itu bisa memasuki kelasnya dengan tenang. Namun bukannya masuk ke kelas, Wilo malah berdiri di hadapan Karina sembari memainkan kedua pipinya yang menggembung. Kakinya berjingkit-jingkit kecil tidak bisa diam dengan tatapan yang entah menuju kemana. Karina bingung dengan tingkah gadis itu.
"Ngga masuk? " tanya Karina bingung.
Orang-orang yang berada di kelas Wilo satu persatu mulai menampakkan wajahnya di balik jendela, mereka semua penasaran dengan apa yang ada di depan kelas mereka.
"Pukpuk nya mana" ucap Wilo sembari menatap Karina dengan tatapan canggung namun juga polos.
Karina terkejut dengan ucapan gadis itu, ia membulatkan matanya lebar-lebar namun kembali memasang wajah datar setelah sadar jika mereka berdua kini tengah disaksikan oleh teman-teman Wilo.