09

4.3K 378 70
                                    

Beberapa minggu kemudian..

"KAYINNNN"

TUK TUK TUK TUK!!

"Kayinnn bukain pintunya, tante irene ngga ada dirumah"

Wilo kembali mengetuk pintu kamar Karina dengan kuat, namun tidak ada sahutan sama sekali dari dalam.

"Kayinn Ilo mau masukk" teriak Wilo dengan wajah badmood karena ia baru saja terbangun dari tidur siangnya.

"Kayinnn" Tangan Wilo terus mengetuk pintu berwarna coklat itu hingga akhirnya ketukan itu terdengar begitu keras karena Wilo mengetuknya dengan sangat kuat dari sebelumnya. Tentu itu malah menimbulkan punggung lengannya terasa sakit karena terlalu keras membentur benda yang keras itu.

Dengan mata yang berkaca-kaca, Wilo kembali berteriak memanggil Karina yang sedari tadi tidak menyahutnya sama sekali. Pintu kamarnya terkunci, dan suasana rumah ini pun terasa sangat sepi karena Irene sedang keluar. Wilo mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut rumah besar itu dan ia tidak menemukan adanya tanda kehidupan sama sekali. Ia pun berjalan menuruni tangga dengan perasaan sedih berharap ada seseorang dibawah sana yang bisa menemaninya.

"Tante Irene, Ilo mau susu coklat... " ucap Wilo sembari menuruni tangga. Langkahnya terhenti ketika melihat keadaan dibawah sana yang gelap gulita tanpa dihidupi cahaya lampu.

"Tante Irene belum pulang" gumam Wilo dengan ketus. Ia bingung harus melakukan apa. Di rumah ini kini hanya ada dirinya saja yang tengah kebingungan.

"Kayinn mana" Dengan mata yang semakin berkaca-kaca, Wilo kembali mengedarkan pandangannya berharap ada sosok Karina yang entah dimana keberadaannya saat ini.

"Kayinn, Kayinn dimana..sini temenin Ilo.. lampunya nyalain dulu.. Ilo ngga suka gelap.. Ilo takutt" Mau sekeras apapun Wilo berbicara tentu tidak akan ada yang menyahutnya karena ia hanya sendiri dirumah ini.

"Kayinnn ih" dumel Wilo kesal dengan perasaan yang ragu untuk melanjutkan langkahnya menuruni tangga. Jujur ia merasa takut dengan ruangan-ruangan yang gelap seperti yang ada dihadapannya saat ini.

Setelah beberapa saat berdiri dengan perasaan yang ragu, Wilo pun akhirnya kembali menaiki tangga dan berlari menuju kamarnya untuk melakukan sesuatu. Gadis itu mengambil handphonenya yang tergeletak dikasur dan langsung menghubungi Irene yang sedang berada diluar sana.

"Tante Irenee, angkat telpon Ilo.. Ilo sendiri disinii" gumam Wilo sembari memainkan kakinya tidak tenang berharap Irene mengangkat telponnya. Berkali-kali gadis itu menghubungi Irene namun hasilnya ia tidak mendapat respon apapun dari wanita itu. Alhasil ia pun kembali menghubungi seseorang yang berbeda kali ini.

Tuttt.. tuttt.. tutt...

"Huaaaa, Kayin juga ngga angkat telpon Ilo.. "

Dengan gelisah Wilo terus menghubungi kontak yang sedang di telponnya sembari berharap calon saudaranya itu mengangkatnya.

Nomor yang Anda tuju sedang tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi..

Wilo menghela nafasnya frustasi, ia pun meletakkan kembali handphonenya dan memutuskan untuk turun kebawah dengan membawa sebuah pedang mainan dan juga pistol.

"Kalau ada apa-apa Ilo punya senjata ini" ocehnya sembari bersiap-siap untuk turun kebawah.

"Bely... tolong temenin Ilo kebawah ya, Ilo takut.. nanti Ilo kasih Bely temen baru" ucap Wilo terhadap boneka bebeknya yang ia genggam erat-erat sebelum beranjak keluar kamarnya.

Setelah merencanakan persiapan yang matang, Wilo pun segera bergegas menuruni tangga dengan barang-barang yang dibawanya, tujuan utamanya saat ini adalah menekan saklar lampu yang berada di berbagai sudut ruangan.

Dear Baby - WinRinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang