Satu minggu kemudian
Wilo tengah duduk di sofa sembari menonton televisi yang menampilkan film kartun favoritnya. Kedua mata bulatnya terlihat fokus dengan layar TV, tidak lupa juga dengan mulutnya yang dipenuhi oleh cemilan berbagai rasa yang telah berserakan di sekitarnya.
"Wilo" Irene tiba-tiba menghampiri dan duduk di dekat Wilo.
"Eh tante, kenapa? " tanya Wilo yang langsung membenarkan posisi duduknya agar lebih sopan.
Irene terkekeh gemas dan tersenyum, "kamu laper? " tanya Irene sembari memperhatikan sampah-sampah yang berserakan di sekitarnya.
"Iya tante, Ilo laper. Tapi ilo benci nasi, ilo ngga suka nasi. Jadinya makan snack" balas Wilo sedikit cengengesan.
"Wilo ngga suka nasi? "Irene mulai memunguti sampah-sampah yang tergeletak di depannya.
"Ngga usah diberesin tante, sama Ilo aja"cegah Wilo dan langsung memunguti sampah yang ada di tangan Irene dan juga di lantai.
Irene lagi-lagi mengembangkan senyumannya karena merasa gemas dengan tingkah Wilo yang terkesan seperti anak kecil yang begitu patuh dengan ucapan orangtuanya. Ia pun membiarkan gadis itu membereskan bekas-bekas cemilannya sendiri.
"Uuh, banyak banget perasaan" ucap Wilo dengan setumpukan kemasan cemilan kosong yang dibuangnya ke tempat sampah. Ia kembali menghampiri Irene dan duduk lagi untuk menonton.
"Tante mau nonton bareng Ilo? " tanya Wilo terhadap Irene.
Irene menggeleng, "Tante mau ajak kamu makan. Kamu belum makan loh dari tadi pagi".
"Tapi Ilo ngga suka nasi" ucap Wilo terhadap Irene.
"Ilo benci nasi".
"Kenapa Ilo bisa benci sama nasi hm?, ngga kerasa enak di lidah Ilo? " tanya Irene lembut yang membuat Wilo menatapnya sangat dalam.
"Nasi kan makanan pokok kita, masa Ilo ngga suka sih" Irene menyeka sisa snack yang menempel di pipi Wilo dengan ibu jarinya. Ia melihat tatapan gadis ini yang mulai menghangat dan bisa Ia rasakan bahwa Wilo merupakan sosok anak yang perasa.
"Ilo ngga suka nasi" ucap Wilo tanpa memutus tatapannya terhadap Irene. Ada rasa aneh yang dirasakan oleh Wilo ketika wanita itu menyebut namanya dengan sebutan 'Ilo'. Rasa yang seolah-olah pernah Ia rasakan sebelumnya lalu tiba-tiba muncul kembali setelah menghilang entah kemana.
"Alasannya? " balas Irene.
Wilo terdiam, ia mulai berfikir untuk menjawab pertanyaan Irene.
"Hayoo, ngga bisa jawab" Irene tersenyum melihat wajah Wilo yang terlihat bingung.
Wilo pun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena merasa malu, Ia pun sebisa mungkin untuk tetap menatap Irene saat berbicara.
"Mana mungkin sih manusia ini ngga suka sama nasi, manusia aneh kalau gitu".
" Tapi Ilo beneran ngga suka nasi tante, Ilo ngga mau makan nasi"ucap Wilo yang sedikit merengek karena Irene menganggap dirinya berbohong.
"Tante bakal percaya kalau sekarang Ilo ikut tante ke dapur" balas Irene.
"Makan nasi? " tanya Wilo.