26

3K 264 54
                                    

Trek! Jhsssssssssssss

Cipratan air yang berasal dari kaleng minuman keras berbentuk tabung terlihat menyiprat membasahi wajah seorang laki-laki tampan yang tengah menikmati waktu santainya dengan bergerak bebas mengikuti alunan musik yang terputar di dalam rumah mewahnya. Laki-laki itu terlihat sangat bersemangat lantaran sebuah hal yang beberapa jam lalu baru saja ia lakukan, Jean kini sedang berpesta setelah ia berhasil membuat mantan kekasihnya itu terbaring tak berdaya diatas ranjang rumah sakit.

"Minum, Le!.. Kita berdua udah berhasil bikin si berengsek itu celaka sampai mampus ckckckckck" Jean mengangkat kaleng minumannya sembari berjoget ria dihadapan speaker yang telah ia keraskan volumenya hingga full. Anggap saja rumah mewahnya kini terlihat seperti club malam yang hanya dipijaki oleh dua orang saja.

"Gue seneng banget, kak. Akhirnya lo bisa balas dendam sama si cewek berengsek itu. Kayaknya dia lagi menderita di kasur rumah sakit ckckc" Lean tertawa menanggapi perkataan sang kakak. Ia ikut membuka kaleng minumannya lalu mulai meneguknya di dalam suasana yang hura.

Jean tersenyum lebar, ia merasa sangat puas setelah melakukan aksi kriminalnya. Karina telah berhasil didapatkannya untuk membalaskan dendamnya terhadap gadis jangkung itu.

"Bukan menderita lagi, gue jamin si berengsek itu sekarang lagi sekarat dirumah sakit. Lo liat kan mobil kita secepet apa waktu nabrak tuh cewek. Udahlah, bentar lagi juga bakalan mati. Kita tunggu aja kabar dukanya" Dengan santainya Jean berkata seperti itu dengan diiring tawa bahagia yang menggelegar menggambarkan keberhasilan. Ia benar-benar merasa puas dengan aksi gilanya.

"Ck, chill kak. Tuh cewek emang udah tolol banget dari awal, gampang banget dikibulin. Lo tau waktu gue awal-awal datang kesini? Gue pernah ngehajar itu cewek di hadapan sirkel-sirkel tongosnya. Orang-orang itu emang tolol banget karena berhasil dikibulin sama sandiwara gue, gue rela berlutut dihadapan adik cungkring si cewek berengsek itu buat minta maaf. Padahal, ck gak sudi banget gue mohon-mohon ampun kek gitu. Gue rela ngelakuin itu gara-gara ada kak Naresh yang ngebelain mereka" Lean menyahuti perkataan Jean. Ia juga kini tengah merasa bahagia dengan keberhasilan kakaknya.

"Pokoknya, lo harus jauh-jauh sama si Naresh. Jangan sampai tuh orang tau kalau kita berdua yang udah bikin Karina sekarat—mati maksudnya. Naresh bakalan langsung bertindak kalo dia sampe tau kelakuan kita berdua. Gue udah pesen tiket ke Amerika, besok kita bakalan say goodbye ke negara yang anjing ini"

"Oke, gue akuin lo hebat. Bocah-bocah tolol itu ngga bakal bisa nemuin kita berdua mulai besok" Lean tersenyum kecil. Ia menatap sang kakak dengan tatapan yang sangat bangga.















































_________























Tit... Tit... Tit...

"Gimana, dok? "

Gelengan kecil dilontarkan oleh seorang dokter terhadap sang perawat yang berada di hadapannya, ia memberikan tatapan bermakna ke arah perawat itu sembari terus memeriksa keadaan pasiennya yang kini terbaring tidak berdaya diatas ranjang ruang ICU.

"Keadaannya semakin memburuk dari dua jam yang lalu, kita hanya bisa memberinya obat-obatan sambil terus di pantau. Dia masih ingin berjuang untuk melawan rasa sakitnya" ucap Sang dokter. Perawat yang berada di hadapannya itu pun hanya bisa mengangguk sembari menatap malang ke arah pasien nya.

Dokter yang terlihat gagah dengan jas putihnya itu pun mulai beranjak meninggalkan ranjang Karina, ia berjalan menuju pintu ruang ICU dengan langkah yang sangat tegap. Di luar sana sudah terdapat orang-orang gelisah yang menunggu kehadirannya di hadapan mereka, keluarga dari pasien malang tadi terus saja berdatangan dengan raut wajah yang mengkhawatirkan.

Dear Baby - WinRinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang