14

4K 318 34
                                    

Hari demi hari berganti dan matahari pun selalu terbit dari timur untuk menyinari dunia. Malam itu menjadi malam yang absurd dan juga menakjubkan bagi Wilo, sosok saingan yang sedang ia saingi itu ternyata sudah lebih dulu kalah dari apa yang ia harapkan. Karina benar-benar mengakhiri hubungannya dengan Jean.

Pagi ini di ruang makan kediaman Elgarenth, seperti biasa ke empat insan itu tengah menyantap sarapannya masing-masing sebelum menghadapi berbagai kegiatan yang akan menyambut mereka di hari yang cerah ini. Semuanya terlihat anteng dengan kegiatan mengunyah dan juga menyantapnya. Suasana hening menyelimuti mereka semua, hanya terdengar suara pantulan sendok dan juga piring yang menggema di ruangan tersebut.

"Sarapan Ilo sudah habis.. Yeayyy Ilo yang pertama" girang si gadis mungil berambut pendek setelah menghabiskan satu mangkuk serealnya. Ia pun lanjut meneguk susu coklat hangat yang sudah menantinya sedari tadi.

"Hati-hati tersedak" ucap Sahya.

Wilo mengabaikannya dan hanya menatap singkat ke arah pria bertubuh kekar itu. Kedua tangannya sedang sibuk menggenggam satu gelas susu yang sedang ia teguk dengan lumayan rusuh, tenggorokannya merasa haus setelah menelan hidangan yang baru saja ia habiskan.

"Karin boleh bawa motor, ma? " ucap Karina tiba-tiba.

Irene yang mendengar itu pun langsung terkejut dan hampir saja tersedak oleh hidangannya sendiri, ia pun buru-buru meneguk air putihnya sebelum menjawab ucapan si sulung.

"Kayin mau bawa motor kemana? " tanya Wilo yang ikut nimbrung setelah menghabiskan satu gelas susunya. Kedua pipinya kembali penuh dengan empat buah anggur yang ia masukkan sekaligus ke dalam mulutnya.

"Diem, gue ngga ngomong sama lo" balas Karina acuh. Wilo pun menatapnya dengan sinis dan memutuskan untuk diam dengan wajah yang kesal.

"Coba ngomong satu kali lagi, mama kurang memperhatikan tadi" ucap Irene.

Dengan wajah tegang setengah mati, Karina menghela nafasnya singkat lalu menatap Irene dengan tatapan tidak tenang. Wanita itu mulai menatapnya dengan tatapan tajam.

"Pilih saja motor yang mau kamu pakai, saya akan memberikan kuncinya. Mau dipakai ke sekolah kan? " Sahya menyelesaikan suapan terakhirnya lalu segera meneguk air putihnya untuk melegakan kerongkongan.

Karina yang mendengar itu pun lantas terkejut dan langsung merasa canggung, mengapa Sahya mengetahui tujuannya dan langsung menyetujuinya begitu saja tanpa berpikir terlebih dahulu. Ia pun beralih menatap Irene yang sedari menatapnya dengan tajam.

"Karina" ucap Irene yang membuat Karina jadi enggan menatap kedua bola matanya. Jujur saja ia kurang setuju jika Karina membawa motor ke sekolah, karena waktu itu gadis ini malah menyalahgunakan nya untuk balapan liar di lingkungan sekolah.

"Karina!! " Wilo malah mengikuti Irene yang sedang mengintimidasi Karina, nada bicaranya ia buat semirip mungkin seperti Irene dengan kedua tangannya yang berkacak pinggang seperti sedang memarahi seseorang, wajahnya yang masih kesal itu juga ia tunjukkan dengan mulut yang bergerak untuk mengunyah buah anggur.

"Kasih tau mama apa alasan kamu mau bawa motor ke sekolah" ucap Irene.

"Kasih tau Ilo apa alasan Kayin mau bawa motor kesekolah" turut Wilo.

"Wilo El! " tegas Sahya terhadap sikap putri tunggalnya itu. Ia pun menyuruh Wilo untuk diam dengan isyarat wajah seramnya.

"Papa jelek" Wilo akhirnya kembali diam dengan wajah yang tertekuk. Ia pun kini hanya menyimak.

Sementara Karina yang sudah merinding setengah mati, ia berusaha menelan salivanya dengan susah payah setelah Irene mengintimidasi nya dengan sangat tajam. Ia pun berusaha untuk menatap kedua bola mata wanita itu untuk terus berbicara.

Dear Baby - WinRinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang