Hari minggu menjadi hari yang paling ditunggu bagi banyak orang. Selain menjadi hari libur, hari minggu juga biasanya digunakan orang untuk berkumpul bersama keluarga. Sama seperti yang dilakukan oleh keluarga Narendra yang saat ini sedang bersantai menikmati hari minggu di ruang keluarga.
Ayah Rudi yang sedang fokus pada koran pagi harinya, dan Ibu Santi yang sibuk dengan olahan masakan untuk disantap oleh keluaga menjadi rutinitas minggu pagi keluarga ini. Terlihat si sulung Kinan yang sedang fokus pada gadjet di tangannya dan si bungsu Kintan yang fokus pada tayangan televisi yang menampilkan serial kartun kesukaanya.
"Ra, katanya Himpunan kamu mau bikin acara ya dalam waktu dekat ini? Rencananya mau ngundang band apa?" Tanya Kinan yang kini memecahkan keheningan diantara tiga bersaudara itu.
"Iya teh, rencananya sih beberapa bulan lagi, tapi masalah guest star nya masih bingung. Ada saran gak teh? Kak Bagas malah ngasih tugas berat banget sama aku buat siapa guest star nya." Keluh Kiara yang akhir-akhir ini pikirannya tidak akan jauh dari acara Himpunan.
"Bukannya Himpunan kamu bakal dibantuin sama Aiden ya buat susun konsep acara ini?"
"Hah teteh tau dari mana a Aiden bakal bantuin acara himpunan aku?"
"Iya kemarin Aiden bilang mau bantuin acara Himpunan kamu tapi gatau kelanjutannya katanya sih kamu nya gak mau dibantuin sama Aiden."
"Loh kakak kenapa gak mau dibantuin sama a Aiden?" Tanya Kintan yang tiba-tiba saja nimbung pada obrolan kedua saudaranya.
"Iya Ra, kamu kenapa gak mau dibantuin sama Aiden?" Mendapat pertanyaan dari Kinan membuat Kiara bingung harus memberi jawaban apa terhadap pertanyaan yang Kinan lontarkan, tidak mungkin kan jika Kiara mengatakan yang sebenarnya kepada Kinan alasannya menolak bantuan Aiden.
"Gapapa sih teh Cuma sungkan aja sama a Aiden, takut ganggu kesibukan dia yang lagi nyusun." Ucap Kiara dengan pasti agar Kinan tidak menaruh curiga pada jawaban yang Kiara berikan.
"Kamu ini gapapa, Aiden tuh orangnya santai gak akan nolak buat bantuin orang lain, apalagi yang mau dibantuin ini calon adik iparnya." Ucap Kinan pada Kiara
"Hah emang teteh mau nikah sama a Aiden ya?" Tiba-tiba pertanyaan terlontar dari si bungsu yang kini sibuk dengan cemilannya.
"Eh apa ini nikah-nikah? Emangnya siapa yang mau nikah?" ayah Rudi yang tiba-tiba masuk pada obrolan ketiga gadisnya itu.
"Ini katanya teteh mau nikah sama a Aiden yah." Jawab Kintan dengan polosnya
"Engga ya, teteh harus sekolah advokat dulu terus S2. Baru deh boleh mikirin nikah. Inget ya teh jangan kepancing sama trend nikah muda. Ayah sama ibu masih sanggup buat sekolahin teteh sampai tinggi pokoknya. Pacaran boleh, kalau mau nikah sekarang ayah gak akan kasih ijin dulu."
"Siapa juga yang mau nikah sekarang-sekarang yah, ini mah dasar aja Kintan tiba-tiba bilang gitu." Ucap Kinan sambil meleparkan bantal kursi ke wajah Kinan karena merasa kesal karena perkataan Kintan, kini ayahnya malah membahas tentang larangannya menikah muda dengan Aiden.
"Apaan sih teh emang bener kan tadi teteh bilang gitu." Merasa tak terima dengan tindakan yang dilakukan oleh Kinan, Kintan membalas perlakuannya dengan melempar bantal juga ke wajah Kinan.
"Udah ah jangan pada ribut, nih mending sekarang kita makan kue buatan ibu mumpung masih hangat." Tiba-tiba ibu datang dari dapur dengan membawa kue buatan ibu yang masih mengepul karena baru diangkat dari oven.
●●●
Ra gimana sama keputusan lo? Udah hubungin Aiden? Gue tau lo pasti bisa Ra, karena gak ada yang bisa gue andelin selain lo.
Tiba-tiba chat whatsapp yang masuk dari Bagas membuat mood Kiara di hari minggu ini menjadi bad mood. Niat awal ingin menikmati drakoran sepanjang hari malah gagal karena chat yang baru saja Kiara terima.
Lama-lama Kiara muak jika setiap hari ditanya tentang koordinasinya bersama Aiden. Rasanya Kiara ingin menghilang dari permukaan saat ini juga.
Lama tak mendapat balasan dari Kiara, muncul panggilan dari Bagas. Ingin sekali Kiara mengabaikan panggilan dari Bagas, namun rasanya kurang sopan jika Kiara mengabaikan panggilan dari Bagas.
"Jadi gimana Ra sama keputusan lo?" ujar Bagas dari seberang telpon
"Iya kak nanti gue hubungin kak Aiden nya." Jawab Kiara karena rasanya tidak ada pilihan lain selain mengiyakan perintah dari Bagas agar terhindar dari teroran bagas setiap hari nya.
"Oke thanks ya Ra."
Setelah mematikan sambungan dengan Bagas, kini tangan Kiara bergulir mencari kontak Aiden untuk menghubungi Aiden. Rasa Kiara masih kurang yakin dengan apa yang akan Kiara lakukan, namun Kiara tidak ada pilihan lain selain menghubungi Aiden demi kelancaran acara Himpunan.
Sorry ganggu a, bisa ketemu gak hari ini jam 3 sore? Ada yang mau aku bicarakan tentang acara Himpunan.
Kiara mengirimkan teks pesan kepada Aiden tanpa salam pembuka dengan singkat dan padat. Centang dua abu-abu sudah Kiara lihat dalam room chat nya berarti pesan yang Kiara kirimkan sudah terkirim namun belum dibaca oleh Aiden.
Tak lama muncul notifikasi pesan dari Aiden.
Bisa Ra, kita ketemu di cafe biasa aja ya.
●●●
20 menit mengendarai motor kesayangannya, Kiara sampai di cafe tempatnya bertemu dengan Aiden. Setelah masuk kedalam cafe yang tidak terlalu banyak pengunjung ini, Kiara mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Aiden.
Kiara melihat Aiden tengah duduk bersandar pada kursi nya di sebelah ujung cafe dekat dengan jendela yang menampilan pemandangan jalanan Kota Bandung. Kiara segera menghampiri Aiden dan mengambil kursi di depan Aiden.
Melihat ada pergerakan pada kursi di depannya. Aiden mengalihkan pandangannya dan matanya bersitatap dengan mata Kiara. Aiden menyambut Kiara dengan senyumannya namun terbalik dengan Kiara yang kini merasa kurang nyaman karena bertemu kembali dengan Aiden.
"Hem langsung to the poin aja ya a, aku ajakin ketemu Cuma mau bilang kalau aku terima bantuan a Aiden yang bakal bantuin konsep acara Himpunan." Ucap Kiara dengan langsung tanpa ada aba-aba karena ingin segera mengakhiri pertemuannya dengan Aiden.
"Oke Ara, Aa bakal bantuin kamu, tapi boleh aa tahu alasan kamu berubah pikiran secepat ini?"
"Kalau pembahasannya diluar konteks acara mending aku pergi aja ya a, nanti kita atur pertemuan lagi sama anggota divisi acara yang lain."
"Oh oke sorry kalau kamu kurang nyaman sama pertanyaan aa barusan."
Setelah mengucapkan kalimat itu, kini suasana diantara keduanya menjadi hening, tidak ada yang berani memulai kembali pembicaraan. Aiden yang merasa bingung karena tahu kalau Kiara tidak mau terlalu lama terlibat obrolan dengannya. Namun Aiden juga tak rela jika momen seperti harus cepat berlalu, karena jarang sekali Kiara mengajaknya bertemu walaupun hanya untuk kepentingan acara Himpunan.
"Bentar deh, sebenarnya aa udah pernah bikin ini buat konsep acara BEM tapi gak kepake karena kurang cocok di BEM FK. Barangkali kamu mau lihat dulu boleh deh ni." Ucap Aiden sambil menyerahkan Macbook nya kepada Kiara. Kiara menerima Macbook milik Aiden, namun sebelum melihat pada layar, Kiara malah fokus pada stiker yang menempel di bagian bawah keyboard macbook Aiden.
Walaupun stiker dengan gambar seperti itu memang banyak di pasaran dan pasti banyak yang menggunakan, namun hati kecil Kiara meyakini bahwa stiker itu adalah stiker yang pernah ia berikan kepada Aiden beberapa tahun yang lalu. Jika Aiden masih menyimpan barang sekecil yang pernah Kiara berikan, apakah Aiden juga masih menyimpan barang lainnya?
Dan apakah itu juga artinya Aiden masih menyimpan Kiara ditempat yang sama? Apakah Aiden masih memiliki perasaan yang sama? Kiara tidak ingin menaruh harap lebih lagi pada Aiden, namun apakah boleh jika Kiara berharap bahwa Aiden masih memiliki perasaan yang sama kepada Kiara? Perasaan seperti beberapa tahun yang lalu.
*
*
*
To be continue
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Choice
RomanceApakah terlahir sebagai anak tengah itu harus selalu mengalah sama kakak agar terkesan menghormati? Apakah terlahir sebagai anak tengah juga harus selalu mengalah sama adik sebagai rasa sayang? Jika keduanya itu benar, lantas kapan saatnya anak teng...