Suasana kantin sangat ramai, orang berlalu lalang bergantian keluar masuk arena kantin fakultas ilmu komunikasi. Namun ramainya kantin tidak membuat Kiara tertarik untuk melihat sekitar, Kiara memilih untuk diam dan mendengarkan ocehan Nadira yang sejak tadi lapar karena makanannya lama diantar serta ditambah kesal karena menunggu kedatangan seseorang.
Mata Kiara seakan terkunci pada satu titik dimana dua orang yang sedang duduk tak jauh dari mejanya. Mereka seakan lupa dengan sekitar karena terlalu asik dengan dunia yang mereka ciptakan. Entah apa yang Kiara rasakan saat ini, namun pikirannya seakan berkelana sejalan dengan pandangannya yang terus terkunci satu titik.
"Silahkan pesanannya neng. Maaf lama nunggunya ya neng" ucap mang Jaja salah satu penjual di kantin fakultas.
"Ah akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Makasih ya mang." Ujar Nadira yang sudah tidak sabar ingin menikmati mie ayam buatan mang Jaja.
"Silahkan dinikmati neng, mang Jaja permisi dulu ya neng." Setelah mang Jaja mengantarkan pesanan mie ayam Kiara dan Nadira, kini Nadira langsung memakan pesanannya karena perutnya sudah tidak bisa diajak kompromi.
Ditengah kegiatannya yang sedang memakan mie ayam, Nadira melihat Kiara hanya bengong sambil mengaduk-aduk mie ayam di depannya. Mata Kiara masih fokus kedepan dengan tatapan kosong. Nadira mengikuti arah pandang Kiara, seakan sadar atas apa yang sahabat nya lihat dan menyebabkan sahabat ini bertingkah seperti orang bodoh. Nadira kaget dan panik karenanya yang mengajak Kiara makan di kantin dan memilih tempat duduk sehingga menyebabkan Kiara harus melihat kegiatan dua orang tersebut.
"Are you okay Ra?" Nadira khawatir melihat Kiara dengan ekspresi dan tatapan yang kosong.
"Aku gapapa Nad, santai aja, yuk lanjutin makannya biar cepet pergi dari sini." Kiara menampilkan senyum yang ia paksakan agar Nadira tidak khawatir dengan apa yang Kiara rasakan saat ini.
Walaupun Kiara tersenyum dan terus meyakinkan Nadira bahwa ia baik-baik saja, mata Kiara tidak bisa bohong. Bahwa sebenarnya Kiara tidak baik-baik saja sejak ia melihat dua orang yang duduk tak jauh dari tempat duduknya.
Kiara dan Nadira yang sedang menikmati makanannya tiba-tiba dikagetkan dengan kedatangan dua orang yang sebenarnya ingin Kiara hindari. Namun semesta tidak mendukungnya. Orang tersebut malah duduk di salah satu kursi yang masih kosong.
"Ra nanti bilangin ya ke ayah sama ibu, teteh pulangnya telat ada urusan dulu, mau cari buku buat referensi skripsi. Teteh juga udah chat ibu tapi belum dibales. Jadi nanti pas kamu pulang, bilang ke ibu ya." Ucap Kinan sambil menatap Kiara.
Kinan Eka Narendra, anak pertama keluarga Narendra sekaligus kakak bagi Kiara. Mahasiswi semester 7 fakultas hukum yang sedang sibuk skripsi. Banyak orang yang tidak tahu jika Kiara dan Kinan adalah saudara kandung karena keduanya yang jarang terlihat bareng dilingkungan kampus.
"Iya nanti aku sampein ke ayah sama ibu. Teteh pergi nya sama siapa?" Kiara bertanya pada Kinan namun pandangan nya malah fokus pada mie ayam di depannya seakan mie ayam itu lebih menarik dari pada obrolannya dengan Kinan.
"Teteh pergi sama Aiden. Paling teteh pulang sekitar jam 9 atau jam 10 malam. Kamu tenang aja Aiden bakal anterin teteh sampe rumah. Iya kan Bi?" Kinan bertanya pada Aiden yang berstatus sebagai pacarnya. Aiden Pratama mahasiswa kedokteran semester 7 yang kini sedang sibuk menyelesaikan tugas akhir sebelum ia terjun ke dunia koas.
Kinan langsung beranjak pergi setelah berbicara dengan Kiara sambil menggandeng tangan Aiden. Namun pandangan Aiden tak lepas dari seorang gadis yang sedang mengaduk-aduk mie ayam tanpa berani mengangkat kepalanya.
Setelah Kinan dan Aiden menghilang dari pandangan Kiara, kini pikirannya kembali berkecamuk tentang kenapa harus dia dan kenapa masih ada yang tersisa.
.
.
.
TBC
Jangan lupa vote, komen dan share ya teman-teman
See you-11 Februari 2023-
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Choice
RomanceApakah terlahir sebagai anak tengah itu harus selalu mengalah sama kakak agar terkesan menghormati? Apakah terlahir sebagai anak tengah juga harus selalu mengalah sama adik sebagai rasa sayang? Jika keduanya itu benar, lantas kapan saatnya anak teng...