Hari ini suasana rumah Kiara sangat ramai. Semua anggota keluarga sedang bersiap-siap karena hari ini ada acara kumpul keluarga besar dari sang ibu. Biasanya jika acara seperti ini akan dihadiri oleh banyak orang seperti om tante beserta anak-anaknya juga kakek dan nenek Kiara yang masih lengkap.
"Teh tolong susun bunga ini buat disimpen di meja depan ya. Bunga yang kemarin kayanya kurang fresh." Teriak ibu dengan hectic karena mempersiapkan acara ini harus dengan perfect. Bagi ibu mempersiapkan untuk acara kumpul keluarga besar seperti ini butuh effort yang sangat besar karena nantinya juga akan banyak penilaian dari sanak saudara. Bukan hanya penilaian terkait masakan dan juga tatanan dalam rumah. Namun penilaian terkait ketiga putri nya pun sering kali ibu terima dengan komentar yang positif dan negatif.
Oleh karena itu ibu sering kali meminta ketiga putri nya untuk tampil perfect di depan semua anggota keluarga besarnya. Kumpul keluarga besar sering kali dijadikan ajang pembanggaan masing-masing putra-putrinya dibandingkan melepas rasa rindu satu sama lain dengan keluarga.
Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang semua para sanak saudara sudah saling berdatangan mengunjungi kediaman ayah Rudi. Semuanya sudah berkumpul di ruang keluarga yang dapat menampung beberapa anggota keluarga.
"Teh Kinan gimana skripsinya? Kira-kira wisuda kapan nih?" tanya Om Amar yang merupakan adik bungsu dari ibu Santi.
"Lancar om, doain nya tahun ini wisuda." Jawab Kinan dengan senyumannya
"Wah bagus teh. Nanti rencananya kalau udah lulus mau langsung kerja di firma hukum nya ayah atau gimana nih?" Timpal tante Ririn yang merupakan istri dari om Amar
"Masih bingung sih tan, tapi disuruh sama ayah harus lanjut dulu advokat."
"Iya emang harus gitu teh biar gak tanggung, Reyhan anak tante juga kan baru lulus kedokteran sama tante di suruh ambil spesialis biar gak kagok" Bangga tante Ririn pada semua sanak saudaranya.
"Kalau adek rencana mau lanjut kuliah ngambil jurusan apa?" Tanya tante Rere yang merupakan kakak sulung dari ibu Santi.
"Kalau kampus maunya ke UNPAD aja tan, kalau jurusan kayanya mau ambil hukum sih."
"Wah emang keren ini semua anaknya Santi masuk hukum semuanya, kayanya sih nerusin jejak ayahnya ya." Ucap Rere tengan tawa renyahnya dan semua orang ikut tertawa dengan gurauan yang Rere sampaikan.
"Kiara kenapa dulu gak ngambil hukum? Kan enak kalau ngambil hukum biar bisa sama kaya ayah terus teh Kinan juga." Tanya tante Ririn yang mulai mengusik ketidaknyamanan Kiara. Pasalnya jika membahas mengenai jurusan kuliah amat sangat sensitif bagi Kiara.
Sebelum memutuskan untuk mengambil jurusan jurnalistik ini Kiara banyak ditentang oleh keluarganya. Bukan hanya ayah dan ibu saja yang menentang, namun juga om tante dari pihak ibu yang memang rempong dan julid ikut andil menentang pilihan Kiara.
"Hem fashion aku nyamannya di jurnalis tante, kalau aku kuliah di jurusan hukum takut kuliah aku malah gak seirus." Jawab Kiara sebisa mungkin tanpa terlihat emosi karena ucapan dari tante Ririn.
"Oh gitu, kirain tante emang kamunya aja yang kurag serius belajar sampai di tolak PTN." Sarkas tante Ririn pada Kiara. Kiara sudah biasa menerima perkataan seperti ini. Makanya Kiara amat menghindari jika adanya kumpul keluarga besar dari pihak ibu.
"Udah ah ngobrolnya lanjut nanti aja, sekarang kita ke meja makan yuk. Nenek sama kakek udah lapar ini mau makan." Lerai nenek yang paham akan situasi jika dibiarkan akan semakin memanas.
Semua anggota keluarga beralih menuju meja makan. Disana sudah tersaji beberapa menu makanan yang akan memanjakan lidah dan perut anggota keluarga besar. Setelah menikmati hidangan makan siang, semua anggota keluarga kembali berkumpul di ruang keluarga. Berbeda dengan Kiara yang kini harus menyelesaikan tugas nya untuk membersihkan semua alat makan yang telah digunakan.
Terlalu fokus pada pekerjaan nya membuat Kiara tidak sadar jika ada seseorang yang tengah berdiri di belakang nya sambil memperhatikan Kiara yang sedang mencuci piring kotor.
"Long time no see Ara." Sahut seseorang dan membuat Kiara menolehkan kepala ke sumber suara yang berada di belakangnya.
"Loh A Reyhan. Kapan datang a?"
"Barusan, sorry telat nih jadi gak kebagian deh acara makan-makannya." Canda Reyhan disertai senyuman menawannya.
"Yah kenapa bisa telat sih a datangnya?"
"Kebetulan tadi pasien banyak Ra, aa juga ada jadwal operasi hari ini makanya datang telat. Ini juga sempet-sempetin waktu datang ke sini. Udah lama ya Ara kita gak ketemu. Terakhir ketemu itu kalau gak salah waktu kamu mau masuk kuliah kan?"
"Iya a udah hampir 2 tahunan kita gak ketemu. Aa sih jadi dokter muda yang super sibuk dan pastinya jadi incaran banyak suster sama incaran para pasien nih hahaha" tawa Kiara yang renyah mengisi suasana dapur menjadi hangat.
Kedatangan Reyhan tiba-tiba membuat mood Kiara menjadi kembali berubah lebih baik. Walaupun Reyhan anaknya tante Ririn tapi Reyhan sangat berbeda dengan tante Ririn.
"Ya lumayan lah Ra, di rumah sakit aa jadi idola. Kamu tahu sendiri kan sepupu kamu yang satu ini tampannya diatas rata-rata." Dengan rasa percaya dirinya Reyhan menyombongkan diri di depan Kiara.
"A mau tanya deh. Emang jadi dokter sesibuk itu ya?" Tanya Kiara yang penasaran dengan kesibukan seorang dokter yang tiba-tiba terlintas di pikiran Kiara.
"Kenapa nih tiba-tiba tanya gitu? Lagi deket ya sama dokter muda kaya aa? Atau lagi deket sama anak FK di kampus kamu?" Selidik Reyhan dengan wajah tengilnya kepada Kiara
Mendapat pertanyaan seperti itu dari Reyhan membuat Kiara salah tingkah, pasalnya Kiara juga tidak mengerti kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu. Pertanyaan itu justru tiba-tiba saja meluncur dari pikiran random Kiara yang penasaran dengan kesibukan seorang dokter.
"Ya gimana ya jadi dokter itu sama ko kaya profesi lainnya. Pasti punya kesibukannya masing-masing. Ya dibilang sangat sibuk bisa jadi, di bilang punya waktu luangnya juga dokter punya waktu luang kalau gak ada jadwal. Makanya kalau pacaran sama dokter jangan harap dapat kabar 24 jam karena biasanya dokter gak selalu pegang handphone setiap saat, jadi gitu Ara. Ah aa tahu kenapa kamu tiba-tiba tanya kaya gitu."
"Kamu masih sama dia Ra?" tiba-tiba Reyhan bertanya pada Kiara dan membuat Kiara menengang di tempat.
"Maksudnya a? Kiara gak ngerti deh." Jawab Kiara yang berusaha menutupi keterkejutannya dan mengalihkan Reyhan pada pembicaraan lain.
"Udah kamu gak usah bohong, perlu aa perjelas pertanyaannya? Kamu masih ada hubungan sama Aiden?"
"Kamu punya hubungan apa kak sama Aiden?" Tiba-tiba pertanyaan dari Kinan yang berniat untuk mengambil cemilan di dapur namun tak sengaja mendengar obrolan dari Kiara dan Reyhan.
"Hem gak ada hubungan apa-apa teh. Ini A Reyhan Cuma nanya hubungan teteh sama a Aiden gimana sekarang." Jawab Kiara berusaha membuat Kinan untuk percaya dengan apa yang disampaikannya
"Iya nan, aa Cuma tanya kabar Aiden soalnya dia udah lama gak kelihatan nongkrong. Kayanya sih makin bucin aja ya sama kamu."
"Gak gitu a, justru sekarang juga aku sama Aiden lagi mengurangi intensitas ketemu soalnya kita lagi sibuk-sibuknya sama skripsi. Apalagi Aiden yang mau mendekati masa-masa koas."
"Oke deh kalau gitu, aku ke depan dulu ya a." Pamit Kinan setelah membawa beberapa cemilan yang dia ambil dari dalam rak di dapur.
Setelah Kinan pergi, kini Reyhan dapat melihat raut wajah Kiara yang tidak seceria tadi ketika mereka memulai obrolan.
"Are you okay Ra?" tanya Reyhan yang khawatir karena Kiara sepertinya tidak sedang baik-baik saja jika membahas mengenai Aiden.
"Aku gapapa a. Tenang aja. Itu udah berlalu ko. Sekarang kan a Aiden udah bahagia sama teh Kinan. Life goes on. A Aiden aja udah bahagia, masa aku masih terjebak nostalgia sih kan gak lucu banget." Jawab Kiara disertanyi tawanya agar tidak menampilkan raut kesedihan.
Kiara memang pintar dan ahli dalam menyembunyikan perasaannya. Namun Kiara tidak pintar menyembunyikan perasaannya dihadapan Reyhan yang sudah sangat dekat mengenal Kiara. Kiara pikir akan selalu baik-baik saja jika membahas mengenai Aiden. Namun ternyata Kiara masih harus beradaptasi jika orang lain selalu berbicara mengenai Aiden Pratama.
*
*
*To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Choice
RomanceApakah terlahir sebagai anak tengah itu harus selalu mengalah sama kakak agar terkesan menghormati? Apakah terlahir sebagai anak tengah juga harus selalu mengalah sama adik sebagai rasa sayang? Jika keduanya itu benar, lantas kapan saatnya anak teng...