Part 27

689 13 0
                                    

Mendapat peringatan dari sang ibu membuat Kiara merasa tidak adil. Sang kakak Kinan yang memiliki kebebasan untuk keluar rumah berbeda terbalik dengan Kiara yang sangat sulit untuk keluar rumah. Entah lah rasa nya semakin hari perhatian dan perlakuan ayah dan ibu pada Kiara dan kedua saudara nya sangat berbeda sekali.

Saat Kiara sedang berbaring di ranjang kamar nya, tiba-tiba terdengar dering ponsel milik Kiara yang menandakan ada nya penelpon. Saat terlihat ternyata nama Nadira sebagai penolpon nya.

Halo Ra, kamu masih di mana? Ko aku tungguin gak ada ya.

“Aduh sorry Nad, aku gak bisa anter kamu, soalnya aku gak bisa keluar karena harus bantuin ibu. Sorry ya belum ngabarin, malah bikin kamu nunggu kaya gini.”

Yah yaudah deh gapapa Ra, kalau gitu next time aja ya kita ke Gramedia date nya hahah

“Iya sekali lagi sorry ya Nad”

Iya santai aja kali Ra.

Kiara mematikan ponsel nya setelah panggilan dari Nadira berakhir. Rasa nya hari ini mood Kiara sangat buruk ditambah dengan ada larangan dari sang ibu yang tidak boleh keluar sehingga membuat Kiara harus rela berdiam diri di kamar nya.

Saat sedang bermalas-malasan di tempat tidur nya, Kiara di kagetkan dengan Kintan yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar nya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

“Bisa gak sih kalau masuk tuh ketuk pintu dulu.”

“Kenapa sih kak sewot banget, biasa aja kali.”

“Kaya orang gak punya sopan santun kalau masuk kamar orang langsung nyelonong gitu aja.” Ucap Kiara kepada Kintan dan hal tersebut mulai memancing emosi kedua nya. Entah apa sebenarnya yang menjadi kekesalan pada diri Kiara sehingga siapa saja yang kini berada di hadapannya menjadi bahan kekesalan bagi Kiara.

“Apaan sih kak sensi banget. Aku kesini Cuma mau ngasih tahu, kakak di panggil sama ibu, malah marah-marah gak jelas kaya gini. Udah deh kalau gitu aku turun dulu.”

Kintan langsung pergi meninggalkan Kiara dalam kamar nya. Kiara berdiam diri di kamar untuk menahan emosi nya, namun Kintan malah memancing emosi nya kembali dan sekarang Kiara juga harus bertemu dengan ibu padahal emosi nya saja masih kesal dengan apa yang tadi ibu ucapkan. Kiara yakin jika ibu meminta nya untuk bertemu, tidak akan jauh dari perintah ini dan itu. Ah rasa nya Kiara kesal sekali jika itu beneran terjadi.

●●●

“Kenapa bu panggil aku?” tanya Kiara kepada sang ibu yang sedang sibuk di dapur dengan alat masak nya.

“Itu di depan ada Reyhan, kata nya mau ketemu sama kamu. Samperin gih, ibu lagi sibuk ini.”

“Hah mau ngapain a Reyhan kesini?”

“Ya mana ibu tahu atuh kak, udah sana kamu samperin dulu Reyhan kasihan dia nunggu kelamaan.” Kiara segera bergegas ke ruang tamu untuk menemui Reyhan atas perintah dari ibu. Ketika Kiara sampai di ruang tamu, terlihat Reyhan sedang duduk di kursi sambil memainkan ponsel milik nya, seperti nya Reyhan baru pulang praktek karena terlihat dari setelan pakaian yang Reyhan kenakan.

“A nyariin aku?” tanya Kiara ketika menghampiri Reyhan dan membuat Reyhan mengalihkan fokus nya pada Kiara.

“Iya. Aa mau ngobrol sama kamu. Tapi kaya nya gak di sini deh. Mau keluar aja?”

“Tapi aku lagi gak boleh keluar a. Tadi nya mau nganter Nadira ke Gramedia juga di larang sama ibu. Emang harus banget ya a ngobrolnya di luar?”

“Enggak juga sih Ra, tapi aa rasa ini obrolan nya sedikit menyangkut privasi kamu.”

“Yaudah kalau gitu, ngobrol nya di kamar aku aja gapapa a, biar gak di denger sama ibu, lagian teh Kinan juga gak ada di rumah.”

“Gapapa Ra?”

“Gapapa a, ayok.”

Kiara dan Reyhan pergi meninggalkan ruang tamu dan berjalan menuju kamar Kiara yang berada di lantai dua. Reyhan mengikuti langkah Kiara yang berada di depan nya. Kiara lantas membuka kan pintu kamar dan mempersilahkan Reyhan untuk masuk, namun Kiara juga tidak mengunci pintu kamar nya, hanya menutup pintu kamar nya saja.

Reyhan langsung masuk ke kamar Kiara dan duduk di kursi meja belajar Kiara yang berada tak jauh dari ranjang milik Kiara. Saat Reyhan duduk di kursi meja belajar milik Kiara, maka Kiara duduk diatas ranjang milik nya dengan saling berhadapan dengan Reyhan.

“Ra, aa tahu kalau ini mengusik privasi kamu, tapi sebagai seorang kakak yang ingin melindungi adik nya, aa merasa kalau kamu itu ada hubungan lagi dengan Aiden. Bukan nya aa melarang kamu berhubungan sama Aiden, tapi kamu tahu sendiri kan kalau Aiden itu orang nya bagaimana.”

“Tapi aku gak ada hubungan apapun sama a Aiden a, aku udah jelasin itu kan sama aa waktu di rumah aa.”

“Terus kalau kamu gak ada hubungan apa-apa sama Aiden, apa yang kalian lakukan di rumah aa waktu itu, dan aa rasa itu bukan yang pertama kali kalian lakukan kan?”

“A boleh aku jujur sama aa tanpa aa harus menghakimi aku?”

“Katakan Ra, aa gak akan menghakimi kamu jika aa tahu apa yang sebenarnya terjadi antara kamu dan Aiden. Kalau memang Aiden yang memaksa kamu maka aa akan kasih dia peringatan.”

“Jangan a, disini bukan hanya a Aiden yang salah, tapi aku juga salah karena ngasih respon balik ke a Aiden. A Aiden yang awal nya selalu deketin aku dengan segala cara nya, walaupun udah aku tolak. Tapi dia selalu punya cara lain agar aku tidak punya alasan untuk menolak nya. Beberapa kali kita dipertemukan lagi aku sama a Aiden jadi deket lagi walaupun bukan untuk menjalin hubungan. Tapi ya gitu a, emang a Aiden berani main skinship sama aku tanpa bisa aku melawan nya, dan entah kenapa setiap a Aiden skinship sama aku, aku juga ngasih respon yang baik buat a Aiden.”

“Aku tahu aku ini salah bahkan sangat salah karena sudah menghianati teh Kinan sebagai pacar nya a Aiden. Tapi ketika aku bersama a Aiden, aku ngerasa aku pulang a. Aku ngerasa aku punya rumah lagi. Jadi aku mau coba sedikit aja untuk egois tapi rasa nya aku gak bisa a. Apalagi ngelihat teh Kinan yang kini makin khawatir sama kondisi a Aiden dan itu terlihat kalau teh Kinan sangat mencintai a Aiden. Jadi aku harus ngalah lagi kan a?”

Kiara tak bisa menahan emosi nya ketika membahas perasaan nya kepada Aiden dan rasa sesal karena sudah berdekatan lagi dengan Aiden di belakang Kinan. Di hadapan Reyhan yang sudah Kiara anggap sebagai kakak kandung nya sendiri, Kiara menumpahkan segala perasaan yang Kiara pendam sendiri.

Kiara tak kuat menahan semua nya sendirian, walaupun Kiara terlihat sangat tegar dan ceria, namun Kiara juga butuh seseorang yang bisa mendengarkan segala keluh kesah nya. Apalagi rumah yang menjadi tempat nya berteduh rasa nya tidak memberi nya kesempatan untuk berbicara, Kiara hanya bisa memendam semua nya sendiri.

Reyhan yang melihat Kiara menangis karena perasaan nya kini tak tega dan langsung membawa Kiara ke dalam pelukan nya untuk menenangkan Kiara. Reyhan tak percaya jika Kiara mengutarakan apa yang selama ini menjadi perasaan nya dan tidak ada orang yang tahu mengenai perasaan nya karena Kiara merasa tidak punya tempat untuk bercerita.

Kiara, sang adik yang terlihat tegar dan kuat ternyata memiliki sisi rapuh dan sangat perlu uluran tangan untuk memeluknya agar Kiara menjadi lebih kuat. Perasaan yang selama ini Kiara tutupi sukses membuat Reyhan tidak percaya dengan apa yang selama ini Kiara rasakan.

To be continue

Second ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang