21

372 16 0
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 11 malam. Jisung masih setia duduk di sofa depan ruang tamu.

Ntah kenapa ia masih punya keyakinan bahwa Aurora akan pulang.

Terlihat matanya juga sudah mulai menyipit dan diperkirakan matanya hanya tinggal 2 Watt setengah.

Kedua matanya yang sudah memerah, namun ia masih senantiasa memandang kearah pintu dimana sebagai pembatas masuk dan keluarnya orang di apartemen ini.

.

Pukul sudah menunjukkan pukul 1 pagi. Jisung sudah tertidur dengan posisi duduk dengan kepala yang masih miring kearah pintu.

Aurora yang baru saja masuk terkejut dengan keberadaan Jisung disana.

Ntah kenapa tiba-tiba perasaan nya menghangat dan tanpa ia sadari ia tersenyum.

'ngapain tuh cupu tidur di situ' ucap Aurora dalam batinnya. Dengan mata yang masih tak beralih dari wajah damai Jisung.

Akhirnya Aurora memutuskan untuk berjalan mendekat kearah Jisung. Ia mensejajarkan posisinya yang sedang membungkuk menghadap kearah Jisung yang masih terlelap.

Aurora mengambil selimut yang memang selalu ada dibawa laci meja ruang tamu.

Lalu memakaikannya ke tubuh Jisung. Jisung yang mendadak menggeliat membuat Aurora langsung menegakkan badannya kembali berdiri.

Dengan sedikit berdehem pelan Aurora pun langsung pergi dari sana dan masuk ke dalam kamar.

.

Pukul 6 pagi Jisung terbangun, dengan kesadaran belum sepenuhnya, ia mendudukkan dirinya.

Ia merenggangkan otot tubuhnya yang kaku karena posisi tidur yang sangat tidak nyaman.

Saat sedang meregangkan tangannya ia baru menyadari adanya selimut yang melilit tubuhnya.

Jisung pun memandang kearah selimut itu dengan senyuman, dan matanya pun beralih menatap kearah kamar Aurora dengan senyum yang kian melebar.

Ditengah-tengah dirinya yang sedang tersenyum menatap pintu bercat ungu tersebut, sang pemilik kamar keluar dari kamarnya tiba-tiba.

Mata keduanya bertemu.

Jisung maupun Aurora langsung mengalihkan wajahnya kesamping.

Jisung menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal dan sesekali melirik sekilas kearah Aurora yang ternyata masih setia berdiri didepan kamar dengan pandangan yang masih menatap kearah lain.

Suara deheman dari Aurora membuat Jisung gelagapan. Ia sendiri pun tidak tau kenapa mendadak telinganya merasa panas, dan jangan tanyakan lagi keadaan jantung nya yang memompa berlebihan.

"Lo ngapain tidur disitu. Kan Lo ada kamar sendiri?" Tanya Aurora sambil menatap kearah Jisung.

Jisung pun mulai memandang kearah Aurora. Tercekat ditempatnya karena mendapati dirinya ditatap intens dengan Aurora.

Lidahnya mendadak keluh.

"I-itu ji-jisung nungguin kakak" ucap Jisung dengan wajah yang masih berhadapan dengan Aurora namun berbeda dengan pupil matanya yang bergerak kemana mana.

Ntah kenapa Aurora mendadak merasa sangat suka melihat Jisung yang saat ini terlihat gugup. Jangan lupakan kedua telinganya yang memerah.

Senyum tipis yang langsung menghilang begitu saja digantikan ekspresi santai biasa. Aurora pun hanya ber-o saja dan berjalan menuju dapur.

Saat ia melangkahkan kakinya beberapa langkah dari sana. Terdengar helaan nafas cukup panjang dari Jisung.

Tiba-tiba membuat Aurora tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya, ia pun melanjutkan langkahnya ke kulkas.

CUPU! I LOVE YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang