"Jae-Jaemin...??"
Jia terkejut, dengan wajah bodoh dia malah diam pada posisinya dan menatap Jaemin.
Lelaki itu menegakkan tubuh Jia. Dengan tatapan datar dia menatap ke atas lalu kembali melihat wajah Jia.
"Harusnya aliran listriknya dimatikan dulu sebelum memasang bola lampu. " komentarnya.
Jaemin merebut bola lampu di tangan Jia lalu naik ke atas kursi. Jaemin mengganti lampunya dengan cepat dan tanpa kendala.
"Mm.. terima kasih." Gumam Jia.
Gadis itu diam, tidak tau harus bicara apa lagi. Satu tangan Jia merambat ke atas kepala dan menarik lepas handuk yang membungkus rambut basahnya.
"Hanya terima kasih??" Sindir Jaemin. Lelaki itu juga memakai handuk kecil yang dia sampirkan di lehernya.
"Ya.. terus ? Maunya apa?"
"Tawarin minum kopi kek." Jaemin menatapnya menyindir. Itu membuat Jia mendengus, Jia berjalan masuk ke dalam rumahnya dengan gumaman,
"Dasar pamrih."
"Apa?"
"Enggak, bukan apa-apa. Ayo masuk. "
Jaemin tersenyum tipis. Sesuai dengan ajakan Jia, lelaki itu mengikuti Jia masuk, dia juga sempat membantu Jia mengembalikan kursinya ke ruang tamu.
"Aku cuma punya kopi instan." Kalimat Jia seolah mengatakan ' jangan cerewet dan terima saja' meski gadis itu tak mengatakannya secara gamblang.
Jia melirik Jaemin yang hanya mengangguk, lalu gadis itu bergegas ke dapur.
Jaemin duduk diam dan memperhatikan setiap perabot yang ada di ruang tamu Jia. Jaemin juga sempat melirik ke arah dapur dimana Jia sedang memunggunginya disana.
Rumah yang Jia sewa ini tergolong kecil, hanya ada ruang tamu, 2 kamar, dapur dan kamar mandi. Jia memang sengaja menyewa yang minimalis.Gadis itu kembali dengan 2 cangkir kopi hitam. Bau kopinya langsung memenuhi ruang tamu dan menggoda Jaemin untuk mencicipinya.
"Sebenarnya aku ga suka ada orang asing di rumahku." Kalimat Jia bermakna sindiran, tapi Jaemin sama sekali tak tersindir.
"Aku bukan orang asing buat kamu."
"Bukan? Lalu apa?" Jia tidak penasaran, dia hanya pura-pura bertanya.
"Mm... Mantan pacar?"
Jaemin mengangkat cangkir keramik berwarna hijau emerald itu lalu mendekatkannya ke wajah. Kepulan asap kopi yang menguar itu langsung memanjakan indera penciumannya.
"Cih.."
Reaksi ketus Jia membuat Jaemin tersenyum tipis. Lelaki itu menempelkan bibir gelas ke bibirnya sendiri sebelum mulai menyeruput cairan hitam pekat di dalamnya.
"Kamu tinggal sendirian ?"
"Hm. Kenapa memangnya? Mau memata-mataiku sampai malam-malam melintas di jalan depan rumahku?"
Pertanyaan Jia membuat Jaemin tertawa. Lelaki itu meletakkan cangkir kopinya dan bersiap membalas argumen tak berdasar Jia.
"Aku sedang jogging dan ruteku selalu sama dari sebelum kamu disini."
"Jogging malam-malam?"
Apa itu masuk akal?
"Memangnya kenapa? Aku ga sempat jogging pagi-pagi." Jawab Jaemin seadanya. Sebenarnya bukan tidak sempat, Jaemin selalu mengantuk saat pagi dan memutuskan untuk tidur daripada berolah raga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor's Order | NA JAEMIN
FanfictionChenjia sudah berjanji pada dirinya sendiri kalau dia tidak akan jatuh cinta lagi, dan dia tidak akan menangis karena laki-laki lagi. Dia akan menjadi wanita independen yang tidak butuh laki-laki. Tapi sialnya takdir tak pernah berada sejalan denga...