Jia bukan perempuan bodoh. Perkataan Jaemin kemarin tidak akan pernah dia iyakan meskipun Jaemin memohon seribu kali dalam sehari.
Sejujurnya dia mulai sedikit goyah pada setiap perlakuan Jaemin padanya.
Jia masih berdebar setiap kali Jaemin menatapnya. Perasaan itu bahkan tidak berubah sejak bertahun-tahun lalu.Tapi setiap kali hatinya goyah, Jia akan selalu mengingat saat Jaemin membuangnya. Rasa sakit hatinya harusnya lebih mendominasi perasaannya dan Jia tidak akan membiarkan perasaan yang lain tumbuh lebih besar dari kebenciannya.
Menjaga jarak dengan Na Jaemin akan terasa sulit mulai sekarang. Mereka rekan kerja, dan sialnya mereka ada di departemen yang sama. Jia tidak tau kenapa takdir memberinya garis hidup yang sama dengan Na Jaemin.
Untuk saat ini Jia pikir tawaran kencan buta Yeri cukup bagus. Jia rasa dia butuh seseorang untuk mengalihkan pikirannya dari Na Jaemin. Ya, seorang pria tampan yang lebih tampan dari Na Jaemin.
Gadis itu tengah bersiap-siap sekarang. Yeri mengundang dirinya sendiri ke rumah Jia untuk membantu gadis itu bersiap-siap. Lalu dia mulai mengobrak-abrik lemari Jia seperti seorang polisi yang menggeledah rumah bandar narkoba.
"Hoodie...Hoodie.. Hoodie.. apa ga ada yang lain selain ini?"
Yeri mengeluh pada isi lemari Jia.Jia hanya mengedikkan bahu. Dia tidak memakai apa yang kelihatan pantas untuk dipakai tapi Jia lebih suka memakai apa yang nyaman untuk dia pakai.
Hoodie Air Jordan ini contohnya. Ini adalah Hoodie yang dia curi dari Chenle saat terakhir kali mereka bertemu. Jia rasa Chenle sudah tidak mengingatnya.
"Berterima kasihlah pada Tuhan karena dia mempertemukan mu dengan orang baik kayak gue." Yeri membanggakan dirinya.
Gadis itu membuka tas besar yang dia bawa. Dia bilang itu untuk berjaga-jaga dan akhirnya terpakai juga. Gadis itu memberi Jia beberapa pilihan dress dan semua ini bukan dress yang terlihat anggun. Ini terlihat seperti ... Seperti... Pakaian untuk pergi ke club'?
"Apa-apaan sampah ini." Jia mencemooh. Gadis itu berulangkali menolak untuk memakai itu tapi Yeri memaksa.
Dress hijau emerald Yeri begitu memeluknya, sejujurnya ini sangat sesak untuk Jia tapi Yeri malah menatapnya kagum."Wow... Dadamu luar biasa." Komentarnya.
"Gue merasa telanjang."
"Huh.. telanjang apanya, sesuatu yang menonjol itu sayang buat ga di tonjolkan."
Sesuai apa yang Jia duga, mereka pergi ke tempat yang tidak jelas. Ini adalah sebuah club' malam yang mencurigakan. Letaknya ada di basement sebuah toko kelontong dan Jia sangat yakin kalau tempat ini ilegal.
"Yeri.. " Jia menarik lengan Yeri tapi gadis itu tidak mau peka. Yeri malah mulai menari kegirangan saat suara musik menyambutnya.
Orang-orang yang Jia kenal duduk dalam satu meja. Beberapa wajah tampak tidak asing untuk Jia, seperti Xiaojun, Ten atau Winter sementara sisanya Jia baru dia kenal sekarang. Mereka semua bekerja di rumah sakit yang sama dengan Jia.
Gadis itu yang awalnya berencana hanya ikut makan-makan saja berakhir kebosanan karena tidak ada makanan berat yang disajikan di club'.
Jia berakhir duduk di sofa sendirian dengan segelas brandy karena teman-temannya yang lain sibuk meliuk-liukkan tubuhnya di lantai dansa.
"Harusnya tadi ga usah ikut." Gadis itu terus terjerumus dalam penyesalannya. Jia adalah anak rumahan. Meskipun tidak mengklaim dirinya sebagai gadis polos, tapi Jia bisa menempatkan dirinya sebagai wanita berkelas dengan tidak mendatangi tempat rendahan seperti ini.
Sampai saat ini belum ada yang tau kalau Jia sebenarnya cucu seorang konglomerat. Gadis itu memang sengaja merahasiakannya.
Jia berencana menghabiskan brandy nya dan langsung pulang. Namun saat dia ingat dia tidak membawa kendaraan Jia akhirnya menyerah untuk pergi. Di daerah terpencil ini tidak ada angkutan umum.
"Hai cantik, mau bersenang-senang?" Seorang pria mengenakan blazer duduk dan tersenyum di sebelahnya. Pria itu memiliki gigi emas di sisi taringnya dan itu tampak sangat norak bagi Jia.
"Jangan ganggu gue." Jia menyingkirkan tangan pria itu yang mencoba meraih pundaknya.
Gadis itu bergeser, berniat menghindar tapi sialnya pria lain menghimpitnya di arah berlawanan.
"Jangan macam-macam ya. " Jia memberinya tatapan tajam tapi itu tak cukup membuat mereka takut.
"Ayolah cantik, kita cuma mau bersenang-senang."
Sungguh Jia membenci ini. Saat-saat pria brengsek itu tersenyum dan merayu nya seperti pelacur. Berdebat pun tidak ada gunanya. Jia berniat pergi namun tubuhnya di tahan.
"LEPAS!! " Jia memberontak. 2 pria itu bersekongkol untuk melumpuhkannya.
"HEY !!" Teriakan Jia seperti tidak ada artinya. Teredam oleh kerasnya suasana musik yang membuat siapapun menjadi tuli.
"Jangan kasar dong cantik, kita kan datang baik-baik." Jia masih berusaha memberontak di tengah ketidak berdayaannya.
"JANGAN KURANG AJAR !!"
Seseorang berteriak sangat keras di samping mereka. Jia yang mulai gemetar mendongak menatap Na Jaemin dan kemarahannya.
"Jae-Jaemin.. "
Jaemin buru-buru menarik tangan Jia menjauh dan menyembunyikan tubuh Jia di belakang tubuhnya.
"Dia wanitaku."
Jia tidak tau apa pengaruh Na Jaemin disana, tapi sebaris kalimatnya itu sudah mampu mengusir mereka tanpa ada perkelahian.
Yeri dan Yuqi kembali ke meja mereka ketika mendengar suara ribut, dan mereka sangat terkejut melihat Jaemin ada disana.
"Dokter Na.." Yuqi bergumam.
Jaemin menatap Yeri dan Yuqi tajam.
"Jangan pernah ajak Jia ke tempat seperti ini." Itu peringatan dari Jaemin yang tidak terbantahkan.
Lelaki itu menggandeng Jia keluar dan menghampiri mobilnya. Jaemin tidak mengatakan apapun. Lelaki itu tau Jia masih terkejut. Jaemin menunduk, mengambil sebuah Hoodie di mobilnya lalu mulai memakaikannya di tubuh Jia yang terbuka.
"Kenapa kamu ga dengerin aku? " Jaemin menjeda ucapannya.
"Disini tingkat kriminalitas nya tinggi. Kamu orang baru disini harusnya kamu hati-hati. "
Jaemin menatap Jia yang masih menunduk lalu dia maju satu langkah untuk memeluk gadis itu. Helaan nafasnya membuat Jia ingin menangis.
"Ayo aku antar pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor's Order | NA JAEMIN
FanfictionChenjia sudah berjanji pada dirinya sendiri kalau dia tidak akan jatuh cinta lagi, dan dia tidak akan menangis karena laki-laki lagi. Dia akan menjadi wanita independen yang tidak butuh laki-laki. Tapi sialnya takdir tak pernah berada sejalan denga...