Jaemin sadar kalau ucapan papa tirinya begitu berdampak pada mood Jia sekarang. Gadis itu terus diam sepanjang jalan dan itu membuat Jaemin khawatir.
Lelaki itu akhirnya tidak jadi pergi ke rumah sakit dan malah berhenti di tepi jalan yang bersebelahan dengan laut yang sedang pasang.
"Ga usah dengerin kata papa. Bagiku restu dari mama aja cukup. Lagian dia cuma papa tiriku."Jia tetap diam. Pandangannya mengarah keluar jendela menatap hamparan lautan yang berkilau diterpa cahaya matahari.
"Jia..."
Jaemin seketika merasa gagal menjadi seorang laki-laki. Dia benci pada dirinya yang hanya bisa diam ketika melihat Jia di hina di hadapannya. Lelaki itu akhirnya melepas seat belt nya lalu keluar dari mobil dan menghampiri sisi mobilnya yang lain.
Jaemin membuka pintu mobilnya lalu berjongkok dihadapan gadisnya.
Wajah Jia tengah mendung, dengan air mata yang coba dia tahan. Jaemin langsung menarik Jia kedalam pelukannya."Aku bangga kamu jadi seorang perawat. Bahkan aku juga bangga kamu memilih kerja di tempat terpencil dengan gaji sedikit buat membantu orang lain. " Tangan Jaemin mengusap-usap punggung Jia. Lelaki itu bisa merasakan Jia yang terisak didalam dekapannya.
"Ga ada yang salah dari profesimu. Semua tenaga kesehatan itu sangat mulia. Pada dasarnya dokter dan perawat itu ada di level yang sama. Ga ada yang lebih tinggi atau lebih rendah."
Jaemin sangat tau seberapa pintarnya Jia, gadis itu bisa saja mengambil jurusan kedokteran saat kuliah namun Jia tidak mau. Kehidupan ekonomi keluarga Jia juga sangat mapan bukan tidak mungkin bagi Jia untuk menempuh pendidikan kedokteran.
Tapi Jaemin sangat tau kalau Jia tidak mau melakukan hal yang tidak disukainya. Jia hanya ingin melakukan apa yang dia suka dan menjadi seorang dokter itu bukan passionnya. Menjadi seorang perawat itu juga bukan hal yang salah. Itu tugas yang mulia.
Jaemin melepaskan pelukannya. Kedua tangannya menangkup pipi Jia untuk menghapus air matanya.
"Jangan sedih ya.. nanti aku suruh mama cari papa baru." Mendengar candaan Jaemin membuat Jia kembali merengut. Gadis itu kembali menghambur ke pelukan Jaemin.
"Jangan peluk lama-lama, kita dipinggir jalan takutnya ada orang yang ngira kita mesum disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor's Order | NA JAEMIN
Fiksi PenggemarChenjia sudah berjanji pada dirinya sendiri kalau dia tidak akan jatuh cinta lagi, dan dia tidak akan menangis karena laki-laki lagi. Dia akan menjadi wanita independen yang tidak butuh laki-laki. Tapi sialnya takdir tak pernah berada sejalan denga...