22. Dugaan

549 60 3
                                    

Jia datang ke rumah sakit keesokan harinya namun bukan untuk bekerja, melainkan untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya. Gadis itu benar-benar akan mengundurkan diri bahkan sebelum masa magangnya berakhir.

Pagi-pagi sekali Jia datang ke kantor rumah sakit namun belum sempat dia masuk ke dalam lift, seseorang menarik lengannya dengan kasar dan menyeretnya menyusuri lorong sepi.

"Na Jaemin !" Jia memekik dan memukul-mukul tangan Jaemin. Tapi lelaki itu tidak melepaskannya.

"Hey !!"

Karena Jia melawan Jaemin akhirnya memanggulnya dan membawa Jia ke kamar pribadinya. Jaemin sedikit membantingnya di ranjang hingga tubuh Jia memantul di atasnya.

"Kamu gila? Gimana kalau staf lain lihat?" Protes Jia.

"Biarin." Jaemin memasang wajah acuh.

Lelaki itu duduk pada lengan sofa sambil bersedekap.

"Jangan resign." Jaemin memperingatkannya.

"Kamu ga punya hak melarang ku."

"Aku mohon." Sahut Jaemin. Jia langsung menatapnya.

Kata permohonan itu sangat jarang keluar dari mulut seorang Na Jaemin. Lelaki itu juga memasang ekspresi yang sukar untuk di artikan.

"Ga mau."

Jaemin mendesah frustasi.

"Oke kalau kamu mau resign gapapa, tapi jangan pulang ke China."

"Rumahku disana. Ga ada alasan aku disini..."

"...ada." sahut Jaemin.

Jia diam menatapnya dengan mulut terkatup.

"Aku dan perasaan kita."

Jia langsung mengalihkan tatapannya, dia menurunkan kakinya dari atas ranjang dan bersiap pergi.

"Aku udah nyerah sama perasaanku." Jia baru akan berdiri namun Jaemin mendorongnya hingga dia terduduk lagi.

"Harus berapa kali lagi aku minta maaf Jia ? Harus berapa kali lagi aku bilang kalau aku sayang sama kamu?"

Jia hanya bisa diam, mengalihkan tatapannya pada lantai marmer berwarna hitam yang memantulkan bayangan Jaemin.

Iya gadis itu pun tau akan perasaannya sendiri. Dia juga menyayangi Jaemin bahkan mencintainya. Hanya saja rasa sakit hatinya saat dulu di campakkan belum juga hilang.

Jaemin menatap Jia dengan sedih, lelaki itu akhirnya turun dari sofa dan berlutut di hadapan Jia. Tangannya menggenggam erat tangan Jia, dan dengan tatapan memohon dia berkata,

"Jia, aku mencintaimu, ayo kita menikah."

"Na.."

"Aku mohon, jangan pergi."

Jia merasakan nyeri di hatinya, penolakannya pada Jaemin telah menyakiti perasaannya sendiri. Dan melihat Jaemin yang seperti ini benar-benar meruntuhkan pertahanannya.

Jaemin berdiri, sedikit condong ke arah Jia untuk menghapus air matanya dan memberinya sebuah kecupan manis di ujung bibir nya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Doctor's Order | NA JAEMIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang