Jia itu sosok yang keras kepala bahkan melebihi Chenle. Jika mereka berdua berdebat Jia selalu menang dan Chenle akan cemberut sepanjang hari.
Seperti hari ini saat Chenle menegur Jia yang mendorong troli penuh infus dari lorong depan. Chenle bukannya cerewet, dia hanya mengkhawatirkan Jia yang sedang hamil namun kakaknya itu tidak mau mendengarkan.
"Segini doang mah enteng." Kata Jia.
Gadis itu berjalan santai di lorong sambil bersenandung. Tidurnya sangat nyenyak semalam dan rasa mualnya sudah berkurang karena obat dari Jaemin. Jia benar-benar seperti terlahir kembali hari ini.
"Stop."
Jia berhenti, kepalanya miring kesamping saat menatap Jaemin yang menghadang trolinya.
"Minggir." Kata Jia.
"Kamu lupa lagi hamil? Kenapa masih bawa barang berat?" Jaemin bersedekap. Ekspresinya terlihat datar dan menyeramkan.
"Aku ga bawa aku cuma dorong."
"Sama aja." Lelaki itu menghampiri Jia dan menggeser tubuh Jia. Jaemin menggantikan Jia untuk mendorong troli.
"Lagian ini ringan."
"Tetep ga boleh, kamu masih hamil muda."
Jia mendengus. Kenapa dia diperlakukan seperti orang sakit padahal dia cuma hamil.
"Sekali-kali main ke ruang rawat lantai 2 departemen IA. Disana banyak ibu-ibu yang baru keguguran. Denger tuh kesedihan mereka biar kamu tau gimana cara hargai tubuh kamu yang lagi hamil."
Jia berjalan di samping Jaemin dengan bibir cemberut. Dia tidak pernah main-main ke lantai 2 memang karena pos nya ada di lantai satu.
"Denger ga nyonya Na??" Jaemin memastikan.
"Iya-iya." Jia mendengus. Gadis itu mulai mengalihkan topik.
"Lagian kenapa ruang rawat ibu-ibu itu ga jadiin satu sama ibu-ibu yang habis melahirkan? Kenapa rumah sakit susah-susah buat 2 ruangan?"
"Awalnya memang di jadikan 1, tapi ternyata itu berdampak pada psikis para ibu." Jaemin memperlambat langkahnya, ketika dia sadar langkahnya terlalu cepat untuk Jia.
"Mereka yang baru kehilangan anak punya beban mental sendiri saat diletakkan satu ruangan dengan orang-orang yang berbahagia menyambut kelahiran. Banyak ibu yang down dan menyalahkan diri sendiri lalu memilih bunuh diri."
Jia mendadak diam, Jaemin ada benarnya, Jia dan bayinya mungkin tidak memiliki masalah apapun, tapi bukan berarti Jia bisa mengabaikan nyawa yang berharga di dalam perutnya.
Jaemin mendorong troli itu sampai ke depan pos perawat dan dia langsung menegur Yeri dan Yuqi begitu dia sampai disana?
"Jangan suruh Jia bawa barang berat. Dia lagi hamil muda." Kalimat Jaemin menimbulkan efek kejutan bagi Yuqi dan Yeri. Kedua orang itu langsung menatap Jia.
"Jaemin..." Jia berbisik dan mencubit lengan Jaemin.
Sebenarnya Jia ingin menyembunyikan kehamilannya dari orang rumah sakit karena dia tidak mau di anggap lemah.
"Ga usah sok kuat, duduk-duduk aja disitu kalau ga mau cuti. Kalau aku sampai lihat kamu bawa barang berat lagi awas aja ya.. kamu bakal aku hukum." Jaemin berlalu setelah menyelesaikan kalimat peringatannya. Lelaki itu langsung masuk ke ruang poli diikuti Yuqi di belakangnya.
"Jadi... umm... Lo beneran hamil??" Yeri menatap Jia lalu menunduk menatap perut Jia, gadis itu terus melakukannya secara berulang-ulang.
"Iya."
![](https://img.wattpad.com/cover/334858850-288-k212125.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor's Order | NA JAEMIN
FanfictionChenjia sudah berjanji pada dirinya sendiri kalau dia tidak akan jatuh cinta lagi, dan dia tidak akan menangis karena laki-laki lagi. Dia akan menjadi wanita independen yang tidak butuh laki-laki. Tapi sialnya takdir tak pernah berada sejalan denga...