Jaemin sebenarnya sudah menyuruh Jia untuk cuti, selain karena Jaemin khawatir akan kondisi Jia, lelaki itu juga mengkhawatirkan janinnya.
Hubungan keduanya sudah lebih baik sekarang dan belum ada yang tau tentang kehamilan Jia.
Gadis itu kembali ke ruang poli setelah menyelesaikan antrian pasien Jaemin yang terakhir. Dia menata kembali setumpuk data pasien dan menyingkirkannya dari meja Jaemin. Lalu mengembalikan bolpoin dan peralatan medis yang Jaemin pakai ke tempat yang seharusnya.
"Masih mual?" Jaemin memeluknya dari belakang dan membuat Jia harus berhenti dari kegiatannya.
"Ga terlalu." Jia sedikit menghindar ketika Jaemin mulai menciumi lehernya.
"Coba aku periksa, Minggu lalu belum ketemu kan." Jaemin melepaskan pelukannya dan meminta Jia untuk berbaring.
Gadis itu tidak menolak, Jaemin membantunya naik ke bed dan lelaki itu juga membantu melepaskan kancing seragam Jia.
"Ingat hpht nya kan?" Tanya Jaemin, Jia mengangguk. Gadis itu sedikit berdehem sebelum menjawab. Entah kenapa dia merasa canggung ketika Jaemin menatap permukaan perutnya.
"20 april."
Jaemin meletakkan alat USG di atas permukaan perut Jia sementara pandangannya menatap lurus ke monitor. Wajah serius lelaki itu tidak pernah gagal memikat Jia dan membuat gadis itu memuja di dalam kepalanya. Ah.. pantas saja pasien Jaemin kebanyakan ibu muda.
"Ada nih."
Jia mengikuti arah pandang Jaemin. Menatap gambar hitam dan abu-abu di dalam layar. Ada bulatan hitam kecil disana dengan satu titik abu-abu berbentuk seperti kacang kedelai.
"Usianya 7 Minggu." Kata Jaemin.
Jia menatap perubahan di wajah Jaemin. Bibir lelaki itu melengkung membentuk sebuah senyuman tipis yang ikut menular pada Jia. Tatapannya berbinar dengan rona kebahagiaan yang terpancar jelas.
Diam-diam Jia terus memperhatikan Jaemin, dan saat lelaki itu menoleh padanya Jia langsung mengalihkan pandangan.
"Dia sangat lucu." Kata Jaemin. Lelaki itu menunduk untuk menghadiahi Jia sebuah kecupan manis di dahinya.
"Aku ga tau dimana letak lucunya, itu cuma bulatan kecil." Kata Jia. Dia melirik monitornya sekali lagi.
"Ya lucu karena bulat." Jawaban Jaemin membuat Jia terkekeh. Lelaki itu memang suka mengada-ngada.
Jia mulai kegelian saat Jaemin menciumi pipinya bahkan turun sampai di depan dadanya.
"Hmm.. bulatan yang ini juga lucu."
"Aku baru pertama lihat dokter ganjen kayak begini." Jia menahan kepala Jaemin yang mulai kurang ajar tapi lelaki itu tetap pada pendiriannya untuk menggoda Jia.
"Ganjennya cuma sama kamu doang sayang."
Jaemin membersihkan sisa gel di perut Jia dan dia menunduk untuk mengecupnya. Jia yang kegelian berusaha menghindar namun Jaemin menahan pinggangnya.
Lelaki itu dengan berani membuka kancing celana Jia dan menurunkan resletingnya. Gerakan bibirnya terus turun kebawah, mengecup setiap permukaan hangat yang terasa lembut nan menggoda.
"Jaemin!! Ini di ruang periksa loh."
"Oke kita pindah ke kamar."
"Dasar dokter cabul." Jia bangun, tangannya menangkap kepala Jaemin dan menahannya.
Jaemin akhirnya mau menjauh. Dia menatap Jia dengan senyuman nakal lalu mengedipkan sebelah matanya.
"Di dunia ini ga ada laki-laki yang ga cabul sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor's Order | NA JAEMIN
FanficChenjia sudah berjanji pada dirinya sendiri kalau dia tidak akan jatuh cinta lagi, dan dia tidak akan menangis karena laki-laki lagi. Dia akan menjadi wanita independen yang tidak butuh laki-laki. Tapi sialnya takdir tak pernah berada sejalan denga...