Happy reading
•••
"Gimana, dok? Ada yang bermasalah gak sama kucingnya?" Gallio bertanya pada dokter laki-laki yang tengah memeriksa kucing Katty.
Mereka sudah berada di dokter hewan langganan Gallio. Tempatnya tidak jauh dari rumahnya, maka dari itu jadi langganan Gallio jika kucingnya sakit.
Dokter laki-laki itu masih muda, dia berusia 23 tahun. Lalu dokter yang kerap di panggil dokter Farzan menjawab, "Enggak ada, cuma kucingnya harus lebih di perhatiin lagi, ya? dia ini kayaknya kesepian, stress jadinya."
Katty mengangguk mengerti.
"Ini saya kasih vitamin, tolong di minum kan sebelum makan atau di campurkan ke makanannya." Dokter Farzan menyerahkan vitamin tersebut kepada Katty yang Katty terima dengan senang hati.
"Yaudah, makasih, Dok. Kita pamit pulang dulu," Ucap Gallio seraya menjabat tangan dokter Farzan, yang di ikuti oleh Katty.
"Sama-sama," Sahut Farzan. Kemudian tatapannya jatuh pada Katty, dia berkata,"Kalo kucingnya masih murung, kamu bisa kesini lagi buat cek, okey?"
Katty termagu, tatapan dokter itu sangat dalam. Dia hanya mampu mengangguk untuk menjawabnya.
Kemudian mereka berdua keluar dari tempat itu. Gallio yang menggendong tas berisi kucing Katty. Cowok itu mulai menancap gas setelah Katty berhasil naik ke motornya.
Katty yang notabenenya masih takut pada kucing, kini duduk paling ujung di motor Gallio. Mencoba memberi jarak pada kucing itu. Walaupun kucingnya berada di tas khusus, tapi tetap saja masih ada ketakutan di sana.
"Lo duduk jangan ujung-ujung banget, Katt. Gak enak gue bawa motornya!" Ucap Gallio sedikit berteriak.
"Takut!" Balas Katty juga berteriak. Keadaan jalan memang sedang ramai, jika berbicara pelan tidak akan terdengar.
"Lawan!"
Katty mempertimbangkan perintah Gallio. Melawan ketakutannya? Sulit. Tapi jika dia tidak melawannya, mungkin Katty akan selamanya kalah dan tidak bisa dekat lagi dengan Gallio. Eh, kucingnya.
Dengan pelan Katty sedikit menggeser ke depan mendekat pada kucingnya. Katty bernapas lega ternyata aman saja.
Setelah beberapa saat kemudian, motor Gallio berhenti di rumahnya. Dia memang berniat untuk mengajarkan Katty agar tidak takut dengan kucing sekarang, sekaligus membuat kucing Katty tidak stress.
"Lo masuk duluan, gue mau ke rumah sebelah ngambil Lily." Gallio berkata setelah memarkir motornya di halaman rumah.
"Lily siapa?" Tanya Katty.
"Kucing gue."
"Oh, oke. Gue tunggu di luar aja," Putus Katty.
"Kenapa di luar?"
"Hehe, gapapa. Mau nunggu aja," jawabnya.
Dalam hati Katty sebenarnya dia tidak ingin kejadian waktu itu terulang lagi. Namun Katty mencoba untuk tetap biasa saja.
"Yaudah tunggu."
Katty membalasnya dengan anggukan. Kemudian duduk di lantai teras rumah Gallio, bersama kucingnya yang masih berada di tas. Katty menatap seksama kucingnya yang tengah memejamkan mata.
Di lihat-lihat kucingnya ini sangat besar. Bulunya pendek namun lebat, tampak menggemaskan saat tertidur.
Gallio datang kembali dengan membawa kucing yang menurut Katty sangat cantik! Tatapan kucing itu benar-benar menyiratkan ketenangan, berbeda sekali dengan kucing gemuk miliknya. Tatapan kucing Katty kadang-kadang tidak santai, maka dari itu Katty lebih menyukai kucing itu saat tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katty or Lily? (Revisi)
Teen FictionCover by : pinterest. _____ "Gue juga kasih dia kucing, tapi kenapa dia tetep gak sayang sama gue?" Kattya Valonia Jasmine, cewek yang takut sama kucing tapi suka sama orang pencinta kucing. Kebayang tidak susahnya beradaptasi dengan kucing-kucing m...