Happy reading
•••
Hal yang ditunggu Lilya tiba. Saat ini gadis itu sudah selesai merapihkan apa saja yang harus dia bawa ke Indonesia. Kini gadis itu tengah duduk dengan wajah yang sehat dan segar.
"Aku mau telepon Lio, ah." Lilya bergumam, lalu membuka ponselnya untuk mencari nomor Gallio.
Sudah lama sekali dia tidak berbicara dengan Gallio. Semenjak Lilya menjalani pengobatan di Singapura, Panji membatasi gadis itu untuk memainkan ponsel. Itu dikarenakan Panji ingin agar anaknya tidak terbebani apapun saat menjalani pengobatan.
"Halo?" Sapa Lilya saat sambungan telepon terhubung.
"Halo? Siapa?"
"Ih, kok kamu gak kenal sama suara Lily, sih?" Lilya mencebik kesal.
Sebenarnya wajar Gallio tidak mengenali suara Lilya, karena gadis itu menggunakan nomor baru di ponsel barunya. Lilya mendapat ponsel baru pemberian Panji hadiah untuk kepulangannya. Dan hadiah untuk apa yang Lilya lewati selama kurang lebih 3 tahun menjalani pengobatan.
"Hah? Ini Lily?"
"Iya, ini Lily. Aku pulang sekarang, jangan lupa gelar karpet merah, ya!"
Terdengar tawa diseberang sana. "Jangankan karpet merah, nanti aku undang ibu-ibu kosidah buat nyambut kepulangan kamu."
Lilya tertawa pelan. "Bisa aja kamu. Oh iya, sekolah aku gimana? Udah kamu daftarin kan?" Tanya Lilya.
"Udah, kamu nanti sekelas sama aku. Emang kamu mulai sekolahnya kapan? Biar aku jemput sama antar kamu pulang."
Lilya tampak berpikir. "Aku kurang tau, aku harus istirahat dulu."
"Okey, terus gimana keadaan kamu? Udah jauh lebih baik kan?" Tanya Gallio dengan nada khawatir.
"Udah, tapi sebulan sekali aku harus check up ke rumah sakit. Nanti anterin aku, ya? Aku bosen kalo sama papah," jawab Lilya lesu.
"Itu sih gampang. Penerbangan kamu jam berapa? Kira-kira sampai jam berapa?"
"Kayaknya aku sampai disana jam 9 deh," balas Lilya. "Oh iya, kamu gak usah nungguin aku ya, kamu kan sekolah. Jangan bolos, oke?" Lanjut Lilya.
"Gak janji."
Lilya mendengus, merasa kesal dengan Gallio yang tidak menurut padanya. "Yaudah, aku matiin. Mau beres-beres dulu," putus gadis itu.
Tanpa menunggu jawaban Gallio, Lilya mematikan sambungan telepon itu. Dengan langkah pelan, gadis itu pergi ke arah jendela yang ada disana. Menatap pemandangan yang kurang lebih 3 tahun dia lihat selama disini.
"Aku pulang." Lilya tersenyum tipis.
•••
"KATTY!!" Teriak Seno, saat melihat dapur rumahnya sangat jauh dari kata rapih.
"Apa sih teriah-teriak? Kayak Tarzan aja." Dengan santai Katty menjawab.
"Masak apa lo, hah?! Dapur sampe kayak kapal pecah gini," kesal Seno.
"Masak opor ayam, lo mau gak?" Tawar Katty dengan senyum manis.
"Mau dong, sendokin ya, sama nasinya sekalian."
"Dih, tadi aja marah-marah. Dasar Abang sinting," cibir Katty.
Dengan malas, Katty mengambil piring lalu menyendok kan ayam buatannya. Tidak lupa dengan nasi yang diminta Seno. Lalu, Katty berjalan ke meja makan yang saat ini Seno sedang duduk santai menunggu makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katty or Lily? (Revisi)
JugendliteraturCover by : pinterest. _____ "Gue juga kasih dia kucing, tapi kenapa dia tetep gak sayang sama gue?" Kattya Valonia Jasmine, cewek yang takut sama kucing tapi suka sama orang pencinta kucing. Kebayang tidak susahnya beradaptasi dengan kucing-kucing m...