29. Rencana

57 6 1
                                    

Happy reading

•••

"Dateng juga lo." Ryuka membuang puntung rokoknya saat melihat Katty menghampirinya.

Hari ini adalah hari dimana Katty menemui Ryuka lagi. Ryuka mengabari Katty menggunakan ponsel Adhisty, berjaga-jaga agar nomor aslinya tidak tersebar.

Tempat yang Ryuka pilih adalah markasnya, karena ditempat ini adalah tempat yang tepat untuk melanjutkan rencananya.

"Mana kucingnya." Katty berucap serak, karena sejujurnya gadis itu tengah merasakan sakit di sekujur tubuhnya, tapi dia tetap menyempatkan waktu untuk mengambil kucing itu.

"Kucing ya? Sebenernya gue masih belum bisa kasih kucing itu sekarang," balas Ryuka dengan wajah sok melas.

Mata Katty menajam. "Maksud lo apa?!"

Senyum miring terbit di wajah Ryuka, matanya menatap lamat wajah Katty yang terlihat marah. kemudian Ryuka mendekat, mengelus punggung Katty seperti yang di lakukan gadis itu di pemakaman.

"Jangan sentuh gue!" Katty menghempaskan tangan Ryuka.

Ryuka mengangkat kedua alisnya. "Kenapa? Bukannya lo juga ngelakuin ini ke gua kemarin?"

"Itu beda!"

Ryuka mengangguk mengerti. "Gue gak tau harus mulai dari mana, rencana gue semuanya tergantung dari lo sekarang."

Ucapan Ryuka membuat Katty bingung, apa yang di maksud perempuan itu?

"Apa yang lo bicarain?"

Ryuka menghela napas berat, kemudian menelan kasar slivanya. "Gue adik dari pacar lo."

Mata Katty melotot terkejut, apa yang baru saja dia dengar? Kenapa ini terasa sangat membingungkan?

"Gallio? Dia punya adik? Dan—" Katty menjeda kalimatnya, dia benar-benar speechless dengan kabar yang mengejutkan ini. "Lo adiknya?"

Ryuka mengangguk pelan. "Sebenernya kalo gue bisa milih, gue gak mau jadi adik siapapun apalagi adik dia."

Hati Katty entah kenapa menjadi melunak, dia mulai penasaran dengan Ryuka. "Kenapa?"

"Dia jahat, dia selalu nyalahin gue, dia gak sayang sama gue." Ryuka berucap penuh kekecewaan.

Flashback on.

Seorang gadis berusia 13 tahun berlari kencang dari koridor rumah sakit menuju ruangan wanita yang sudah menyelamatkan hidupnya, tangisnya pecah saat melihat sang ibu sudah tidak bernyawa.

"Ibu! Ibu bangun! Jangan tinggalin Yuka!" Jerit gadis itu mengguncang tubuh ibunya, namun nihil tidak ada pergerakan apapun darinya.

Dia Ryuka, menangis kencang saat melihat ibunya sudah tidak bernyawa. Ini semua salahnya, salah Ryuka yang lupa mengunci pintu rumah dan mengakibatkan perampok masuk ke rumah. Jika saja Ryuka  ingat mengunci pintu, rumahnya tidak akan kebobolan dan ibunya tidak sakan terkena tikaman dari perampok itu karena menyelamatkannya. Ya, ini salahnya.

"Ibu! Yuka minta maaf udah nakal, Yuka janji bakal selalu kunci pintunya, Yuka minta maaf.. Yuka bodoh udah buat ibu kayak gini," parau Ryuka, tangan mungilnya menggenggam erat tangan sang ibu.

"Ibu, pasti kakak nanti benci sama Yuka karena buat ibu meninggal. Yuka harus gimana? Yuka takut, Bu.." tangisnya kembali pecah, membayangkan kekecewaan kakaknya—Gallio.

"Harusnya Yuka nurut sama ibu buat kunci pintu itu langsung, tapi Yuka malah main lagi. Maafin Yuka ibu, ayo bangun, nanti Yuka kunciin ibu loh disini." Ryuka memeluk erat leher ibunya.

Katty or Lily? (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang