19. Rumit

54 3 0
                                    

Happy reading

•••

Di sebuah ruangan penuh dengan alat-alat musik, Gallio tengah memainkan gitar akustik dengan tenang. Suasana tempat ini adalah suasana favoritnya. Sunyi, tenang, dan damai. Tidak ada kebisingan, kecuali suara gitarnya. Gallio memetik gitar itu dengan merdu.

Namun petikan gitarnya terhenti saat melihat pintu terbuka dan menampilkan seorang gadis yang selama ini menjadi sahabatnya. Dia Lilya.

Gadis itu tersenyum tipis, menghampiri Gallio yang juga tersenyum manis ke arahnya. "Lio masih sering main gitar ya, gak berubah."

"Aku suka gitar, Ly. Gak bakal berubah," sahut Gallio.

"Kenapa? Bukannya kamu dulu pernah luka gara-gara senarnya?" Tanya Lilya seraya duduk di samping Gallio.

Gallio terkekeh tertahan. "Iya, tapi walaupun dia lukain aku, dia tetep indah buat aku."

Lilya mengangguk paham. "Aku boleh nyoba?"

"Boleh, mau aku ajarin?" Tawarnya.

"Boleh." Lilya tersenyum menerima gitar itu.

Gallio bangkit dari duduknya kemudian berdiri di belakang Lilya. Dia mengarahkan jari-jari tangan Lilya untuk memetik senarnya. Namun ternyata tidak semudah itu, nada yang di hasilkan tidak semerdu yang dimainkan Gallio.

"Aku gak bisa, kamu aja deh." Lilya menyerahkan gitar itu pada, wajahnya terlihat menahan kesal hal itu membuat Gallio tersenyum merasa gemas.

"Ly, kamu kenapa disini?" Tanya Gallio kemudian.

"Aku di kelas gak ada temen, jadinya aku nyari kamu."

"Tadi aku mau ajakin tapi kamu lagi tidur, aku gak enak banguninnya, maaf ya?"

Lilya tersenyum. "Gapapa tau, aku tadi emang ngantuk jadinya tidur. Sekarang jamkos ya?"

Gallio mengangguk. "Gurunya rapat, kayaknya sebentar lagi juga pulang."

"Ih serius?!"

Gallio tertawa melihat tingkah Lilya yang langsung mendekat ke arahnya. "Aku gak tau, Ly. Itu cuma prediksi," jelasnya.

Seketika wajah gadis itu langsung menekuk. "Padahal aku mau pulang cepet, mau jalan-jalan sama Lio."

"Mau jalan-jalan kemana, hm?" Gallio bertanya.

"Ke pantai, aku mau ke pantai."

"Oke, hari ini kita ke pantai."

Lilya tersenyum seraya mengangguk antusias. "Aku mau beli kelomang," ucapnya.

Gallio tertawa. "Oke-oke."

"Lio, aku mau tanya sesuatu boleh?"

"Boleh, mau tanya apa?" Gallio menatap manik Lilya dengan seksama.

"Apa kamu—sayang sama aku?" Gadis itu bertanya dengan hati-hati.

"Sayang." Gallio menjawab itu tanpa berpikir panjang.

"Sebesar apa?"

"Hm, sebesar apa ya? Mungkin seluas pantai?"

Lilya terkekeh. "Aku juga sayang kamu, kamu sahabat terbaik yang aku punya. Walaupun sekarang kamu udah punya pacar, aku harap kamu gak lupain aku."

"Gak akan pernah."

Setelah itu tidak ada percakapan lagi di antara mereka. Sampai akhirnya mereka berdua di kejutkan dengan kehadiran Katty.

Katty or Lily? (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang