37. Sadness

52 7 1
                                    

Happy reading

•••

"Jadi hasilnya gimana dok?" Tanya Seno pada seorang dokter perempuan yang tengah memeriksa hasil tes yang ada di tangannya.

Dokter itu menatap manik Seno yang tengah gugup. "Cukup buruk, kondisi kamu menurun akhir-akhir ini. Saya sarankan kamu harus opname beberapa hari," saran Dokter itu.

"Apa gak bisa berobat jalan kayak biasa dok? Soalnya saya juga harus sekolah, sebentar lagi lulus. Saya gak mau ketinggalan pelajaran, takut gak naik kelas lagi."

"Gak bisa, Seno. Kalo kamu tetap ngeyel gak mau opname, saya takut kondisi jantung kamu makin parah. Kali ini nurut ya sama saya, nanti akan saya kasih ruangan yang terbaik buat kamu. Oke?"

Mau tidak mau Seno mengangguk pelan menyetujui saran dari Nazla, seorang dokter muda yang menanganinya.

"Kalo gitu saya keluar dulu dok, mau cari referensi."

Dokter Nazla mengernyit. "Referensi?"

"Iya, referensi buat masa depan." Seno mengaruk dahinya yang tidak gatal.

Dokter Nazla tertawa kecil. "Oke silahkan, saya juga mau urus pasien lain dulu. Nanti kamu tunggu di kamar yang sudah saya pilih ya? Disana udah ada suster buat rawat kamu."

"Iya dok, saya permisi dulu." Seno pamit, lalu meninggalkan ruangan itu.

Kakinya melangkah pelan keluar ruangan itu, pikirannya pun penuh dengan hal yang terjadi akhir-akhir. Sejujurnya, Seno sangat menghindari untuk perawatan yang memungkinan dirinya menginap dirumah sakit. Namun apa daya, penyakitnya terlalu serius untuk tidak di tindak lanjuti.

Saat dia berada di lorong rumah sakit, ada pasien baru yang datang. Seno memperhatikan kepanikan yang ada pada semua dokter yang menangani bahkan supir sekalipun.

Tubuh Seno mematung saat melihat pasien itu di bawa kedalam dan melewatinya. Jantungnya berdegup kencang melihat pasien tersebut. Seno berharap ini hanya mimpi, dia mencubit dirinya sendiri sampai meringis kesakitan.

"Katty?" Gumam Seno, parau.

Dengan tergesa dia berlari mengikuti Katty yang terkulai lemah dengan banyak darah di kepalanya. Mata gue pasti salah, tolong tuhan, itu bukan Katty kan? Batin Seno terus bermonolog.

Setelah sampai depan ruangan gawat darurat, pasien itu masuk ke sana. Seno hendak ikut masuk, namun tangannya di tahan oleh seseorang. Dengan kesal dia menoleh dan menemukan dokter Nazla yang tengah menatapnya bingung.

"kamu ngapain Seno? Ngapain mau masuk kesana?"

Seno mengusap wajahnya kasar. "Dokter tau pasien yang lagi di tangani di sana?" Bukannya menjawab justru Seno balik bertanya.

"Memangnya kenapa?"

"Jawab aja dok, saya butuh jawaban itu sekarang."

Walaupun bingung, Dokter Nazla pun membuka berkas yang menunjukkan data pasien itu. "Namanya Kattya Valonia Jasmine, baru 18 tahun di bulan ini, golongan darah B-, tempat tinggal di—"

Seno menangis sejadi-jadinya setelah mendengar itu. "Dia adik saya."

Dokter Nazla panik saat melihat Seno hendak masuk keruangan dimana Katty di tangani. "Jangan masuk Seno, pasien sedang di tangani." Dokter Nazla berucap pada Seno yang terlihat tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.

"Saya cuma mau cek dia siapa, dok. Saya mohon, saya cuma mau mastiin dia bukan adik saya. " Seno memohon pada dokter Nazla.

"Kamu yakin dia adik kamu?" Tanya dokter Nazla memastikan.

Katty or Lily? (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang