03

614 51 2
                                    


Warning: di chapter ini aku akan        membuat detail penyiksaan dan pembunuhan. Jadi kalau ada yang nggak kuat karena merasa mual saat membayangkan adegan chapter ini bisa skip aja. Dimohon untuk tidak menirunya

Selamat membaca ✌🏻


Felisa sudah pergi dari tempat sang kakak, saat kekasih kakaknya datang tadi. Sekarang ia tengah berada di perjalanan pulang menuju ke rumahnya, ia sudah mendapatkan banyak bahan untuk membuat boneka barunya.

"Apa disini selalu jadi tempat untuk menyendiri? Banyak sekali orang yang berdiri di jembatan itu" monolog Felisa ketika ia melihat seseorang lagi sedang berdiri di pinggir jembatan.

"Sepertinya tuhan memang menakdirkanku menjadi penolong. Aku harus jadi orang baik lagi sekarang untuk menolongnya hihihihi......" ia pun kembali menghentikan mobilnya di ujung jembatan sungai yang berbatasan langsung dengan hutan. Tapi sebelum itu, ia harus menutupi bahan bonekanya agar tak di curi.

"Sayang matanya tak seperti boneka, tapi aku akan tetap membantunya. Bukankah seluruh bonekaku akan tetap indah dengan mata apapun?" ia pun akhirnya sampai di dekat seseorang yang tengah bingung berdiri di jembatan.

"Hai.." sapanya "kau sedang apa disini?" tanyanya kemudian.

Seseorng itu menengok ketika mendengar suara lembut di sebelah kirinya. Dan benar saja ia mendapati seorang gadis cantik disana.

"Eummm.... Aku sedang mencari angin saja sambil menunggu kekasihku datang" suara pria mulai mengudara di antara sunyinya jembatan itu. Iya yang sedang berdiri di jembatan adalah seorang pria.

"Apa kalian sedang berkencan disini?" tanya Felisa lagi pada pria yang belum di kenalnya.

"Ya, oh ya namaku Axel, kau cantik sekali siapa namamu?" tanya Axel dengan wajah yang kini berubah ceria, tidak seperti tadi yang terlihat gelisah entah apa yang dipikirkannya.

'Seorang perayu ya ternyata' "aku Felisa, kau bisa memanggilku Feli atau Lisa" jawabnya ramah.

"Nama yang cantik seperti orangnya, apa kau tinggal di sekitar sini?"

"Ya, aku tinggal di ujung perbatasan hutan sana, kau ingin bermain ke tempatku?"

"Bolehkah? Apa kau tidak keberatan?"

"Tentu tidak, kau juga bisa berbagi cerita denganku, aku suka mendengar orang-orang bercerita"

"Eummm... Bagaimana jika sambil berbagi kehangatan juga? Aku sangat pandai dalam hal itu, kita bisa bermain sampai puas jika kau mau"

"Baiklah... Terserahmu saja" balas Felisa sambil terkekeh, tentu membuat pria itu senang bukan main sekarang.

"mobilku ada di pinggir jalan sana tadi, aku akan mengambilnya lebih dulu"

"Kau tak jadi menunggu kekasihmu?"

"Tidak, biarkan saja dia, aku sudah tak memerlukan gadis penuh drama sepertinya, hanya karena aku pergi bersama dengan kawan perempuanku tadi siang"

"Baiklah terserahmu" lalu Felisa berlalu dari jembatan itu menuju mobilnya, ia akan menunggu disana saja. Ia tak ingin tamunya tersesat.

Tin' tin'

Suara klakson mobil dari arah belakang terdengar sepertinya itu mobil Axel. Setelah memberikan tanda pada Felisa gadis itu segera menyalakan mobilnya dan mulai mengendarai menuju jalan setapak untuk menuju ke rumahnya.

"Pintar sekali dia mencari pemukiman, bukankah jika kita bersenang-senang disini tak akan ada yang melihat? Wah ini akan menyenangkan untuk kita, aku bisa menghajarnya sampai esok hari di manapun" monolog Axel di dalam mobilnya saat ia mengikuti Felisa menyusuri jalan menuju rumah gadis itu. tak perlu waktu lama mereka berdua sampai di bangunan yang cantik itu dengan bunga-bunga yang tumbuh apik di tamannya.

psycoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang