11

488 45 1
                                    

Malamnya dua sejoli ini baru keluar ke tengah kota untuk ketempat Rubby. Mereka memilih tengah malam agar tak banyak yang mengetahui keberadaan Felisa yang sudah dinyatakan meninggal karena kebakaran di tokonya, beritanya sudah menyebar di bahkan hingga telinga Rubby sebrlum akhirnya ia tahu jika itu bukanlah adiknya karena Felisa yang menghubunginya melalui ponselnya yang ternyata di sembunyikan Justin.

"Disini tempatnya?" Tanya Justin begitu mobil mewahnya terparkir di sebuah area parkir umum yang terbilang sepi

"Hmmm.... Di dekat sini tempat penjahit Rubby" jawab Felisa ia kemudian segera mengeratkan mantelnya yang besar, sebenarnya itu milik Justin untuk menutupi dirinya atas permintaan Justin, tak lupa tudung dari Hoodie yang juga ia kenakan, kaca mata hitam dan masker untuk menutup wajahnya juga.

Sebenarnya ini bukan Felisa, tapi Justin yang tak ingin jika orang-orang mengetahui keberadaan Felisa dan ia akan diambil dari tangan Justin. Wanita itu miliknya dan tidak ada yang boleh membawanya pergi meskipun itu orang tua Felisa, tapi untungnya mereka sudah tak bersama kekasihnya karena dirubah oleh gadisnya bersama sang kakak, menjadi patung untuk pajangan di balai kota.

Berjalan melewati gang kecil menuju pintu belakang gedung apartemen milik Rubby, kakaknya itu yang memintanya agar tak ada yang curiga dengan Felisa yang membawa kulit manusia segar dengan darah yang masih menempel, juga organ dalam yang di minta Theodore. Ah tentang Theodore pria itu selain bekerja di bidang fashion ia juga memiliki bisnis gelap, dia juga seorang mafia yang menjual belikan senjata ilegal dan organ dalam ilegal. Itu mengapa ia betah bersama Rubby, karena mereka berdua sama monsternya seperti Justin dan Felisa.

"Rubby aku sudah di depan pintu" ucap Felisa setelah ia berhasil menghubungi Rubby melalui panggilan ponselnya.

["Ya, aku sedang turun dari tangga darurat bersama Theodore kau tunggu saja disana sayang"] balas Rubby yang kemudian segera kembali berjalan mengandeng Theodore menuruni tangga.

******

"Siapa yang barusan kau panggil sayang?" Tanya Theodore curiga. "Kau milikku honey, your is My Rubby, my fox and my queen" lanjutnya sedikit menggoda kekasihnya.

"Jangan terlalu cemburu honey, I'm your's okay? Lagian hanya Felisa yang ku panggil sayang, apa kau tak ingat jika dia masih hidup?" Rajuk Rubby selama menuruni tangga, mengerucutkan bibirnya yang membuat gemas Theodore untuk melumat bibir itu. Memojokkan tubuh mungil dan sexy Rubby ke arah dinding mengungkung dan menggoda gairah Rubby.

"Ku rasa bermain sebentar disini tak masalah, sebelum bertemu adik bonekamu itu" ucap Theodore disela ciuman mereka. "Aku janji hanya sekali, tapi setelah boneka itu dan kekasihnya pergi kau harus memuaskan ku" lanjut Theodore otoriter yang di angguki oleh Rubby.

"Hmmm.... Kurasa tak apa Felisa menunggu lebih lama, tapi kau janji hanya sekali di tangga ini" balas Rubby lalu segera balik menyerang bibir tipis Theodore yang begitu menggodanya. "Ahh..... Theo" lenguhnya saat Theodore yang tak sabaran untuk segera menyatu dengan kekasihnya.

Theodore memang suka memanggil Felisa dengan sebutan boneka, karena pekerjaannya juga wajahnya. Ia sudah menganggap keluarga Rubby sebagai keluarganya juga setelah ia membantu Rubby dan adiknya membunuh orang tuanya. Gilanya justru kedua kakak beradik itu bersemangat dan memiliki ide lebih gila dari pikirannya. Itu mengapa ia sangat mencintai Rubby setelah ia terobsesi dengan gadis penjahit itu.

*****

"Dia lama sekali? Apa jarak lantai tujuh ke lantai dasar begitu jauh samapi dua jam lebih kita harus menunggu" keluh Felisa mondar mandir di depan pintu kecil yang masih tertutup rapat.

psycoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang