06

622 51 0
                                    

"Ugh" suara lenguhan dari belah bibir ranum seorang wanita menguar di kamar yang sepi itu. "Kepalaku sakit" ucapnya begitu ia bisa membuka matanya sedikit demi sedikit.

Di ruangan pribadi Justin gadis yang sedari tadi tak sadarkan diri kini sudah membuka matanya mengerjap perlahan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar, pupil matanya mengedar memperhatikan ruangan asing yang baru dilihatnya, ingin memengang kepalanya yang begitu terasa berat namun sesuatu menghalangi tangannya untuk bergerak

"Awh.... sshhh..... tanganku terikat? Bagus, Apa aku sedang di culik?" Monolognya. "Kurasa iya.... Hem baiklah kita sedang bermain menjadi pembunuh dan penculik sekarang? Siapa yang akan selamat nanti? Dengan siapa aku bermain?" Tanyanya lagi pada kesunyian. Pupilnya terus bergulir  mengamati sekitar, dan baru menyadari jika ia berada di sebuah kamar.

"Arrrrghghhhhh!!!!!!"  Teriakan keras di ruang sebelah mengejutkan Felisa, gadis yang tengah terikat di tengah-tengah ranjang ini memejamkan matanya, menikmati teriakan menyakitkan yang terdengar itu.

"Hihihi..... Merdu sekali teriakannya. Andai aku bisa ikut bermain bersama" Kembali bermonolog, masih di atas ranjang kini ia menghadap langit-langit kamar, ia kembali mendengar suara teriakan keras seorang pria yang sama kemudian senyap.


°°°°°°°°°

Derap langkah kini mulai terdengar mendekati kamar gadis boneka ini. Ia harus berpura-pura tidur lagi. Pintu ruangan terbuka memperlihatkan presensi pria tampan dengan tubuh tinggi tegapnya dalam keadaan shirtless memperlihatkan dada bidang juga otot perut yang terpahat sempurna, gadis itu melihat dengan jelas diantara barisan bulu mata lentiknya, saat ia sengaja membuka matanya sedikit agar pria itu tidak curiga. Ada sekitar delapan pack perut yang terbentuk dan jangan lupakan banyak bercak darah yang menempel pada kulit putih di badannya. Apa itu darahnya? Itu yang dipikirkan si gadis boneka.

Tak ada pergerakan, sengaja ia melakukan itu agar aktingnya berhasil. Orang itu mendekat kepadanya, mengelus rambut lalu kemudian turun pada wajahnya, cukup lama membelai pada bagian pipi cubbynya yang menggemaskan itu, kemudian berbisik "aku tahu kau sudah bangun my doll" yang langsung membuat sang gadis menegang, jadi aktingnya gagal? Ia segera mengerjap pelan, pupil hazelnya langsung bertemu dengan jelaga sang pria menimbulkan semburat merah juga jantung yang tiba-tiba berdetak kencang. Aneh pikirnya.

"Hihihi..... Aku ketahuan? Kau menculikku J?" ucapan pertama gadis boneka itu untuk menghapus kesunyian sementara antara mereka.

Tersenyum manis, pria itu Justin kemudian membalas ucapan boneka kesayangannya ini
"Tidak, aku menyelamatkanmu, bukan menculikmu Felisa. Tapi aku harus menghukum mu karena kau nakal"

"Menyelamatkanku? Dari apa? Lalu toko dan teman-temanku?" Bingungnya dengan dahi yang mengerut menatap Justin tajam dengan sorot mata yang berbeda

"Dari polisi, my doll dan untuk boneka juga tokomu__" ia sengaja menjeda perkataannya kemudian mendekat kerah boneka kesayangannya "aku membakarnya" bisiknya kemudian.

'teman-temanku?' batin Felisa.

Membingkai wajah kecil dengan pipi bakpau itu lalu melumat bibir bonekanya penuh gairah, memasukkan lidahnya dengan paksa agar bisa menikmati rasa manis yang lebih dari mulut juga bibir gadisnya, bertukar salivan hingga menetes ke bawah dari sela bibir mereka. Felisa sendiri yang masih terikat tak bisa berbuat apa-apa saat tangan Justin mulai merobek kain yang menutupi tubuh atasnya.

Menyentuh dadanya yang masih terbungkus bra putih dengan renda warna merah sebagai penghias, mengeluarkan benda lembut yang menggiurkan itu dari sarangnya. Meremas dan memilin benda yang terdapat tonjolan berwarna pink kecoklatan yang sudah menegang.

"Ahh..." Desahan indah pertama keluar dari mulut sang gadis saat panggutan itu terlepas bibir Justin terus mengecup seluruh wajah Felisa, memberi jilatan pada bagian pipi kanan Felisa, kemudian bibir itu turun hingga mencapai leher gadis bonekanya memberikan lumatan juga jilatan dan gigitan kecil yang menghasilkan tanda kepemilikannya disana.

"Ahh.. J shh..." Hanya itu yang bisa keluar dari belah bibir penuh yang mulai membengkak itu. Membuat pria yang mendengarnya tersenyum senang.

Tangan Justin masih terus meremas kedua bongkahan dada yang sudah keluar dari sarangnya, sedangkan bibirnya masih terus begerilya di leher angsa sang gadis, masih asik memberikan banyak tanda disana. Merasa terganggu dengan dress Felisa juga bra gadis itu, akhirnya Justin mengambil gunting di laci nakas dan langsung menggunting seluruh kain penutup itu dan membuangnya kelantai, hanya menyisakan kain terakhir penutup bebrbentuk g-string.

Bergerak naik keatas ranjang, mengungkung tubuh mungil bonekanya selimut yang di pakai gadis itu juga sudah merosot ke lantai. Wajah Justin kembali mendekat kembali melumat bibir bengkak yang terlihat sexy itu penuh gairah saling berperang lidah karena kali ini sang gadis membalas lumatannya juga, merasa cukup kini bibirnya mulai turun menuju dada Felisa tak ada ucapan apapun yang keluar dari mulut Justin, ia ingin menikmati tubuh Felisa dalam sunyi agar bisa mendengar desahan indah yang keluar dari Felisa dengan jelas seperti tadi.

Menjilati aorelia tanpa menyentuh tonjolan yang sudah menegang itu di bagian kiri sedangkan di bagian kanannya tangan sang pria masih aktif meremas tanpa menyentuh tonjolan menegang itu juga, membuat gadis yang tengah terangsang hebat itu frustasi dengan apa yang di lakukan pria diatasnya.

"kau tersiksa?" Ucapan pertama keluar dari belah bibir sang pria setelah sekian lama.

Lalu kembali memberikan tanda kepemilikan di area dada sang gadis, ia belum menyentuh tonjolan yang terasa gatal sekarang menurut Felisa.

"Yah... Hi-hisap J, putingku terasa gatal Engh..." Akhirnya Felisanya memohon juga, Justin memang sengaja berbuat itu.

Tak menuruti keinginan Felisa, si pria justru kembali melumat bibir boneka cantiknya, sedangkan tangan kanannya turun kebawah mngelus bagian inti Felisa dari luar celana dalamnya memainkan tonjolan yang merupakan area sensitifnya disana.

"Ahh.... Ahhh... Engh hh" hanya itu yang bisa di lakukan Felisa karena tak bisa bergerak

Tiba-tiba Justin menghentikan kegiatannya, turun dari ranjang tanpa mempedulikan gairah gadis itu yang sudah di ubun-ubun.

"Itu hukumanmu karena berani berpura-pura tidur tadi, sekarang aku harus melanjutkan pekerjaanku, juga menghukum temanku yang sudah membangunkan mu" ucap Justin pada akhirnya, lalu berjalan menuju pintu.

"Huh... Boleh aku melihat J?" Tanya Felisa pada Justin, setelah beberapa saat ia berhasil menetralkan nafasnya. Mengalihkan gairahnya dengan pikiran lain.

"Tidak, kau bisa bermain denganku nanti" balas Justin santai terdengar posesif.

"Tapi aku bosan J, aku hanya melihat, janji" Pinta Felisa yang masih terlihat pasrah di atas ranjang dalam keadaan terikat.

"Tidak Princessa, nanti temanku akan menyukaimu" ragu Justin

"Kau bisa congkel matanya, dan berikan padaku, juga mengulitinya untuk ku buat jadi bahan boneka" jelas Felisa memelas.

"Baiklah, kau boleh ikut" ucap Justin akhirnya. Ia tak bisa melihat wajah Felisa yang menggemaskan seperti itu. "Jangan nakal, tidak boleh melihatnya, berbicara dengannya. Kau hanya milikku" peringat Justin yang di jawab anggukan oleh Felisa.

Mendudukkan boneka kesayangannya setelah membuka ikatan borgolnya satu persatu, menyisakan satu borgol di pergelangan tangan Felisa. Membantu memakaikan kaos yang sudah diambilnya dari lemari pakaian, begitu terlihat kebesaran saat di pakai Felisa. Kembali mengikat tangan Felisa ke belakang. Mengangkat tubuh sang gadis yang terasa ringan ke pundaknya seperti karung menuju ke ruang kerjanya.


psycoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang