04

593 47 0
                                    

Warning: di chapter ini aku akan membuat detail penyiksaan dan pembunuhan. Jadi kalau ada yang nggak kuat karena merasa mual saat membayangkan adegan chapter ini bisa skip aja. Di mohon untuk tidak menirunya

Selamat membaca ✌🏻










Kembali Felisa mengajak Axel bermain masih dengan permainan yang sama juga peraturan yang sama dan kembali Axel gagal dan mendapatkan hukuman kali ini 2paku pada bagian tulang rusuk sebelah kiri.

"Wah darahmu ternyata banyak juga hihihi....." kemudian ia kembali melakukan permainannya " kali ini aku akan menambahkan pisau buah ya juga cutter ini saat menghukummu" lanjutnya.

Sudah beberapa jam mereka bermain permainan yang sama dengan Axel yang tetap gagal karena tenaganya yang sudah terkuras ia hanya bisa pasrah kali ini, hampir semua badannya sudah di penuhi paku berkarat juga sayatan paha luar hingga mata kaki di kedua kakinya, tentu Felisa pelakunya ia menyayat menggunakan cutter miliknya "karena pakunya sudah habis dan juga sudah menggunakan cutter untuk membuat lukisan di kakimu jadi sekarang giliran pisau buah ini yang akan ku tancapkan, tapi dimana ya?" bingungnya.

Axel sudah tak bisa membuka matanya secara penuh saat ini, ia sudah mencoba menggelengkan kepalanya sedari tadi tapi Felisa tak mempedulikannya. Sepertinya Felisa pandai memanipulasi dan menipu dirinya sehingga ia menurut saja perkataan gadis itu tadi.

"Aha.... Bagaimana jika di tenggorokanmu saja?" Axel menggeleng "kau tidak mau ya?" Axel mengangguk "baiklah kalau begitu bagaimana jika di milikmu saja? Bukankah kau juga ingin menunjukkannya padaku tadi bahwa kau ahli menghangatkan ranjang? Ah ku potong saja ya untuk membuktikannya apa benar bisa menghangatkan ranjang, tapi jika tidak aku akan membakarnya biar jadi hangat hihihi...."

'Bukan itu maksudnya Feli, bukankah kau bilang jika aku boleh menyerah maka aku harus menggelengkan kepalaku? Kenapa kau tidak mengabulkannya? Lebih baik aku mati sekarang'

"Oh aku lupa tanganmu juga belum memiliki hiasan bagaimana jika aku menattoonya saja?" Axel kali ini hanya diam ia tak ingin melakukan pergerakan apapun jika akibatnya sama saja, lidahnya sudah terpotong sampai pangkal ia benar-benar tak dapat berbicara sekarang.

"Diam saja? Ku anggap itu setuju ok saatnya bekerja teman kecilku" Felisa mendekati lengan Axel yang masih terikat ia segera mengukir tulisan disana menggunakan pisau buah, ia menyayat cukup dalam mengingat pisau buah yang tak begitu tajam seperti pisau dapur. Ia menuliskan my doll Axel pada pergelanagn tangan kanannya dan kemudian berpindah kesebelah kiri ia menuliskan Felisa's cassanova.

"Oh aku baru ingat jika kau menyerah dalam permainanku, aku menyuruhmu menggeleng, kau ternyata kuat sekali bertahan apa kau menyerah sekarang? Tinggal pisau bedahku yang belum bekerja" Felisa baru mengingat ucapannya pada Axel tadi setelah memotong lidah pria itu.

'Aku sudah menunjukkannya dari tadi Feli kau saja yang sengaja tak melihatnya' Axel menggeleng lemah dengan sisa tenaganya dan itu sudah cukup terlihat di mata Felisa gadis itu mengangguk dan sambil tersenyum dengan manisnya, ia kemudian menggores dalam leher Axel tepat pada nadinya lalu meninggalkan pria itu menjemput ajalnya.

"Aku harus mengambil gergaji dulu untuk membuka tempurung kepalanya, jadi aku bisa mengambil matanya untuk dipindahkan ke calon bonekaku nanti" melangkah dengan riang menuju ruang kerjanya untuk mengambil gergaji miliknya.

psycoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang