Warning: di chapter ini aku akan membuat detail penyiksaan dan pembunuhan. Jadi kalau ada yang nggak kuat karena merasa mual saat membayangkan adegan chapter ini bisa skip aja. Dimohon untuk tidak menirunya.
Selamat membaca ✌🏻
'Krek 'krek 'krek
Suara yang terdengar itu berasal dari sebuah gunting kuku milik Felisa yang masih setia membuat cela untuk pisau Justin untuk menguliti Clif.
Sayatan demi sayatan mulai dibuat Justin begitu Felisa selesai membuat jalan, keringat dingin dan rintihan kecil dari Clif menjadi pemandangan indah mereka, bagaimana tidak merintih jika ternyata setelah kedua matanya hilang Clif masih bisa bertahan dan itu sungguh membuat keduanya senang karena bisa menguliti Clif hidup-hidup.
"Argh... Su-sudah c-cukup J i-ini sakit" ucapnya terbata-bata karena perlakuan dua pasangan monster ini. "Le-lebih baik k-kau bunuh saja a-aku lebih d-dulu" lirihnya terbata namun tak di hiraukan oleh kedua sejoli yang masih asik dengan mainannya.
"Jangan samai dagingnya ikut J, hati-hati" ucap Felisa yang tengah berjongkok memperhatikan Justin yang membungkuk di sampingnya dengan sebuah cutter di tangannya yang masih setia memisahkan kulit dari dagingnya.
"Aku tahu honey, calm down okey" ia butuh konsentrasi sekarang agar hasilnya sempurna.
Saat ini mereka tengah sampai di bagian perut Clif, yang terdapat tonjolan enam kotak disana, namun sudah ada yang terkoyak karena perbuatan Louis yang menggila sebelumnya. Keringat dan bercak darah sudah menempel di tubuh mereka terutama Justin yang memang tak memakai atasan jika sedang melakukan yang berhubungan dengan darah. Ember berisi darah Clif tadi sudah ia simpan di lemari pendingin di ruang kerjanya agar tetap segar saat ia ingin membuat pewangi ruangannya sendiri.
"Sedikit lagi J" ujar Felisa masih setia berjongkok dengan mata berbinar seperti anak kecil yang sedang memperhatikan seseorang mengambilkan boneka capit keinginannya.
Wajah dan lehernya terdapat cipratan darah dari perbuatannya tadi, juga pada dress maid yang dipasangkan Justin untuknya, membuatnya jadi seperti boneka yang sesuai dengan keinginan pria itu dan dia harus menurut sesuai dengan kesepakatan menjadi pasangan.
"Selesai, tinggal punggungnya saja sekarang" lega Justin begitu ia menyelesaikan tugas pertamanya.
Oh ya posisi Clif sudah tak terikat sekarang ia tengah di baringkan di sebuah brankar yang memang selalu ada di ruang kerja Justin saat ia akan memotong tubuh modelnya itu. Tak selalu terpakai hanya saat ia butuh saja. Jika tak butuh ia akan melipatnya dan menyimpannya di tempat yang tepat agar tak mengganggunya bekerja.
Sedangkan Felisa berjongkok di kursi bekas tempat Clif diikat tadi, ia memang suka seperti itu saat antusias dengan sesuatu dan berakhir tak bisa bergerak karena keram di kakinya, ujung-ujungnya Rubby yang akan membantunya kala itu sambil mengejek adiknya ini.
Kembali pada pekerjaan mereka, kini mereka tengah bingung membalikkan tubuh Clif sekarang.
"Dudukkan saja J, lalu buat ia tengkurap" ujar Felisa memberi masukan.
"Ck... Diamlah honey, aku tidak mau merusak daging segar ini, para hewanku akan sangat menyukainya"
"Iya-iya aku diam, menyebalkan" gerutunya saat ini ia segera beralih duduk sebelum ia tak bisa bergerak.
Berhasil, Justin ternyata berhasil membalik tubuh Clif. Ia memilih membuat tubuh Clif miring dan memperlihatkan punggung kekar pria yang terdapat bekas berwarna merah senderan kursi kayu karena terlalu lama ia terikat. Dengan di sangga oleh tangan Justin, pria itu memanggil boneka cantiknya untuk mendekat kembali
KAMU SEDANG MEMBACA
psycouple
Random[M]Bagaimana jika dua Psycophat gila menjadi sepasang kekasih? "aku suka matamu, boleh kupindahkan ke bonekaku hihihi..." "Aku ingin ending cerita yang dramatis untuk novelku, bagaimana jika kau yang menjadi contohnya?" mengandung unsur 🔞, kata kas...