Pagi ini Felisa dan Justin sarapan bersama Yuri dan Leon yang mereka temui. Tidak, hanya Yuri dan Leon yang sarapan lebih tepatnya sedangkan Felisa dan Justin hanya mengoles selai pada roti dan minum kopi.
"Maaf tuan Justin__"
"Panggil J saja Yu-ri" sela Justin kemudian kembali meminum kopi di cangkirnya.
"Ah... Baiklah J, apa anda sudah mengabarkan pada perusahaan untuk ijinku?" Menatap ragu pada sosok Justin yang terlihat tenang dengan keramahan di wajahnya, juga pada Felisa yang sekarang memakai telinga kelinci dan jubah mandi, sedang asik mengoles selai pada dua roti tawarnya.
"Sudah, mereka mengijinkannya" menjawab ramah. "Apa kau sudah selesai mengoleskan selainya sayang?" Tanya Justin menengok ke arah Felisa yang di jawab anggukan oleh boneka cantiknya sambil menyodorkan piring berisi dua roti dengan selai jeruk dan kacang. "Lanjutkan saja sarapanmu dengan tenang, jangan memikirkan lainnya" lanjutnya kembali kemudian menumpuk roti miliknya satu persatu dan memotongnya menjadi lebih kecil.
"Aku keatas dulu untuk mempersiapkan tempatnya, aku serahkan disini kepadamu J." Felisa berbisik kemudian berlalu pergi ke ruang kerja Justin.
Kembali menikmati sarapannya setelah ia berhasil mencuri kecupan pada bibir Felisa sebelum boneka cantiknya berlalu. Memerhatikan setiap gerak gerik yang dilakukan kedua orang dihadapannya. Terutama Leon yang selalu melihat setiap pergerakan Felisa dengan sorot mata yang membuatnya cukup geram. 'Lihat apa mata itu bisa seenaknya lagi nanti? Jika tidak karena boneka cantikku menginginkan mata itu, aku sudah merobeknya saat ini juga' batinnya.
Bruk'
Bruk'
Tak lama terdengar suara benturan tubuh menghantam meja juga lantai, kedua orang itu hampir bersamaan tak sadarkan diri.
"Cepat juga reaksi obatnya, semoga sisa makanannya tak dikeluarkan Felisa nanti saat ia keasikan" memanggil Felisa untuk membantunya memindahkan tubuh Leon terlebih dahulu.
"Badannya tak lebih besar darimu, kenapa tetap berat... Argh" gerutu Felisa begitu ia dan Justin berhasil memindahkan tubuh Leon. "Kau gendong wanita itu sendiri kesini, aku lelah pinggangku masih sakit karenamu semalaman" kembali menggerutu ini memang salah Justin yang seperti binatang buas saat memakannya semalam dan baru selesai dini hari tadi, ia belum cukup istirahat. "Tapi setelah itu kau harus membersihkan tubuhmu dari bekasnya" mengingatkan jika ia tak suka apa yang menjadi miliknya disentuh atau bersentuhan dengan orang lain, termasuk Justin.
"Iya" memutar matanya malas, Justin segera kembali ke ruang makan untuk memindahkan tubuh Yuri sekarang. "Jangan mengeluarkan sisa makanannya di sini itu menjijikkan" mengingatkan Felisa begitu ia sudah kembali lagi dengan tubuh Yuri di gendongannya. Meletakkan tubuh ramping wanita cantik itu ke brankar kemudian mengikatnya pada tangan dan kakinya dengan posisi seperti huruf X
"Hah..... Jijik dengan bekas makanan tapi suka dengan darah, dasar aneh" gumam Felisa begitu Justin sudah keluar dari ruangannya menuju kamar pribadinya untuk membersihkan dirinya dari bekas bersentuhan dengan kulit Yuri tadi, ia bahkan juga membakar baju yang di pakainya di dalam kamar mandi juga celana dan celana dalamnya sekalian haha...
Beberapa menit kemudian Justin sudah berganti penampilan apalagi jika tidak dengan celana jeansnya yang penuh dengan bekas darah yang mengering.
Melihat Felisa yang duduk di kursi miliknya sambil memainkan pisau lipat miliknya yang kini menjadi benda kesukaan Felisa saat ia memakainya untuk seperti ini.
"Kau ingin memposisikan mereka seperti apa?" Tanya Felisa begitu melihat sosok Justin yang berdiri di dekatnya.
"Eummmm.... Belum tahu, aku akan menulisnya lebih dulu. Sekarang kau bekerja dengan mulutmu dulu di bawah menemaniku menulis" balas Justin dan segera memindahkan Felisa kebawah meja kemudian ia menurunkan resletingnya.
*******
James baru saja keluar dari kamar mandi, ia harus ke rumah sakit untuk melihat pasien yang akan melakukan operasi cangkok hati hari ini. Melihat kearah gundukan selimut yang terdapat tupai manisnya didalam sana dengan tubuh telanjang sedang tertidur pulas karena keleahan setelah ia bermain dengannya hampir semalaman.
"Rais, bangun sebentar" ucapnya lembut, membuat pemilik nama yang sedang bermimpi menaiki awan warna warni dan bisa dimakan itu terganggu dari mimpi indahnya.
"Ada apa James? Aku sedang makan permen kapasku yang banyak" ketus Rais terlihat manja dengan mata sedikit terpejam, nyawanya belum pulih seutuhnya.
"Nanti kau bisa lanjutkan, aku hanya ingin meminumkan obatmu lebih dulu sebelum sarapan, aku akan ke rumah sakit. Tunggu aku pulang ya" kemudian mengambil sebuah pil kecil berwarna putih dari laci nakas, diminumkan pada Rais dengan bantuan air putih. "Hah..... Melihatmu telanjang, aku jadi tidak ingin berangkat, beri aku susu dulu untuk sarapanku pagi ini. Kau bisa sambil tidur" kemudian memposisikan tubuhnya menghadap pada dada Rais yang tak terhalan apapun menyedot tonjolan pink itu dengan lahap hingga sesuatu keluar dari bongkahan empuk yang menggiurkan disana.
"Engh..... James jangan menggigit" lenguh Rais dengan sisa kesadarannya sebelum kembali tertidur pulas membiarkan James dengan kegiatannya.
******
Memasuki sebuah kamar VIP terdapat sebuah keluarga yang menunggunya salah satu pejabat terkenal di kota tersebut. Keluarga yang menjadi langganan jasanya juga sekaligus salah satu kelinci percobaannya.
Berjalan kearah brankar berisi pasien yang tengah diinfus juga alat medis banyak yang menempel. Itu adalah putri kesayangan sang pejabat yang kini sengaja di jadikan James kelinci percobaan. Sengaja memberikan racun yang merusak kinerja hatinya saat ini untuk bisa membuat penawarnya juga, sungguh cara yang licik untuk mencari menguras uang dari para konglomerat-konglomerat yang membayar jasanya.
"Tunggu beberapa hari lagi, jika kondisinya stabil ia bisa langsung dioperasi, namun jika keadaannya kembali menurun terpaksa diundur kembali operasinya dan organnya akan di berikan pada yang sudah siap" ucap James pada kedua orang tua si gadis.
"Jangan berikan pada yang lain, kami akan membayar berapapun putriku pasti bisa operasi sore ini"
"Ya semoga saja____" ucapnya menjeda "kau berhasil melewati masa kritis dari racun yang ku suntikan ini sekali lagi" lirihnya saat ia menyuntikkan racun berwarna transparan itu pada selang infus si gadis.
******
"Ugh!!!" Lenguhan terdengar dari kursi kayu yang tengah ditempati seorang pria. "Tenggorokanku kering" gumamnya, melihat ke sekitar begitu pupilnya mulai terang. Menggulirkan pandangan hingga menemukan sosok pria yang tengah bekerja dengan gelisah di meja kantornya.
"Ahh..... Kau engh... Sudah sadarh? agh....aku keluarh.... Felisaaa ahh" pria itu terengah-engah mengatur nafasnya yang masih memburu sambil menengadahkan kepala pada sandaran kursi sambil mengatur nafasnya yang masih memburu. Terlihat peluh membasahi tubuh atletisnya.
"Di_mana a__aku sekarang?" Tanyanya terbata karena tubuhnya masih begitu lemas bahkan tubuhnya belum bisa di gerakkan, sendinya bahkan mati rasa.
Membenarkan kembali celananya kemudian menunduk untuk memberi sebuah hadiah pada seseorang yang ada dibawah meja itu. "Ehem..... Karena kau sudah sadar lebih dulu, minumlah air ini" berjalan kearah pria yang terduduk itu menyodorkan air yang ia genggam. "Minum yang banyak lalu kita akan bekerja setelah partner juga tersadar, persiapkan fisikmu setelah ini dan buat dirimu tetap sadar." Kemudian kembali ketempat duduknya.
"Yeay...... Saatnya bermain J hihihihi" ucap gadis di bawah meja.
Belum.... Masih belum penyiksaannya
Muehehehehe..... 🤪
KAMU SEDANG MEMBACA
psycouple
Random[M]Bagaimana jika dua Psycophat gila menjadi sepasang kekasih? "aku suka matamu, boleh kupindahkan ke bonekaku hihihi..." "Aku ingin ending cerita yang dramatis untuk novelku, bagaimana jika kau yang menjadi contohnya?" mengandung unsur 🔞, kata kas...