Jefian tidak bisa menyembunyikan tawa ringannya saat melihat senyum sang istri tidak luntur sedari malam, hingga kini mulai membuka mata. Istri kecilnya itu sudah sangat repot pagi-pagi, membangunkn Jefian lebih awal, membuat sarapan, mandi serta mencari baju yang cocok untuk keluar dicuaca panas.
Kemarin, pulangnya Jefian dari bekerja, Dyra tidak banyak bicara seperti biasanya. Wajah wanita itu juga lebih murung dari hari biasanya. Tau apa yang dirasa dan diinginkan sang istri, Jefian akhirnya mengajak Dyra untuk ke kota, sekedar jalan-jalan mengembalikan mood istrinya.
Saat Jefian bertanya apa yang harus mereka lakukan di kota, wanita polos itu menjawab dengan sederhana, memakan es krim dan donat.
"Udah semua dibawa? Ada yang ketinggalan?" Tanya Jefian saat mereka sudah duduk manis di dalam mobil namun, Dyra masih sibuk melihat-lihat isi sling bagnya.
"Aman!" Pekik Dyra setelah menyeletingkan tasnya.
Jefian terkekeh gemas, tangannya mengusak pelan pucuk kepala sang istri. "Pake seatbeltnya."
Perjalanan yang menempuh waktu sekitar tiga jam tidak diisi dengan keheningan. Lantunan lagu dari radio mobil, nyanyian lirih Dyra serta celotehan wanita itu menjadi pengiring.
Jefian pun merasa terhibur dengan pertanyaan dengan irama keingintahuan yang tinggi dari istrinya.
Menjalin hubungan selama dua tahun, tidak membuat mereka banyak berinteraksi secara langsung. Dalam dua tahun itu, mereka hanya bertemu lima puluh kali sama dengan lima puluh hari. Interaksi setiap harinya hanya melalui sambungan video call, itu pun tidak pernah lama. Jadi, wajar sekali bagi keduanya saling terkejut dengan sikap dan sifat yang baru mereka ketahui.
"Cape?" Tanya Jefian setelah mereka sampai pada tujuan, kekehannya tak berhenti melantun dengan segala tingkah menggemaskan istrinya.
"Pantat aku pegel."
Jefian mengusap pantat berisi Dyra yang sepertinya merasa kebas. Wajar saja hal itu untuk Dyra yang belum terbiasa dengan perjalanan jauh.
"Ayo."
Jefian mengulurkan tangan kanannya yang langsung disambut dengan senang oleh Dyra. Keduanya berjalan bersisian dengan celotehan penuh keingin tahuan dari Dyra.
"Ini mall terbesar di Kalimantan. Nanti, kalau mas ada waktu banyak, kita jalan-jalannya liat alam." Ucap Jefian dengan gemas mencubit dagu mungil istrinya.
"Mas, aku mau es krim." Ucap manja Dyra yang tentu saja langsung dituruti Jefian.
"Eeum, enaak~"
Jefian tersenyum tulus melihat binar sang istri hanya karena sebuah es krim.
"Aku udah lama banget kayaknya ngga mam es krim sejak tinggal di sini." Curah hati Dyra.
"Kamu mau makan es krim tiap minggu?" Tanya Jefian dengan jari jempol tidak berhenti mengusap setiap sudut bibir Dyra yang terdapat noda es krim.
"Mau!" Jawab Dyra dengan semangat.
"Nanti kita stok es krim buat di rumah." Tentu saja ucapan Jefian membuat istrinya memekik senang.
"Sekalian beli daging boleh, mas?"
"Boleh."
Di hari ini, hanya ada Jefian yang selalu menanyakan apa yang diingin kan istri kecilnya dan mengabulkan setiap keinginin sederhana wanita itu.
👣👣👣
Dyra berlari pelan ke teras rumah dari arah dapur, ia cukup penasaran dengan suara bising di sana. Jefian berkata ada paket yang akan datang, tapi tidak memberitahu paket apa itu.
Dyra mengernyit saat mobil pick up menurunkan barang yang cukup besar, ia mendekat untuk lebih tau apa isi di dalamnya.
"Mas beli apa?" Tanya Dyra yang hanya dijawab senyum tipis serta usapan halus di kepalanya.
"Langsung bawa masuk aja." Ucap Jefian pada tiga orang pria yang mengantarkan paketnya.
Jefian merangkul Dyra untuk masuk ke dalam lebih dulu. Pria itu tengah menahan tawa melihat wajah kebingungan istrinya.
Pekikan tertahan serta wajah Dyra yang menampakkan berbagai ekspresi membuat Jefian tidak tahan untuk tidak mencium istri kecilnya.
"Mas!" Pekik Dyra dengan pukulan pelan.
Freezer box es krim berukuran sedang ditaruh di dapur. Berbagai macam rasa serta merek es krim sudah terisi di dalamnya.
"Suka?" Tanya Jefian pada Dyra yang tidak melepas pandangannya dari freezer box es krim.
Dyra mengangguk semangat, tubuh tegap Jefian dipeluknya dengan erat. "Makasih ya mas." Ucapnya yang teredam pada dada bidang suaminya.
Jefian mengusap sayang kepala Dyra. "Sama-sama." Untuk menyenangkan Dyra, ia hanya melakukan hal sesederhana ini dan senyum wanitanya tidak pernah luntur.
"Mas selesaiin pembayarannya dulu, makan es krimnya tunggu mas."
"Okeng."
Mengecupi wajah Dyra hanya satu kecup rasanya tidak akan pernah puas untuk Jefian. Wajah lugu yang selalu mengulas senyum tulus dan tawa yang akan selalu terdengar sangat indah hanya karena perlakuan kecil dari Jefian akan selalu tersemat dalam ingatannya.
Jefian akan selalu menjaga wajah lugu itu, senyum indah dan tawa Dyra sampai kapan pun. Maka, rahasia menyakitkan itu akan selalu Jefian kunci rapat.
"Mau makan es krim yang mana dulu?"
Pertanyaan serta pelukan tiba-tiba dari Jefian membuat Dyra tersentak pelan, namun detik berikutnya senyum lebar wanita itu mengembang.
"Aku mau yang ini." Tunjuk Dyra pada es krim cone. "Mas mau yang mana?" Tanyanya sambil membuka Freezer box dengan Jefian yang setia memeluknya dari belakang.
"Ini." Tunjuk Jefian pada es krim dengan rasa coklat.
"Mas udah stok es krim buat kamu. Tapi, ngga boleh dimakan setiap hari ya, nanti kamu sakit."
Dyra membalikkan tubuhnya dengan bibir mencebik pelan. "Seminggu cuma boleh tiga es krim aja."
"lima ya?" Tawar Dyra.
"Oke, seminggu dua es krim."
Dyra merengek dengan isakan dibuat. "Kok jadi sedikit, mas~"
"Ya kamu, nawar. Tiga atau es krimnya mas balikin?"
Bibir Dyra semakin maju dengan cibiran pelan. "Iya, tiga."
"Senyumnya mana?"
Senyum Dyra terangkat tipis yang kemudian mendapat kecupan dari Jefian.
"Udah~" Rengek Dyra saat Jefian justru mengambil kesempatan untuk lebih merasakan bibir manis istrinya.
Jefian menyudahi ciuman sepihaknya, jemarinya mengelus pipi lembut Dyra yang semakin berisi setiap harinya.
"Ayo mam es krimnya~"
Rengekan yang entah keberapa kali keluar dari mulut Dyra tidak bisa di abaikan lagi oleh Jefian. Pria itu langsung membawa Dyra ke kamar untuk menghabiskan es krim yang dipilih serta membicarakan hal apapun yang sempat tertunda tadi.
"Sabtu depan kamu mau jalan-jalan ke mana lagi?" Pertanyaan sederhana namun membuat Dyra mengernyit bingung.
"Mas punya tiga tempat yang bisa kamu pilih satu."
"Mas emangnya ngga kerja? Atau pergi sama teman-teman mas?"
Jefian mencubit pelan hidung Dyra saat istrinya menatap dengan penuh tanya yang menggemaskan.
"Ngga, weekend depan full waktunya buat kamu."
Tentu saja hal itu membuat Dyra tidak bisa menahan rasa senangnya. Ia berharap bukan hanya weekend sekarang serta minggu depan saja Jefian habiskan waktu bersamanya.
⌒ ⌒ ⌒ ⌒
Long time no see 😻
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Clue
Fanfiction●Jaedo Dyra sangat bersyukur mempunyai Jefian dalam hidupnya. Pria kaya raya yang sudi menjadi kekasih dan akan menikahi orang biasa seperti dirinya, pria yang menerima segala kekurangan dan kelebihannya. Namun, apakah Dyra selalu akan mengucap syuk...
