Chapter: Two

53.7K 6.4K 1.1K
                                    

Hello, happy fasting all🤍

*
*

"Apa kabar, Deandra?"

Barulah Deandra bisa mengerjapkan mata dan kembali mengambil napas, "baik, kamu?"

"Seperti yang kamu lihat, saya baik-baik aja. Bisa kita bicara?"

"Saya sedang bekerja." Oh, Aryan menyadari satu hal, Deandra sudah tak mengatakan 'aku' lagi pada Aryan, tetapi menggantinya dengan 'saya'.

"Baik, saya akan menunggu." Pria itu duduk di sofa tunggu, memperhatikan Deandra yang masih mematung.

Pintu butik kembali terbuka, tetapi Aryan dan Deandra masih belum memutuskan kontak mata mereka.

"De, maaf aku lama soalnya ngantri ba—-nget.." perkataan wanita itu terhenti ketika melihat terdapat seorang pria disini. Ia menatap Deandra dan pria itu bergantian. Mengapa mereka berdua terlihat begitu tegang?

"Dean.." wanita itu menghampiri Dean, membuat Dean menoleh, "Mbak Laras, udah selesai ambil uangnya?"

Wanita yang diketahui bernama Laras itu mengangguk, "itu siapa?" Bisiknya pada Deandra.

"Saya Aryan, pengacara, memiliki urusan dengan Deandra."

Laras terkejut mendengarnya, "astaga, Dean. Kamu terlibat kasus apa?"

"Mbak.." Deandra menggeleng kecil, "boleh aku keluar sebentar, Mbak?"

Laras mengangguk, "kalau ada apa-apa kabarin aku, De."

Deandra mengangguk, ia mengambil tasnya lalu keluar lebih dulu dari butik, Aryan pun beranjak mengikuti Deandra, sebelum itu ia mengangguk berpamitan pada Laras.

"Gak perlu naik mobil, kita bicara di kedai kopi itu aja." Deandra menunjuk sebuah kedai kopi yang berada di seberang butik, lalu menyeberang lebih dulu. Aryan yang baru saja akan membuka pintu mobil pun ia urungkan, ia mengikuti Deandra.

Setelah memesan kopi, mereka duduk di kursi kosong. Keduanya duduk berhadapan, tetapi Deandra sama sekali tak menatap Aryan. Jantungnya masih berdetak dengan cepat seperti dulu, ia tak menyangka jika dirinya dan Aryan akan kembali bertemu.

"Kenapa kamu gak cerita kalau kamu diperlakukan dengan gak baik?" Aryan langsung masuk ke intinya.

"Untuk apa? Untuk dikasihani? Saya gak butuh belas kasihan."

"Bahkan sudut matamu masih memar, Deandra."

Deandra menunduk, ia meremas jemarinya sendiri. Sungguh perkataan Aryan seakan tersirat bahwa pria itu begitu mengkhawatirkannya. Tidak, Deandra tak boleh kembali jatuh ke dalam pesona Aryan, ia sudah mengubur dalam-dalam perasaannya pada Aryan.

"Saya peduli dengan kamu karena saya gak bisa membiarkan seorang lelaki menyakiti seorang perempuan seperti ini."

"Saya minta maaf atas sikap saya pada kamu saat itu, saya tau saya gak menghargai perasaan kamu. Seharusnya saya gak menjauhi kamu setelah kamu mengungkapkan perasaanmu."

"Lebih baik lupain tentang itu," ucap Deandra.

Aryan mengangguk, "Rifki udah menceritakan semuanya dan saya bersedia membantu kamu."

"Untuk apa?" Deandra mendongak, "untuk apa kamu membantu saya? Saya gak butuh bantuan siapapun."

"Kamu bisa mati, Deandra. Ayah tiri kamu bisa membunuh kamu kapan aja."

"Lalu kalau saya mati, kenapa? Siapa yang rugi kalau saya mati? Gak ada."

"Deandra, kamu harus bisa menghargai diri kamu sendiri."

ATHARRAZKA 2: AryanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang