Chapter: Sixteen

52.9K 5.8K 3.3K
                                    

Tingky wingky, dipsy, lala, puh sepuh banyakin vote dan comment nya dong puh~

Happy reading!

****

"Maksud kamu?" Tanya Deandra bingung.

"Ya, kamu berhenti bekerja, dan saya akan membuatkan kamu butik sendiri. Pekerjaanmu akan lebih mudah, hanya mengelola butik, kamu akan memiliki pegawai sendiri."

Deandra mengangkat satu alisnya, "semudah itu bagi kamu membuka butik sendiri, ya? Modalnya gak sedikit, Aryan."

"Lalu kenapa? Modalnya memang tidak sedikit, tetapi omsetnya juga tidak sedikit, kan?"

"Aku gak bisa."

"Kenapa?"

"Aku gak bisa mengelola itu, Aryan."

"Kamu bisa belajar, mungkin kamu harus mengambil les manajemen biar kamu paham cara mengelola sebuah usaha. Gimana?"

"Kalau begitu, kenapa dulu aku gak ambil manajemen bisnis aja, gak perlu ambil desain."

Aryan tersenyum kecil, "siapa bilang pilihanmu itu salah? Kamu bisa merancang busana, jadi kamu bisa membuat rancangan busana yang bagus-bagus untuk butik kita, kan?"

Deandra diam, tak menjawab perkataan Aryan. Sampai mereka tiba di rumah, Deandra masih enggan menerima tawaran Aryan. Ia sudah mencintai pekerjaannya, mengapa Aryan mudah sekali mengambil keputusan?

Bahkan saat ingin tidur pun, Aryan masih sempat mengatakan, "silakan berpikir semalaman ini, saya akan menanyakan keputusanmu besok pagi. Selamat malam, Deandra."

****

Pukul 5 pagi, Deandra bangun lebih dulu. Ia sengaja melaksanakan sholat subuh duluan barulah ia membangunkan Aryan.

"Aryan, bangun." Wanita itu mengguncang tubuh suaminya, "Aryan, bangun!"

"Lima menit."

"Lima menit apa? Udah jam 5 lewat, Aryan."

Pria itu akhirnya membuka mata, "kamu ambil wudhu duluan sana." Ucapnya dengan suara parau seraya mengucak mata.

"Aku udah duluan."

"Loh?"

"Sana kamu sholat!"

Setelah yakin jika Aryan benar-benar sudah bangun, Deandra beranjak berdiri, tetapi Aryan segera menahannya, "gimana soal tawaran semalem?"

"Baru melek mata udah nanyain itu, udah sana subuhan, aku aduin Bang Shaka, mau?!"

Aryan berdecak sebal mendengarnya, ia pun beranjak menuju kamar mandi, sedangkan Deandra menuju dapur untuk membuat sarapan.

Ia sengaja tak memasak makanan berat, karena Aryan tak begitu menyukai makanan berat di pagi hari. Selera pria itu layaknya bule yang lebih memilih roti sebagai sarapan. Jadilah Deandra membuatkan roti bakar cokelat keju dan sosis panggang, minumnya Aryan lebih suka air putih di pagi hari.

Karena hanya membuat roti bakar dan sosis panggang, hanya 15 menit sarapan sudah selesai, tetapi Aryan belum juga turun. Deandra pun berinisiatif untuk memanggil Aryan, tetapi saat ia baru saja membuka pintu kamar, ia terkejut melihat Aryan yang tak memakai pakaian.

Brak!

Deandra kembali menutup pintu, ia berlari kembali ke meja makan dengan jantung yang berdegup kencang, wajahnya memerah, malu sendiri melihat tubuh polos Aryan, padahal ia sudah sering melihatnya.

ATHARRAZKA 2: AryanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang