Chapter: Nineteen

55.7K 5.5K 3K
                                    

Sudah 2 minggu ini Deandra menjalankan les manajemen dengan guru les yang datang ke rumah setiap hari Senin sampai Sabtu. Karena hari Minggu Aryan libur, maka Deandra libur les, dan mereka selalu pergi keluar di hari Minggu.

Dan saat ini Aryan mengajak Deandra ke suatu tempat, Aryan tak mengatakan kemana mereka akan pergi. Bahkan, pria itu menutup kedua mata Deandra dengan sapu tangan, lalu menuntunnya berjalan.

"Aryan, kita mau kemana sih?"

"Sabar, sebentar lagi sampai."

Aryan melepaskan genggamannya dan berlalu, membuat Deandra bingung, "Aryan? Kamu dimana? Kok aku ditinggal?"

"Aryan?"

"Aku disini." Suara Aryan sangat dekat, Deandra dapat merasakan deru napas Aryan yang menerpa wajahnya.

Deandra pun melepaskan penutup matanya, ia terkejut ketika mendapati wajah Aryan tepat berada dihadapannya. Ia segera mundur dua langkah lalu mengedarkan pandangannya.

"Aryan, kita dimana?"

"Tempat ini tempat bersejarah, sebelum ada Bang Shaka, tempat ini udah ada."

"Maksudnya?" Bingung Deandra.

"Tempat ini milik Abba, Abba membuatnya untuk Umma. Saat Abba dan Umma masih ada, kami sering kesini, menginap di rumah itu." Aryan menunjuk sebuah rumah kayu, "umur rumah itu lebih tua daripada umur Bang Shaka, tapi rumahnya masih kokoh. Karena seminggu sekali selalu dibersihkan."

"Sebelum bertemu kamu, aku sering kesini sendirian, hidupku terasa sepi tanpa Umma dan Abba, dan setelah bertemu kamu, aku ingin menunjukan tempat ini ke kamu."

"Dulu Bang Shaka juga mengajak Zanara kesini, setelah Zanara wafat, Bang Shaka selalu mengajak Arka dan Zaura kesini setiap satu bulan sekali."

"Dan sekarang, aku mengajak kamu, istriku."

Deandra tersenyum kecil mendengarnya, Aryan kembali menegakan tubuhnya, ia menggenggam tangan Deandra lalu menjauhkan tubuh, setelah itu menarik tangan Deandra dan memutar tubuh Deandra, membuat Deandra tertawa.

"Bad dancer." Gumam Deandra.

Kedua tangan Deandra mengalung di leher Aryan, sedangkan tangan Aryan berada di pinggang Deandra, keduanya bertatapan dengan senyum manis yang terukir di bibir mereka.

"Terima kasih, Aryan."

Deandra mengusap tengkuk Aryan, lalu menariknya agar mendekat, ia pun berjinjit karena Aryan lebih tinggi darinya. Setelah itu Deandra menempelkan bibirnya diatas bibir Aryan. Mengecupnya lembut.

Melihat Deandra yang memejamkan mata, Aryan ikut memejamkan mata, ia menarik pinggang Deandra agar lebih merapat padanya.

Dengan lembut, Aryan menggerakan bibirnya, Deandra mengikuti permainan Aryan. Jemarinya mengusap lembut rambut belakang Aryan.

Saat keduanya tengah asyik menikmati sentuhan mereka, tiba-tiba saja hujan turun. Pangutan keduanya terlepas, Aryan segera melindungi kepala Deandra dan menggendong tubuh Deandra masuk ke dalam rumah kayu.

Keduanya tertawa melihat hujan yang tiba-tiba saja turun, sayangnya Aryan lupa membawa baju ganti untuk mereka, jadi mereka tak bisa bermain hujan.

Aryan mengusap wajah Deandra yang sedikit basah karena air hujan, entah karena gairah sudah mengusai mereka, keduanya kembali menyatukan bibir.

Tetapi hanya sebentar, Deandra segera menjauhkan kepalanya, "nanti aja di rumah, ya? Udah mau masuk waktu ashar, nanti kita gak bisa sholat." Ucapnya malu-malu.

Aryan menghela napas dan mengangguk, "hm, air di kamar mandi ini juga sisa sedikit, belum aku isi. Harusnya aku lebih prepare." Deandra tertawa, ia memukul bahu Aryan.

ATHARRAZKA 2: AryanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang