Chapter: Five

52.1K 7.3K 2.2K
                                    

Selamat malam takbiran! Taqabbalallahu minna wa minkum✨🤍

Happy reading!

*
*

Benar apa yang Aryan katakan, kasus Deandra ini berjalan sangat cepat. Baru beberapa hari yang lalu Aryan dan Deandra melapor, hari ini sudah diadakan sidang keputusan.

Untuk pertama kalinya, Deandra kembali bertemu Satria. Gadis itu begitu gugup dan takut, tetapi Aryan selalu berada di sebelah Deandra, ia tak membiarkan satu orangpun berani mendekati Deandra. Karena memang saat ini kondisi Deandra sedang terancam.

Ya, bisa saja teman-teman Satria di luar sana mencoba mencelakai Deandra, kan?

"Aryan, saya takut." Gumam Deandra saat mereka hendak masuk ke ruang persidangan.

"Kamu gak perlu takut, saya akan menjaga kamu." Pria itu terus berusaha meyakinkan Deandra, saat Deandra sudah merasa jauh lebih tenang, mereka masuk ke dalam ruang sidang.

Ternyata disana juga sudah ada Satria dan kuasa hukumnya. Saat melewati Satria, Deandra menundukan kepala. Ia tahu jika Satria tengah menatapnya begitu tajam.

"Baik, karena kedua belah pihak sudah hadir, sidang dibuka."

"Saudari Deandra Adita, dimohon untuk duduk dikursi yang telah disediakan." Aryan mengangguk pada Deandra, meyakinkan Deandra untuk maju dan duduk dihadapan majelis hakim.

Deandra maju, ia duduk di hadapan hakim dengan kepala tertunduk.

"Saudari Deandra Adita, 24 tahun, anak sambung dari Saudara Satria. Apa benar jika Saudari telah dianiaya oleh Saudari Satria?"

"Benar, Yang Mulia."

"Bisa saudari jelaskan, bagaimana dan kapan kronologinya?"

Deandra melirik Aryan, pria itu mengangguk, lalu Deandra kembali menatap hakim, ia menarik napas panjang sebelum memulai berbicara.

"Kejadiannya sejak saya berusia 19 tahun, Yang Mulia. Lebih tepatnya setelah Ibu kandung saya meninggal dunia. Sebelumnya Pak Satria sering memukuli Ibu saya karena dahulu Ibu saya selingkuh. Lalu Ibu saya sakit dan meninggal dunia, saya hanya tinggal bersama Pak Satria, setiap Pak Satria sedang terbawa amarah, saya yang menjadi pelampiasannya. Saya dipukul, dijambak, ditendang, diinjak, dicekik, dibenturkan ke meja, dan yang lainnya."

"Saudari tidak keberatan jika saya memperlihatkan bukti-bukti di sini?"

"Tidak, Yang Mulia."

Lalu sebuah layar menampilkan hasil visum Deandra, Aryan tak ingin melihatnya, ia menundukan kepala. Karena hasil visum itu berupa foto-foto bagian tubuh Deandra yang membiru, seperti leher, bahu, paha, dan kening Deandra yang juga berdarah karena terbentur meja. Disana terdapat juga hasil visum yang positif bahwa Deandra telah disiksa.

"Disini terlihat hasil visum sejak 5 tahun terakhir, mengapa Saudari tidak melaporkannya sejak awal?"

"Karena saya tidak memiliki kuasa, Yang Mulia. Saya begitu takut, Pak Satria mengancam saya, jika saya melaporkannya ke pihak berwajib, beliau akan menjual saya. Dan itu sudah terjadi."

"Saya tidak menjual kamu!" Sahut Satria.

"Saudara Satria dimohon untuk tenang."

"Pak Aryan selaku kuasa hukum saya memiliki bukti jika Pak Satria menjual saya di club malam, dan saat itu Pak Aryan yang menolong saya."

Rekaman bukti milik Aryan diputar, mereka semua yang berada diruangan ini memperhatikan video tersebut.

"Baik, Saudari Deandra. Silakan kembali ke tempat anda. Giliran Saudara Satria."

ATHARRAZKA 2: AryanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang