Chapter: Thirty Four

32.6K 3.4K 777
                                    

Mau spoiler Novel Atharrazka 2 tidak?

Pembelian novel bisa di shopee/tiktok Cloudbooks Publishing ya!

Jangan lupa banyakin vote dan comment!

****

Selepas shalat Maghrib, Arshaka mendapatkan telepon dari Farid, pria itu langsung menuju rumah sakit bersama Faruk dan Zyana, mereka menitipkan anak-anak mereka pada pengurus pondok karena tak mungkin mereka membawa anak kecil ke rumah sakit.

"Bang Shaka, Kak Zyzy.."

Aqiela langsung memeluk tubuh Zyana, "hey, ceritain ini ada apa?"

"Kak Deandra dianiaya sampai pendarahan, Kak."

"Sama siapa, Aqiela?"

"Aqiela, Aryan di mana?" Tanya Arshaka.

"Bang Aryan lagi diperjalanan ke sini, Bang."

Arshaka menghela napas, ia mencoba menghubungi Aryan, tetapi nomornya tak aktif, baru saja pria itu ingin duduk di kursi, tetapi tiba-tiba saja 4 orang perawat berlari keluar rumah sakit, membantu membawa brankar yang berisi pasien darurat.

"Permisi, permisi, darurat."

Awalnya Zyana takut melihat brankar itu lewat di depannya, ia sudah menggenggam erat tangan Faruk, tetapi saat ia tak sengaja melihat wajah pasien darurat itu, ia membelakan mata.

"Bang Aryan?!"

Zyana beranjak, memastikan jika pasien itu adalah Aryan, ia mengejar brankar yang akan masuk ke dalam ruang tindakan, tubuhnya lemas ketika melihat tubuh Aryan yang berlumuran darah.

"BANG ARYAN!"

Tubuhnya bergetar dan limbun ke lantai, Aryan di bawa ke dalam ruang tindakan, beberapa Dokter ikut masuk ke dalam dengan terburu-buru, sedangkan Faruk dan Arshaka langsung menghampiri Zyana.

"Zy, kamu gak salah liat?" Tanya Faruk.

Zyana menggeleng, kedua matanya memanas, "engga, itu Bang Aryan. Bang Shaka, itu Bang Aryan."

"Dek, mungkin kamu salah liat."

"Zyzy gak salah liat, Bang."

Seorang perawat keluar dari ruang tindakan, Arshaka pun segera menahannya, "Sus, maaf mau tanya, pasien yang ada di ruangan ini kenapa, ya?"

"Korban kecelakaan, Pak."

"Kecelakaan? Di mana?"

"Di Jalan Arteri, Pak. Mohon maaf saya permisi."

Arshaka segera menghampiri meja resepsionis, disana terdapat beberapa polisi dan beberapa orang yang menjadi saksi kecelakaan.

"Mohon maaf, Pak. Apa saya boleh tau identitas korban?"

Polisi tersebut membuka sebuah dompet dan mengeluarkan SIM, "maaf, apakah anda kerabatnya?"

Arshaka mengambil SIM tersebut, dirinya terkejut, "astaghfirullah, innalillahi, Aryan.."

"Anda kenal dengan korban, Pak?" Tanya polisi tersebut.

"Dia.. dia adik saya, adik kandung saya." Suara Arshaka bergetar.

"Saya turut bersedih atas kecelakaan yang menimpa adik bapak, saya membawa saksi mata yang melihat kejadian yang terjadi sekitar pukul 17:55 WIB, kejadian ini akan segera kami proses."

"Apa ada korban lainnya, Pak?" Tanya Arshaka.

"Izin menjelaskan, Pak. Saya ada di lokasi kejadian, posisinya lampu lalu lintas sedang merah, tetapi tiba-tiba ada mobil dengan kecepatan tinggi, itu mobil korban, menerobos lampu lalu lintas, dari arah kanan ada truk yang juga melaju lumayan kencang, tiba-tiba mobil korban banting stir ke kiri dan menabrak trotoar, mobil terguling. Saya yang memang ada di sana langsung mendekat untuk mengecek keadaan pengemudi, posisinya pengemudi udah gak sadarkan diri dan tubuhnya tergencet stir mobil."

ATHARRAZKA 2: AryanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang