Chapter: Eight

50.9K 6.2K 1.7K
                                    

Niatnya mau update kemarin, tapi kelupaan hehehe

Happy reading!

****

Suasana pagi di hari Jumat, keluarga Atharrazka tengah bersiap-siap menuju kediaman Deandra. Aryan memakai kemeja putih, tuxedo putih, dan jas putih. Pria itu memilih memakai pakaian formalnya untuk acara sakralnya dibandingkan memakai pakaian yang seperti Ayah dan sang Kakak gunakan kala itu.

Bagi Aryan, dirinya berbeda dengan Ayah dan Kakaknya. Ia memang besar di keluarga agamis, tetapi Aryan tak begitu religius seperti saudaranya yang lain. Ia paham ilmu agama, tetapi hanya sekedarnya saja.

Mereka menuju kediaman Deandra pukul 7 pagi, karena akad akan dilangsungkan pukul 8 pagi di halaman rumah Imran.

Sebenarnya Arshaka menginginkan semua adik-adiknya melangsungkan akad di Masjid Darussalam, tetapi karena keinginan Deandra melangsungkan akad di kediaman Imran, maka ia tak bisa menolak.

Setiba di rumah Imran, sudah banyak tamu-tamu terdekat berdatangan. Mereka disambut oleh Imran dan beberapa saudara Deandra yang lainnya.

Dekorasi cukup sederhana, karena memang mereka hanya melangsungkan akad saja, tak ada resepsi. Tamu pun hanya sanak saudara dan beberapa teman terdekat Aryan dan Deandra saja.

Kini Aryan duduk berhadapan dengan Imran, di belakang Aryan terdapat Arshaka dan Faruk yang menjadi saksi. Imran mengulurkan tangannya pada Aryan, tetapi Aryan masih terdiam. Pikirannya melalang buana.

"Yan," panggil Arshaka seraya menepuk bahu Aryan. Pria itu terkesiap, ia mengerjapkan mata dan menarik napas panjang sebelum menjabat tangan Imran dan menhembuskan napasnya.

"Sudah siap, Nak Aryan?"

Aryan mengangguk sebagai jawaban. Imran menarik napas sebelum membaca dua kalimat syahadat dan basmalah yang diikuti oleh Aryan.

"Saudara Aryan Virendra Atharrazka bin almarhum Abyan Khayri Atharrazka, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri kandung saya, Deandra Adita, dengan maskawin seperangkat alat shalat dan 200 gram logam mulia dibayar tunai."

Seketika diri Aryan menegang, pria itu menjabat kuat tangan Imran dan menatap dalam mata Imran. Semua mata kini tertuju pada Aryan yang terlihat membisu.

Barusaja Imran ingin membuka mulut, tetapi Aryan sudah bersuara.

"Saya terima nikah dan kawinnya Deandra Adita binti Syariful Imran dengan maskawin seperangkat alat shalat dan 200 gram logam mulia di bayar tunai!"

"Bagaimana saksi?" Tanya penghulu.

"SAH."

Jabatan tangan Aryan dan Imran pun terlepas, mereka semua mengangkat tangan untuk berdua. Terkecuali Aryan, pria itu menundukkan kepala dan tangannya gemetaran, sebelum Aryan tersadar jika saat ini dirinya tengah menjadi pusat perhatian, pria itu pun segera mengangkat tangan untuk berdoa.

Selesai berdoa, mereka semua menatap sebuah pintu. Beberapa kamera dari teman-teman Deandra kini tertuju pada Deandra yang tengah berjalan menuju tempat berlangsungnya akad.

Aryan masih menundukkan kepala, sampai akhirnya Deandra sudah duduk di sebelah Aryan, barulah Aryan mendongak.

Cukup lama Aryan memandang wajah Deandra yang begitu cantik dan anggun, sampai ia tak mengenali gadis dihadapannya saat ini adalah gadis yang pernah ia tolak semasa kuliah.

Deandra tersenyum tipis, suara dari penghulu yang meminta Aryan untuk memakaikan cincin di jari manis Deandra terdengar, Aryan mengambil satu cicin lalu dipakaikan ke jari manis Deandra, setelah itu bergantian dengan Deandra.

ATHARRAZKA 2: AryanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang