Chapter: Fifteen

58.2K 6K 2.4K
                                    

HAIII APA KABAR TEMEN-TEMEN SEMUANYA?

Finally, after 2 months aku hiatus, I'm back!

Maaf ya kelamaan menunggu, ku harap kalian masih menunggu kelanjutan Atharrazka 2: Aryan sampai ending <3

Aku kasih target boleh? 4K votes dan 4K comments untuk update lagi~

Happy reading!

****

Huekkk!

Deandra berlari menuju wastafel dapur, menjatuhkan sendok dan garpunya begitu saja di atas piring yang tengah ia gunakan untuk sarapan. Wanita itu membungkukan tubuh di wastafel dan memuntahkan semua makanan yang baru saja masuk ke dalam lambungnya.

"Dean, kamu baik-baik aja?" Aryan berdiri di sebelah Deandra seraya mengusap tengkuk Deandra.

Deandra membasuh mulutnya dengan air, lalu menegakan tubuhnya, "perutku mual banget, kayaknya maagku kambuh."

"Kalau kamu merasa gak enak badan, lebih baik istirahat aja, urusan butik biar saya yang izinkan." Ucap Aryan seraya menyelipkan anak rambut Deandra ke belakang telinga.

"Aku udah sering ambil izin, gak enak sama pemilik butik."

"Kesehatanmu lebih penting, Deandra."

"Tapi aku baik-baik aja, kok. Mungkin karena kemarin telat makan aja, nanti aku minum obat biar gak mual lagi."

Aryan menghela napas, "oke, tapi kalau merasa kurang sehat, langsung kabarin saya, ya? Biar saya jemput."

"Tapi kamu, kan, kerja?"

"Gampang."

****

Pukul 5 sore, Aryan baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Ia berniat ingin menjemput sang istri di butik dan pulang bersama, tetapi tiba-tiba saja seseorang menghampirinya.

"A' Aryan?"

"Rani? Kok bisa tiba-tiba disini?"

Ya, orang yang menghampiri Aryan adalah Rani, adik Deandra.

"Maaf kalau Rani tiba-tiba dateng nyamperin A' Aryan. Sebenernya ada yang mau Rani tanyakan."

"Apa?"

"Tadi Rani dipanggil ke ruang administrasi karena ternyata Rani belum bayar uang kegiatan. A' Aryan berhenti bayarin kuliah Rani?"

Aryan terdiam beberapa saat, memang, sejak Arshaka mengatakan hal itu padanya, Aryan sudah berhenti membiayai keperluan kuliah Rani.

"Sebelumnya saya minta maaf karena gak bilang sama kamu, Rani. Iya, saya berhenti membiayai kuliah kamu."

"Kenapa?"

"Saya pikir sudah cukup, Ayahmu juga masih bekerja dan masih sanggup membiayai pendidikan satu anaknya, kan?"

Kening Rani mengkerut, "kok tiba-tiba, A? Bukannya A' Aryan bilang mau biayai kuliah Rani?"

"Rani, maaf sekali. Saya tidak bisa terus-terusan membiayai keperluan kamu. Tapi jika kamu membutuhkan uang, mungkin saya bisa memberikan kamu uang saku setiap sebulan sekali."

"Tapi kenapa, A? Terus kuliah Rani gimana?"

"Saya akan coba bilang pada Ayah. Kalau begitu saya pamit duluan karena saya harus menjemput Deandra." Pamit Aryan seraya masuk ke dalam mobilnya.

Sedangkan Rani masih mematung di tempat, ia menatap bingung Aryan, tetapi dalam hatinya ia juga kesal. Mengapa Aryan tiba-tiba berubah sikap seperti itu?

ATHARRAZKA 2: AryanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang