Chapter: Four

52.4K 7K 3.4K
                                    

Ternyata bisa tembus target, yuk bisa yuk 3K votes and 3K comments lagi!

*
*

Pagi-pagi sekali Aryan dan Deandra sudah berada di kantor polisi untuk membuat laporan atas Satria yang telah menganiaya Deandra dan menjadi pemakai narkoba. Aryan memberikan bukti-bukti tentang pengedaran narkoha itu, sedangkan Deandra memberikan bukti visum.

"Mohon maaf saudari Deandra, jika sejak dulu saudara Satria sering menganiaya anda, mengapa anda tidak langsung melaporkannya?" Tanya seorang polisi karena saat ini Deandra dan Aryan sedang berada di ruang interogasi.

"Saya hanya tinggal dengan Papa, setiap kali Papa menganiaya saya, Papa akan mengancam saya jika saya berani melaporkannya ke polisi."

"Ancaman? Apa yang saudara Satria katakan?"

"Papa bilang akan menjual saya, Pak."

"Dan itu sudah terjadi, Pak." Sahut Aryan, ia mengeluarkan ponselnya, memutar kembali bukti yang ia miliki saat Satria mencoba menjual Deandra di club malam.

"Kapan ini terjadi?"

"2 hari yang lalu, tepatnya hari Minggu pukul 9 malam."

"Bisakah anda membuat salinan dokumennya untuk memperkuat bukti saat penangkapan saudara Satria?"

Aryan mengangguk, ia langsung memasukan dokumen tersebut ke dalam google drive dan mengirim tautannya ke polisi.

"Baik, setelah ini akan segera kami tangani penangkapan saudara Satria, jika interogasi saudara Satria berjalan tanpa hambatan dan ditetapkan sebagai tersangka, kami akan segera membuatkan jadwal sidang keputusan hukum saudara Satria."

Setelah itu Aryan dan Deandra pamit, ia menyerahkan kasus ini kepada polisi. Mereka akan mendapatkan kabar terbaru setelah 7 hari kerja. Tetapi Aryan bisa mempersingkat waktu itu karena dirinya memiliki banyak teman yang berpengaruh di dunia hukum.

"Aryan, terima kasih banyak." Ucap Deandra pada Aryan saat mereka sudah masuk ke dalam mobil.

Aryan mengangguk, "kita makan dulu, nanti di sana ada Rifki dan teman-teman saya yang lain." Deandra ingin menolak, tetapi tak mungkin, ia hanya diam saja menuruti perkataan Aryan.

Mereka tiba di salah satu restoran kawasan Jakarta Selatan, Aryan turun lebih dulu dari mobil, sedangkan Deandra mengikuti langkah Aryan. Pria itu menghampiri sebuah meja yang sudah berisi 4 orang laki-laki.

"Dean!" Salah satu dari mereka segera beranjak, Rifki, pria itu menghampiri Deandra dan memeluk tubuh Deandra dengan erat, "lo baik-baik aja, kan?"

Deandra mengangguk, ia melirik Aryan yang tengah menatap ke arah dirinya, lalu Aryan berdeham dan duduk di sebelah Jay. Deandra pun mendorong pelan tubuh Rifki agar melepaskan pelukannya, "aku baik-baik aja kok, Kak."

"Syukurlah, ayo duduk." Rifki mempersilakan Deandra duduk, lalu dirinya ikut duduk di sebelah Deandra, "gue khawatir banget sama lo, gue pikir lo dibunuh bapak tiri lo itu."

"Hai, Deandra. Apa kabar?" Seorang pria menyapa Deandra, membuat Deandra mengernyit, ia seperti kenal dengan pria ini, "coach Andrew?"

Andrew terkekeh, "panggil Andrew aja, atau mau panggil Kak juga gak masalah. Gue udah bukan coach lagi." Ya, tentu saja Deandra tahu, karena saat skandal Andrew dan Chelsea sedang ramai, Deandra masih kuliah semester 7, walaupun dirinya sudah keluar dari Basket karena ingin fokus menyelesaikan kuliah.

"Kalau sama kita pasti lo gak inget, karena kita cuma ketemu sesekali. Gue Jay dan ini Ojil, kita temen sekelasnya Aryan dan Rifki." Pria bernama Jay angkat bicara.

ATHARRAZKA 2: AryanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang