22. Thrid Eye I

169 16 0
                                    

"Bala bantuan, ya?" ujar Vetto dengan seringaian senang.

"Hey Yami, kau curang. Kau bersenang-senag melawan musuh seperti mereka seorang diri. Bagaimana? Apa mereka terasa nikmat waktu ditebas?" tanya pemimpin Pasukan Belalang Hijau.

"Tidak, tidak, sama sekali tidak nikmat. Mereka itu seperti kertas. Padahal aku tadi berencana menghabisi mereka, tapi kalian malah menghalangi." kata Yami dengan bersandar disebuah batu mengistirahatkan tubuhnya.

"Khe...khe...khee... Mana mungkin. Kau terlihat babak belur begitu!" Yami menggerakkan kepalanya menatap lawan bicaranya, "Siapa yang babak belur?"

"Oh iya, bagaimana kalau kau kuhabisi sekarang saja? Aku bisa membalaskan dendamku selama ini." Katanya dengan mengeluarkan sabit miliknya yang langsung diarahkan menuju Yami karena sempat menggoda pria kurus itu. "Maaf, tolong ampuni aku, deh."

"Bodoh, mana mungkin aku menghabisimu sekarang!" Ia menarik sabitnya, "Kalau mau menghabisimu, aku ingin kau berada dalam kondisi primamu! Kalau tidak, tak ada gunanya."

"Mau sampai kapan kau duduk di sana? Sebagai laki-laki, kau sangat menyedihkan." Ujar Charlotte pada Yami. "Dasar bodoh. Tanah di sini mencintaiku, jadi mereka tak ingin aku berdiri tahu."

Kalimat itu berhasil membuat Yui melirik komandannya, 'hah, sangat tidak masuk akal.' Kini wanita itu kembali menatap pasukan Mata Matahari Tengah Malam itu, berjaga-jaga jika lawannya memberi serangan kejutan.

"Medan tempur adalah kekasihku!" ucap Charlotte. "Medan temput kekasihmu? Kasihan banget, ya." Yami berucap dengan sebatang rokok yang sudah berada dalam mulutnya. Kini Yui menatap wanita lain yang berada dalam kubunya, muka wanita komandan Mawar Biru itu memerah entah kenapa, 'sebenarnya apa yang salah dengan manusia-manusia ini.'

"Mata Matahari Tengah Malam. Ketua dan para petingginya, ya." Kini mata tajamnya itu melirik kerarah komandan Rajawali Perak itu yang tampak tak terusik dengan rekan sekubunya. "Jadi petinggi para penghianat yang menyerang negeriku berkumpul semuanya di sini, ya. Sungguh kesempatan yang sangat sempurna. Akan kubereskan mereka dengan tanganku sendiri."

'ugh, ternyata dia sama gilanya,'

Yui memijit kepalanya pelan, berharap denyutan kepanya itu berkurang karena mendengarkan ocehan tak berguna dari para Ksatria Sihir itu yang tidak ada gunanya. Ia bahkan sambil menghembuskan napas berat.

Kini kedua belah pihak kembali berhadapan siap untuk bertarung. "Ughhh! Entah kenapa, aku jadi bersemangat. Aku juga masih bisa bertarung!" teriak Asta dengan memegang kedua pedang anti sihirnya.

"Jangan ikut campur, tikus kampungan. Saat para komandan sudah turun tangan, prajurit yang kemampuannya rendah, hanya akan membebani kami. Terutama anak kampungan sepertimu yang tak memiliki energi sihir." Kata Nozel yang cukup menohok. Perkataan pria tersebut juga berhasil membuat Yui melirik tajam dengan tatapan tidak suka.

Vetto menatap garang lawannya, "Baiklah. Keputus-asaan sejati berada di akhir pertempuran! Dan keputus-asaan dari prajurit terkuat itu bumbu terlezat! Kita akan memburu beberapa tikus. Ayo!"

"Kau bersemangat sekali sih, Vetto. Merepotkan saja. Hoammm..." Ujar Raia seadanya. "Yah, terserah saja lah. Demi Licht-sama, aku akan berusaha sedikit lebih keras!" Lanjutnya dengan mengeluarkan katana milik Yami yang masih di-copy-nya.

Pria itu melesat, "karena itulah, biar aku yang menghadapi nona cantik itu! kalau aku menang, kamu harus mau minum denganku, lo!"

Charlotte langsung mempersiapkan kuda-kudanya, "Kalau kau menang? Kalau begitu, kita takkan pernah minum bersama. Sihir Penciptaan Mawar Liar : Tanaman Pemburu Mayat!"

Special | Black CloverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang