"Sihir anak-anak ini telah diambil?" perkataan dari biarawati tua itu menghentikan perdebatan ini. "jika ini terus berlanjut, mereka mungkin tidak bisa menggunakan sihir lagi."
"Tidak bisa menggunakan sihir lagi." Gumanan Asta itu terdengan jelas. "Pria itu bilang, itu bisa digunakan untuk menghasilkan uang." Imbuh Marie. "Beraninnya mereka melakukan itu!" Asta mengeratkan pegangannya pada pedang, menatap Baro marah.
Pria bersurai hitam itu mundur, lalu terdiam sejenak. "hahahaha! Dari mana dia datang? Dia sama sekali tidak punya sihir! Sulit dipercaya! Aku tidak pernah melihat sampah sepertimu! Setelah kulihat lebih dekat, kau tak punya jubah Ksatria Sihir! Kau bukan siapa-siapa! Neige, singkirkan pria dengan kompleks adik itu!" dia kembali berjalan. "Apa!"
"Kalau begitu, tidak ada jalan lain. Sepertinya aku harus mengurus ini sendiri!" tak menunggu waktu lama Asta langsung bergerak menyerang Baro dengan pedang anti sihirnya. Pria bersurai hitam itu terhempas menabrak dinding batu. "Aku jelas, tidak akan mengampunimu!"
"Neige, sadarlah!" pria itu berteriak. "Rasakan ini!" manusia salju itu muncul kembali. "Kau tidak pernah jera. Sihir Cermin : Pantulan Refrein!" dengan santai Gauche menyerang, semua manusia salju itu hancur. "Sudah berakhir." Dia mendekati pemuda yang memiliki sihir salju itu. "Matilah, kau pengecut."
"Tidak! Menjauhlah! Sihir Salju Penahan: Batu Kapur Salju!" dia masih berusaha menahan Gauche dengan sihirnya. "Aku berhasil!"
"Ini buruk, cerminnya diblokir." Biarawati itu tak percaya. "Gauche-senpai! Aku akan menyelamatkanmu!" lantang Asta. "menyelamatkanku? Brengsek, jangan sok keren di depan Marie!" aku terdiam mendengarnya. "Apa?" lawan bicarannya itu sama terkejutnya.
"Bodoh, apa ini saatnya bersikap arogan?" sudahlah aku tak akan mendengarkan mereka lagi.
Kini perhatianku beralih pada anak-anak yang terjebak disini. 'mereka masih terpengaruh dibawah sihir ya?' aku melambai-lambaikan tanganku didepan muka salah satu anak.
"Asta, patahkan mantra pada anak-anak dahulu." Aku mundur memberi jarak, membiarkan Asta menghilangkan mantra itu dengan anti sihirnya. Semua anak-anak yang berada disana sudah bebas.
"Sihir Api Penyembuhan : Cahaya Suci Menenangkan." Setelah biarawati tua itu mengucapkannya, muncul lilin yang sangat banyak mengelilingi anak-anak. Tak ketinggalan aku mengeluarka Nicksa juga.
Membuka Grimoire, "Nicksa, bantu mereke. Sekalian bermainlah disana." Makhluk kecil berwarna biru itu keluar, "Oke." Dipergi menuju kerumunan, menggunakan sihirnya untuk menyembuhkan.
"Hangat!"
"Wah, dia lucu!"
"Kau yang ditengah, bertukar dengan Marie. Dia akan sembuh lebih cepat. Dan kau munculkan makhluk itu lagi khusus untuk Marie!" pecinta adik sampai mati itu menatapku. "Hentikan Onii-chan." Bahkan adiknya lebih pintar.
"Marie-ku, kau memang sebaik malaikat. Malaikat harus berada ditengah." Aku menghela, tak habis pikir dengan jalan pikiran pria satu ini. "efek mantranya sama dimanapun kau berdiri." Sengit biarawati itu
Oc' point of view end
"Marie-chan, mau makan kentang kering tidak? Biar energimu pulih kembali!" seruan Asta itu langsung dipotong oleh Gauche, "Mana mungkin Marie mau makan makanan tidak jelas itu!"
"Oi, di desaku ini terkenal, lo!"
Perdebatan antara kakak adik itu dihentikan oleh biarawati tua yang ingin berbicara dengan Asta, "Asta, kamu dibesarkan di Gereja di Hage, kan?" pemuda bersurai putih itu terkejut, "Kenapa Nenek bisa tau?"
Lalu dengan seksama Asta mendegarkan cerita tentang suster pujaan hatinya yang pernah berguru di Geraja biarawati itu, dan katanya saat datang Suster Lily bercerita tentang Asta jika ia adalah anak yang mungil dan berisik. Namun Suster Lily juga menceritakan tentang semangat kerja keras Asta dari kecil yang ingin menjadi Kaisar Sihir padalah tidak memiliki sihir sama sekali. Dan kata suster Lily ia sangat bangga dengan Asta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Special | Black Clover
FanfictionTersandung dan jatuh disebuah masalah, yang membuatku belajar akan banyak hal. Rasa memiliki rekan, teman, sahabat, dan keluarga. Mengharuskan ku membuka rahasia yang sudah kusembunyikan rapat-rapat. Menguak beberapa kisah kelam dan kenangan yang me...