Aku keluar dari mobilku, berjalan ke arah valet service dan memberikan kunciku. Mereka tersenyum seraya mengucapkan selamat pagi padaku. Beginilah setiap harinya dalam hidupku, yang mengucapkan selamat pagi padaku hanya karyawan ku saja. Tidak ada ucapan selamat pagi yang spesial.
Aku berhenti di depan meja Front Office, tepat di dinding belakangnya terdapat sebuah tulisan 'PALEO HOTEL' yang besar. Aku tersenyum, mengingat betapa bodohnya saat aku menamai hotelku dengan nama itu. Tapi sayangnya belum ada satu orang pun yang tahu kenapa aku menamai hotel ini dengan nama Paleo. Nova juga tidak tahu, karena hotel ini di buka satu bulan setelah Nova meninggal.
Hotel ini merupakan Hotel ke empat milikku, dan dari semua hotelku inilah favoritku. Aku sudah menyerahkan tiga hotelku yang lain pada orang-orang kepercayaanku, tetapi untuk hotel ini aku mengelolanya sendiri. Aku begitu ingat saat pertama kali hotel ini di buka, saat tersulit dalam hidupku. Istriku meninggal sementara anak bayiku selalu menangis, dan hotel ini pun memiliki banyak sekali gangguan karena terpecah belahnya konsentrasiku. Untung saja aku bisa melewatinya dan pada akhirnya hotel ini bisa berjalan dengan baik. Bahkan hotelku yang ini masuk ke daftar 10 hotel yang paling ingin di kunjungi di kota Bandung.
"Selamat pagi pak Reno" Ami—Resepsionisku menyapaku dengan senyum manisnya. Dia berumur dua puluh lima tahun, usia matang bagi wanita dan aku menyukai cara dia tersenyum. Itulah yang membuat dia bekerja denganku, menjadi orang pertama yang akan menyapa saat seseorang memasuki hotel.
"Pagi" Aku membalas senyumnya. "Oh ya, hari ini Studio kita akan dipakai untuk seminar. Sudah siap semuanya?"
"Sudah pak. Hari ini akan ada empat ratus peserta yang mengikuti seminar, jalan yang akan digunakan adalah jalan sebelah kiri yang langsung terhubung dengan studio"
"Baiklah. Dan tolong tertibkan semuanya, tamu hotel atau pun peserta seminar tidak boleh saling mengganggu maupun terganggu"
"Baik pak"
"Oh, dan satu lagi. Jika kamu melihat ibu saya bersama Haru, tolong beritahu mereka untuk langsung masuk ke ruangan saya. Karena ruangan yang biasa digunakan ibu saya akan dipakai hari ini"
"Ya, pak. Memangnya Haru kemana? Tidak biasanya dia tidak ikut" Tanyanya. Aku tersenyum "Hari ini ibu saya mau mengajak Haru berenang, jadi ya.. hari ini saya bebas" Ucapku. Ami tersenyum.
"Kalau begitu selamat menikmati kebebasan anda pak" Ami mengangkat tangannya ke atas, seperti menyemangatiku dan aku hanya tertawa lalu melangkahkan kakiku menuju lift. Menekan tombol lift, aku menunggu hingga pintunya terbuka dan masuk ke dalam lalu menekan tombol 20.
Kalau ada Haru, dia selalu ingin ku gendong saat masuk kedalam lift, katanya dia takut kalau tiba-tiba lift nya terputus dan jatuh lalu dia terkurung dalam lift. Itu semua gara-gara kakakku si Renita yang membawa Haru menonton drama Korea kesukaannya dan beginilah hasilnya. Omong-omong soal Haru, tadi pagi mama tiba-tiba saja datang ke rumahku dan menculiknya. Mama bersikeras ingin membawa Haru pergi berenang sementara aku menentangnya. Berenang adalah satu dari sekian hal yang aku jauhkan dari Haru. Bukan apa-apa, aku hanya takut saja. Nova sama sekali tidak bisa berenang, dan dia bahkan takut pada air yang begitu banyak. Aku takut itu menurun dan Haru juga seperti itu, untuk itu lah aku menjauhkannya dari Haru dan memutuskan untuk mengenalkannya perlahan-lahan suatu hari nanti.
Tapi dasar ibu-ibu, mereka merasa selalu benar! Mama bersikeras padaku untuk membawa Haru, dia bilang "Tidak ada salahnya mencoba Reno, lagipula mama sudah membawa banyak barang bawaan dan beberapa bekal. Dan mama juga sudah memaksa papa untuk tidak masuk kantor" beserta pelototan matanya yang menyeramkan. Lalu dengan berat hati, aku mengizinkan mama membawa Haru tapi dengan syarat hanya satu jam saja. Dan setelah itu mama mengumpat berkali-kali padaku. Well, siapa peduli. Lagipula aku sudah kebal dengan mulut mamaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will You be Mother for my Daughter? - 1
RomanceBagaimana jika aku menjadikanmu satu-satunya wanita dalam hidupku? Bagaimana jika kau juga menjadikanku lelaki satu-satunya dalam hidupmu? Lalu.. Bagaimana jika kita satukan tujuan hidup kita bersama? Bagaimana jika Kita jadikan s...