PART 7 | SHAREN POV

245K 16K 741
                                    

Hari ini pasti sibuk sekali! pagi-pagi Bunda Intan sudah meneleponku katanya hari ini akan ada siswa baru jadi aku harus mempersiapkan semuanya termasuk beberapa berkas yang harus di isi karena orangtua dari siswa tersebut belum mengisi administrasi. Bunda Intan bilang wali siswa tersebut datang beberapa hari yang lalu dan aku pasti tahu. hadeuh, boro-boro tahu. memangnya yang datang hanya satu atau dua orang saja ? sejak beberapa hari yang lalu yang berdatangan ke daycare itu banyak sekali. aku dan bunda-bunda lain sampai benar-benar kewalahan. dan rata-rata dari mereka masih melihat-lihat, lalu akan menelpon untuk keputusannya sekalian langsung menitipkan anaknya. untung saja tenaga disini sudah bertambah, bulan kemarin Pak Husni pemilik Daycare ini menambah 15 bunda-bunda yang akan membantu menjaga anak-anak nanti dan sampai hari ini masih ada 4 bunda yang belum memegang anak.

Karena jam kerja ku tidak full disini, aku tidak memegang penuh satu anak. Agni pengecualian, karena saat dia masuk aku masih bekerja full disini dan sampai sekarang dia tetap bersamaku, dengan bantuan bunda Intan tentu saja. dan saat ini aku hanya mengasuh anak yang sekali-kali saja di titipkan disini. itu pun sesuai dengan jadwalku.

"Bunda Sharen.." seseorang memanggilku. aku mendongakkan kepalaku.

"Ya? kenapa bunda Mela?"

"itu siswa sudah datang bersama ayahnya, mereka menunggu di kantor." Bunda Mela berkata seraya terkekeh pelan padaku. aku mengerutkan kenningku, kenapa sih ?

"ya sudah nanti saya kesana." tukasku.

Mengambil beberapa berkas yang diperlukan, aku segera membenahi penampilanku dan melangkahkan kaki menuju kantor.

"Maaf menunggu lama." aku membuka suaraku seraya membuka pintu dan menutupnya kembali. dan saat aku mengangkat kepalaku..

"loh?" ASTAGA!

"TANTE SHAREEEEN!!!"

Dalam secepat kilat anak kecil itu berlari ke arahku, dan secara refleks aku berjongkok dan meraihnya ke dalam pelukanku lalu menggendongnya.

"Haru." Gumamku tak percaya. Aku mengangkat kembali kepalaku dan kali ini tepat aku bertatapan dengan ayahnya Haru dan matanya, mengunci mataku. astaga.. ya tuhan.. tampannya makhluk ciptaanmu! jas dan celana berwarna krem dan kemeja biru dongker tanpa dasi dengan satu kancing dibuka, rambut yang masih kelimis dan berantakan karena belum sempat disisir juga wangi parfum yang menyerebak kedalam rongga hidungku. oh my god, dewa darimana pria ini? aaaa mamaaa.. kenapa sexy dan tampan sekali.

"Ehm.." sebuah gumaman menyadarkanku. aduh, gimana nih.. ketauan yah lagi terpesona.

"kita bertemu lagi." Ucapnya. aku tersenyum kaku, sebenarnya ingin tersenyum lebar sekali. tapi aduh cukup sharen cukup!

"Iya pak.." Ucapku, langsung mendapat ekspresi keterkejutan dan tidak suka dalam wajahnya. salah ya?

"Saya tidak setua itu, panggil saja Reno." Ucapnya lembut. Gila! kenapa rasanya seperti dia bilang 'panggil saja aku sayang' aaaah otak otak otak tolong berhenti dulu berpikir.

Gerakan dalam pangkuanku membuatku terperanjat. eh, aku nyaris saja melupakan keberadaan Haru.

"Kenapa sayang?" Tanyaku. Haru menggelengkan kepalanya seraya terkekeh pelan. ayahnya mendekat ke arahku dan dengan sekejap dia mengambil Haru dari gendonganku.

"Haru jangan begitu dong, kasihan bundanya." Ucap ayahnya. jantungku berdetak dengan sangat cepat saat mendengarnya. ya Tuhan.. semua ayah dari siswa yang dititipkan disini juga menyebutku Bunda tapi kenapa yang ini berbeda sekali rasanyaa? dan demi tuhan Sharen.. kamu baru ketemu dia tiga kali!

"Tidak apa-apa ayah." Jawabku. dia terperanjat dan kemudian menormalkan kembali wajahnya. Kenapa rasanya berasa kita keluarga kecil yang bahagia sih ?

Will You be Mother for my Daughter? - 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang