PART 23 | Sesuatu yang muncul diantara kita

295K 13.8K 351
                                    

Reno berjongkok di samping tempat tidur, menatap Sharen yang terpejam dan membelai wajahnya dengan lembut.

"Wake up, baby.." bisiknya. Sharen beringsut, merapatkan selimut yang menutupi tubuh polosnya lalu kembali tidur dengan tenang. Semalam mereka melakukannya lagi, melakukannya seolah-olah tidak ada waktu lain untuk mereka melakukannya, dan lagi-lagi Reno membuatnya kelelahan. Waktu tidurnya benar-benar terganggu dan jika di hitung-hitung, sangat sedikit sekali.

Reno menggaruk kepalanya, kebingungan juga merasa geli karena sudah sejak lama ia berjongkok di depan Sharen tapi Sharen tak juga ingin membuka matanya. Mungkin memang dia yang terlalu memforsil Sharen untuk menyeimbanginya. Oh Reno, bukan mungkin lagi. kau memang-memang memforsil istrimu! Dan lihat sekarang, ia tidak mau bangun. Bahkan mungkin tidak bisa bangun saking kelelahannya.

"Papaaaa! Haru laper." Suara Haru dari luar membuat Reno berdiri, melirik sebentar ke arah Sharen, menimbang-nimbang sesuatu dan akhirnya ia keluar dari kamar, membiarkan Sharen untuk tidur lebih lama lagi.

"Papaaa!" Haru berteriak lagi, membuat Reno mempercepat langkahnya dan berteriak juga, "Ya, sayang sebentar!"

Kemudian ia pergi ke dapur, menyiapkan sarapan untuk Haru. seperti kegiatannya sebelum menikah dengan Sharen. dia membuat Sharen kelelahan karena menerima perlakuannya, maka hari ini dia juga membuat dirinya lelah akibat perlakuan dirinya pada Sharen.

"Mama belum bangun?" Haru menggigit rotinya dengan malas, menatap ayahnya dengan kerutan di keningnya karena tak mendapati ibunya di sampingnya.

"Belum, mama cape."

"Emang mama habis ngapain papa?"

"Mama habis ma―"

Hampir saja Reno mengatakan pada Haru bahwa ibunya capek karena bermain. Oh, bisa bocor kata bermain itu pada neneknya atau Mushkin lewat mulut Haru, lalu Reno dan Sharen tidak akan bisa selamat dari lautan rasa malu yang menenggelamkan mereka. Oho, tentu tidak. Untung saja ia masih bisa berpikir.

"Ma? Ma apa papa?" Tanya haru polos. Beginilah, kalau berbicara pada anak kecil harus sangat jelas agar tidak menimbulkan sebuah pertanyaan berlanjut atas apa yang telah di ucapkannya.

"Mamama mama yukero.. mama yukero!!"

Haru tiba-tiba saja tertawa dengan keras ketika ayahnya bernyanyi dengan memasang muka super konyolnya dan gerakan tangannya yang sangat menggelikan. Oh astaga, Reno ingin menertawkan dirinya sendiri. Kalau begini, ia lebih konyol dari Mushkin yang banyak bicara.

"Papa Lucu.." Haru masih tertawa, cekikikan atas tingkah ayahnya. Kemudian tiba-tiba tawanya berhenti.

"Papa, kemarin Haru bermain bersama Jino." Ucapnya kemudian. Reno sudah kembali memakan sarapannya, kini ia diam mendengarkan anaknya bercerita.

"Ada adiknya Jino, lucu. Pipinya bessyaar!" Haru mengembungkan pipinya, ingin menunjukkan pada ayahnya seberapa besar pipi adiknya Jino sehingga membuat ayahnya tertawa.

"Gak usah begitu sayang, nanti muka Haru pegel." Ucap Reno seraya mengelus lembut rambut anaknya. Haru kembali terkikik. Kemudian menatap ayahnya lagi.

"Kata oma, papa sama mama mau kasih adik ke Haru! Haru mau papaa.. Haru mau punya adik, biar punya teme main. Sama kayak Jino." Riangnya. Reno tersenyum tipis. Adik? Mendadak sebuah pikiran terlintas dalam benaknya, kemudian ia menepisnya jauh-jauh.

Meminum air putihnya, Reno menggendong Haru untuk mengantarnya ke rumah Sharen. hari ini memang mereka berencana untuk menginap di rumah Sharen karena renovasi kamar Haru, tetapi sepertinya Reno harus menjauhkan dulu Haru dari Sharen, karena hari ini Sharen benar-benar kelelahan dan Reno tidak mungkin membiarkannya menjaga Haru. jadi sebaiknya, Haru di titipkan dulu pada ibu mertuanya sementara Sharen mengistirahatkan dirinya.

Will You be Mother for my Daughter? - 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang