"Terimakasih karena sudah mengikuti Seminar hari ini, semoga apa yang telah di sampaikan oleh pembicara bisa berguna untuk rekan sekalian"
Suara pembawa acara yang dibarengi dengan riuh tepuk tangan merayap melalui telingaku. Aku ikut bertepuk tangan dengan sangat kencang, merasa bersemangat dan begitu bahagia karena akhirnya seminar ini telah selesai di laksanakan. Aku melepaskan hubungan antara pantatku dengan kursi empuk disini, sedikit membenahi penampilanku dan mengambil tiga kotak bekas konsumsi untuk aku buang.
"Ren, cepetan dong!" Icha menarik tanganku dan menyeretku dengan cepat. Sejak tadi saat seminar ini dimulai Icha terus saja mencekokiku dengan berbagai macam kata-kata yang mengarah pada pujiannya untuk pemilik hotel mewah ini. Katanya pemilik Hotel ini masih muda dan sangat tampan, hotel ini juga benar-benar amazing sekali. Untuk itulah dia sekarang menyeretku dengan cepat, katanya ingin membawaku berkeliling disini. Itu juga kalau bisa kita berkeliling, memangnya ini hotel punya dia?
"Sharen, ayo dong! Kenapa lelet banget sih!" Icha menarik tanganku lagi dan menyeretku lebih cepat. Aku hanya bisa mendengus ke arahnya "Ya sabar dong cha, aku kan bawa kotak-kotak ini" Menunjukkan tiga kotak itu, aku segera melepaskan diriku dari Icha saat aku melihat tong sampah di pintu studio ini. Setelah memasukkan sampah-sampah itu, aku kembali pada Icha yang sudah menggerutu sejak tadi. "Ayo, mau kemana jadinya?" Tanyaku.
"Kita jalan-jalan aja, tapi. Aduh, aku pengen pipis dulu. Sebentar ya ren?" Aku mendelik tajam ke arah temanku yang satu ini saat aku mendengarnya berbicara. "Ya ampun cha!"
"Sebentar aja! Ya?" dan sebelum aku memberikan jawabanku padanya, dia sudah lari terbirit-birit meninggalkanku seorang diri. Bagus! Bagus sekali, dasar emang sudah nasibnya begini. Gak keluarga, gak temen. Sama aja! Aku jadi inget waktu tiga hari yang lalu di Floating Market, waktu tante Neni bertindak semena-mena padaku. Masih ngenes sebenernya, tapi apa hendak di kata.
Bicara soal tiga hari yang lalu, aku sebenarnya ingin menyanyikan lagunya Geisha-Lumpuhkanlah Ingatanku kalau ingat apa yang terjadi disana. ha! Baiklah, seorang anak yang aku tolong ternyata ayahnya yang sempat aku idamkan, haha menyedihkan sekali sebenarnya. Apa aku terlalu lama sendiri sehingga membuatku seperti itu? Siapapun yang aku lihat, aku suka? Termasuk seorang bapak-bapak! Catat! Bapak-bapak!
Tapi untuk pria yang waktu itu, dia tidak seperti bapak-bapak. Dari dekat aku perhatikan dia malah terlihat seperti om anak itu, dan wajahnya juga masih begitu segar dan tampan, dan muda. Astaga. Cukup Sharen cukup! Lupakan itu semua. Apa kamu tidak ingat saat dia mengulurkan tangannya padamu kamu malah berkata bukan Muhrim dan segera pergi? Ha!
Baiklah-baiklah, lupakan dia. Lupakan dia. Dia hanya orang asing yang kebetulan saja aku melihatnya dan aku juga selama tiga hari ini sudah berdo'a bersujud dan bersimpuh pada Tuhan untuk tidak pernah mempertemukan kami lagi di masa depan. Baiklah, lupakan itu! Aku sudah mengatakan lupakan tapi kepalaku terus menerus mengingatnya. Hapus.. hapus sharen hapus ingatan itu. Aku butuh pengalihan saat ini, pengalihan dari pikiran-pikiran yang—oke aku tidak mau mengakuinya.
Icha masih belum terlihat dan pintu studio ini sudah mulai sepi. Aku jadi menunggu seorang diri disini, kan ga enak juga. Rasanya terasa sekali kalau hidupku benar-benar sendiri dan kesepian. Hiks
Aku memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar sini, pintu keluar studio hotel ini menyambungkan studio dengan lobby. dan disinilah aku, di atas lantai marmer dalam lobby hotel yang mewah dan menatap sebuah tulisan besar bertuliskan 'PALEO HOTEL' tepat di belakang meja Front Office. Aku berani bertaruh, nama hotel ini pasti diambil dari nama purba. Megantropus Paleo Javanicus! Mudah sekali di tebak! Aku berani mempertaruhkan hidupku untuk nama hotel ini. Malaikat-malaikat pencatatku, tolong catat ini baik-baik. Demi nasibku yang sekarang begitu menyedihkan karena kesepian, aku mempertaruhkan diriku untuk nama hotel ini. Jika benar namanya sesuai tebakanku, aku bersedia menikah dengan pemilik hotel ini. Jika salah, aku tidak bersedia terus kesepian tapi aku bersedia untuk mengabdikan diriku pada hotel ini. Siapa tahu pengabdianku berbuah cinta. Hahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
Will You be Mother for my Daughter? - 1
RomanceBagaimana jika aku menjadikanmu satu-satunya wanita dalam hidupku? Bagaimana jika kau juga menjadikanku lelaki satu-satunya dalam hidupmu? Lalu.. Bagaimana jika kita satukan tujuan hidup kita bersama? Bagaimana jika Kita jadikan s...