Sharen duduk di depan meja rias dengan perasaan gugup. Tinggal menghitung menit untuknya keluar dari ruangan ini dan melihat seorang pria yang akan menjadi suaminya.
Kebaya putih sudah menempel di tubuhnya, keindahannya bersaing dengan riasan pada wajahnya yang membuat ia benar-benar sangat cantik.
Sharen benar-benar berbeda, berulangkali ia menatapi dirinya di depan cermin. Gadis cantik di hadapannya, seorang pengantin wanita yang sedang menunggu saat-saat pengucapan janji oleh calon suaminya.
Jantungnya berdebar sangat kencang. Reno, pria itu.. bagaimana penampilannya?
Seminggu ini ia sama sekali tidak bertemu dengan Reno karena pengantin harus di pingit. Ia bahkan cuti dari Daycare dan klinik, semua karena ibunya dan ibu Reno yang mengatakan kalau anak gadis perasaannya selalu berkecamuk menjelang hari pernikahannya.
Tidak bertemu, tidak pula menelpon. Ia benar-benar merasa putus hubungan dengan Reno. Hanya Haru yang bertemu dengannya.. bahkan, kakak Reno pun ia belum melihatnya karena kakak Reno sedang berada di luar kota dan tidak bisa hadir ketika acara perkenalan keluarga. Tetapi hari ini calon kakak iparnya berjanji akan datang. Jantung Sharen semakin berdetak dengan cepat. Seperti apa kakaknya Reno yang sesungguhnya? Apa seramah Reno atau se heboh ibunya Reno? Atau mungkin gabungan antara keduanya?
"Ya ampun.. Sharen, gue ga akan pernah bisa lupain wajah lo sekarang seumur hidup gue. Sumpah.. lo. Cantik. Banget!" Icha tiba-tiba saja masuk dan menatap kagum Sharen yang sedang terduduk.
"Makasih cha.." Tukasnya. Icha mengangguk. Kemudian ia meraih kedua tangan Sharen dan menggenggamnya dengan erat.
"Gue gak nyangka, tiba saatnya dimana gue nganterin lo menuju masa depan lo. Ya ampun Sharen, perasaan baru kemarin kita iseng pencet bel rumah orang pas SD.. sekarang lo udah mau nikah aja!" Mata Icha tiba-tiba saja berkaca-kaca, dan Sharen menatapnya dengan tatapan yang sama. Gadis itu juga matanya berkaca-kaca, sekali ia berkedip, air matanya akan jatuh begitu saja.
"No, pengantin gak boleh nangis! Make up lu mahal sayang." Icha mengusap wajah Sharen dengan lembut.
"Makasih Cha.. gue.." Sharen menghentikan ucapannya. Dia..
Ada sebuah perasaan yang timbul dalam hatinya, entah apa itu. Membuatnya kebingungan menalarkan rasa itu untuk dirinya sendiri.
"Cha.. gue pasti bisa kan? Hidup berumah tangga memang sulit, tapi gue bisa laluinnya kan Cha?" Tanya Sharen. Gadis itu butuh keyakinan, ia butuh dukungan untuknya menguatkan tekad di dalam hatinya.
"Lo.. pasti bisa.. lo gak sendiri Sharen, ada Reno. Kalian harus bisa jalanin semua ini bersama."
"Makasih Cha, lo memang sahabat gue yang terbaik."
"Nah, kalau begitu. Ayo kita keluar. Semua udah nunggu."
********
"Saya terima nikah dan kawinnya Sharen Ismayanti binti Agus dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas sebesar dua puluh empat gram dibayar tunai."
Reno mengucapkannya dalam satu tarikan nafas. Penuh dengan keyakinan dan tanpa keraguan sedikit pun. Dua puluh empat gram untuk mas kawin adalah lambang dari hari lahir Sharen yaitu tanggal dua puluh empat. gabungan dari Reno tanggal dua puluh dan Haru tanggal empat.
Semua orang yang berada disana saling memandang satu per satu kemudian semuanya berkata 'Sah' dan akhirnya, Reno dan Sharen resmi menjadi sepasang suami istri.
Reno membuang nafasnya, menyingkirkan seluruh kegugupan yang membelenggunya sejak tadi. Sharen disampingnya tersenyum dalam diamnya.
Begitu Reno mengucapkan janji itu, itu berarti seluruh tanggung jawab dalam hidup Sharen berada di atas pundaknya. Ia sudah menjadi sebuah kepala keluarga, ia menjadi seorang pemimpin dimana di belakangnya akan selalu ada orang yang mengikutinya. Baik buruknya, mereka harus menerimanya. Sulit atau pun mudahnya, mereka harus melewatinya bersama-sama. Karena sekarang bukan aku dan kamu lagi, tapi mereka sudah menjadi kita. Sudah bukan saling sendiri lagi tetapi sudah bersama-sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will You be Mother for my Daughter? - 1
RomanceBagaimana jika aku menjadikanmu satu-satunya wanita dalam hidupku? Bagaimana jika kau juga menjadikanku lelaki satu-satunya dalam hidupmu? Lalu.. Bagaimana jika kita satukan tujuan hidup kita bersama? Bagaimana jika Kita jadikan s...