PART 12 | Entahlah... - RENO

224K 14.5K 376
                                    

Sejak memindahkan Haru ke ruang tamu, aku diam saja sementara Haru terus menerus menangis meminta untuk bertemu dengan tante Sharen nya. Matanya sudah membengkak sekarang, rambutnya acak-acakkan dan mainannya berantakan bahkan buku ceritanya ada beberapa yang sobek. Anakku kacau sekali, dia sudah seperti korban penganiayaan saja. Astaga, mirisnya.

Aku sudah lelah membujuknya. Mengatakan ini dan itu tetapi Haru tetap tidak mau dan keukeuh ingin Sharen. Lalu apa yang bisa aku lakukan? Menelpon Sharen? Tidak! Menyusul Sharen ke rumahnya? Oh itu lebih konyol lagi. hal tersebut tidak akan pernah aku lakukan. Kenapa? Aku pun tidak tahu. pokoknya aku tidak mau melakukannya.

"Haru mau nangis terus? Terserah Haru. papa cape!" Ucapku, tegas padanya. Haru sedikit ketakutan melihatku dan tangisnya malah makin kencang. Sekarang ia duduk di lantai dengan kakinya yang bergerak-gerak dan suara teriakannya yang memekakkan telinga. Haru benar-benar mengamuk, dan ini kali keduanya mengamuk dahsyat seperti ini.

Pertama adalah ketika aku tidak memperbolehkannya membawa Honey ke rumah dan Haru mengamuk lama sekali. Terus-terusan menangis dan tidak mau berbicara padaku beberapa hari, ia berhasil berbicara kepadaku ketika aku mengancam akan memasukkan Haru ke kandang honey dan menyuruhnya untuk hidup bersama Honey.

Kejam memang, tapi bagaimana lagi. aku adalah seorang ayah, seorang pria yang mau bagaimanapun berusaha, kesabaranku tidak akan sekuat wanita dan seorang ibu.

Terlebih sekarang, aku baru merasakan lelah yang mendera tubuhku dan benar-benar ingin istirahat, tetapi Haru malah menangis dan mengamuk seperti ini. bukan ini yang aku mau, sungguh.

Aku memutuskan untuk berjalan dan masuk ke dalam kamarku, meninggalkan Haru seorang diri di ruang tamu. Biar saja, nanti juga berhenti, nanti juga dia capek sendiri, dan nanti juga dia tidur.


*****


BUUUGHHH!!!!

Aku terperanjat dalam tidurku saat mendapati sebuah bantal mendarat begitu keras di kepalaku. ASTAGA! Siapa yang berani-beraninya berbuat seperti ini padakuu!!!!

Dengan cepat aku bangkit dari tidurku dan membuka mataku. Saat penglihatanku begitu jelas terbuka, mama berdiri di depanku dengan mata melototnya yang aku yakin bola matanya sudah siap meloncat padaku.

"Ma―"

BUGGHHH

"Aww! Ma.. sakit maa.."

"Sakit. Sakit! Kamu yang sakit Reno! Apa-apaan, kamu biarin Haru nangis sendirian sampe muntah sementara kamu enak-enakan tidur disini?" Mama memukulku dengan kencang seraya memarahiku. Tunggu dulu, Haru muntah? APAAAA?

"MUNTAAH?!"

"Iya. M U N T A H!!!!" Pekik mama. Aku terdiam, dan dalam hatiku merasakan sesak yang luar biasa. Astaga, aku tidak memikirkan kemungkinan Haru muntah kalau ia terus menangis. Ya Tuhan..

"Sekarang Haru mana ma?" Aku segera bangkit dan hendak keluar dari kamarku, tapi mama menghalangiku dan dengan tas kulit buaya nya mama mendorong tubuhku sampai aku terjungkal kembali ke atas kasur. Bahkan kepalaku terbentur kepala ranjang. Bagus, siksa saja aku mama!

"Setelah melakukan semuanya, kamu tanya Haru dimana? Astaga! Mana otak kamu RENO!! Kalau kamu gak bisa ngurus Haru sendiri, sudah mama bilang cari baby sister! Sekarang baru kerasa kan susahnya!" Hah. Mama bahas hal itu lagi, dan aku paling tidak suka ketika topic ini di angkat ke permukaan.

"Reno bisa kok ma, selama ini juga Reno bisa kan?"

"Kalau bisa, kamu gak akan biarin Haru nangis sampe muntah begitu. Apa salahnya sih Reno, kamu turutin maunya Haru."

Will You be Mother for my Daughter? - 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang