Robot Number One. Hit the switch and turn me on.
Robot Number One. We're gonna have some fun.
Robot Number One. Hit the switch and turn me on.
Robot Number One. We're gonna have some fun.
Have some funKembali pada rutinitasnya yang biasa, Rabu siang ini Haru bernyanyi seraya meloncat-loncat di ruangan ayahnya. Tadi pagi Sharen, dan Haru meluangkan waktu bersama untuk berkunjung ke Daycare, Haru bermain sebentar disana kemudian satu jam yang lalu, sebelum Hi-5 mulai, Haru merengek ingin pulang tetapi Reno menelpon Sharen dan pada akhirnya mereka berakhir disini, di hotel.
Reno menatap anaknya dengan senyuman di wajahnya, Sharen di hadapannya sedang mempersiapkan makan siang mereka yang dipesan oleh Reno beberapa saat yang lalu.
"Mama telpon aku.." Sharen membuka suaranya, membuat Reno menolehkan kepalanya. tangannya mengambil kentang goreng yang sudah ada di piring dan memakannya.
"Apa katanya?"
"Mama minta maaf, katanya mama kangen banget sama Haru." Ujar Sharen. reno tersenyum mirig, mengambil kembali kentangnya dan memakannya.
"Bilangin mama, kalau mau ketemu Haru hubungin aku." Perintahnya. Sharen hanya bisa tersenyum geli mendengar ucapan Reno barusan. Beberapa hari ini Haru sengaja di jauhkan dari jangkauan neneknya dan Mushkin, karena ucapan polos Haru tempo hari mengenai kata-kata yang tidak pantas di ucapkan oleh anak seusianya. Tapi sebenarnya Sharen tidak mempermasalahkan itu, ia justru sangat terhibur dan wajar saja jika Haru mengatakannya, dia anak yang pintar dan cepat tanggap, apapun cepat ditangkap olehnya, termasuk kata-kata aneh. Walau sebenarnya, memang salah Mushkin dan neneknya juga yang berbicara sembarangan di hadapan Haru, tapi menurutnya tidak apa-apa kalau Haru bertemu mereka, lagipula kata-kata itu juga akan Haru lupakan seiring berjalannya waktu. Oh tetapi suaminya yang tampan sangat keras kepala dan belum membuka pintu maafnya untuk ibu dan sahabatnya. Reno tetap bersikukuh, pada keputusannya untuk menjauhkan Haru dari mereka berdua. Dan yah, sekarang Haru kembali dibawanya ke kantor, dan karena Sharen ibunya dan istri Reno, ia pun selama beberapa hari ini ikut datang ke kantor.
Reno bekerja, Haru bermain, sementara dia duduk kebosanan dengan ponselnya atau game di laptop Reno. Kalau ada Reno memang mereka menghabiskan waktu berdua, tetapi ketika Reno sibuk, Sharen mati kebosanan. Seandainya saja Haru bisa membuat ayahnya amnesia dan melupakan pertanyaan polosnya tempo hari. hhh, sayangnya tidak bisa.
"Haru, makan dulu sini!" Sharen melambaikan tangannya pada Haru yang masih sibuk bernyanyi dan menari. Putri kecilnya itu melirik ke arah TV sebentar, kemudian berlari menuju Sharen dan duduk di samping Reno. Mata bulatnya mengerjap polos pada ayahnya yang sedang asik memakan kentang.
"Kenapa sayang?" Reno mencium bibir Haru sekilas, tertawa melihat anaknya menatapnya dengan tatapan seperti itu.
"Kata oma kan papa belah duren, sekarang durennya mana papa! Haru mau makan duren." Ucap Haru polos. Mata Reno terbuka dengan lebar dan kedua bolanya sudah siap untu meloncat-loncat keluar. ASTAGAA!! BELAH DUREN LAGI??!
Reno mengeram, menahan kesalnya karena ucapan Haru. beberapa hari ini hal itu saja yang ditanyakan Haru padanya, membuatnya semakin kesal pada ibu dan sahabatnya, dan kesal pada Sharen juga tentunya. KENAPA HALANGANNYA LAMA SEKALI! Itu hal yang ingin dia teriakkan pada Sharen. setiap Haru menanyakan belah duren, belah duren, Reno memikirkan arti kata itu dan berharap dalam hati bahwa ia bisa segera melakukannya. Ya ampun, penderitaannya kembali terjadi!
"Haru, tidak bilang begitu ya. kalau Haru bilang seperti itu lagi, nanti Jino marah, gak mau main sama Haru."
Reno memutar matanya, merasa muak karena harus menyebut nama bocah kecil yang menjadi saingannya dalam hidup Haru, dan diluar dugaan. Ternyata Haru malah menganggukkan kepalanya dan menurutinya kemudian memakan makanannya dalam diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will You be Mother for my Daughter? - 1
RomanceBagaimana jika aku menjadikanmu satu-satunya wanita dalam hidupku? Bagaimana jika kau juga menjadikanku lelaki satu-satunya dalam hidupmu? Lalu.. Bagaimana jika kita satukan tujuan hidup kita bersama? Bagaimana jika Kita jadikan s...