Sharen tak henti-hentinya merutuki dirinya ketika perasaan menyesal tumbuh dan berkumpul menyerangnya. Demi Tuhan, kenapa ia malah langsung menerima lamaran dari Reno? kenapa ia tidak mengatakan pada pria itu kalau ia membutuhkan sedikit waktu untuk berpikir, setidaknya buat Reno bersungguh-sungguh dan meyakinkannya, setidaknya juga ia perlu untuk berpikir kan?
Tetapi semua sudah terlambat. Ia sudah menerima Reno begitu pria itu mengatakan maksudnya. oh Tuhan, kalau langsung mau begitu, kesannya Sharen.memang smgat menginginkan Reno dan.mendambakannya sejak lama. Harus ia taruh dimana mukanya? Sharen malu, sungguh.
Dengan mengatur detak jantungnya, Sharen berusaha untuk bersikap biasa saja dan membuka pintu rumahnya dengan cepat. Ia pulang lebih dulu tadi, mengatakan bahwa ada bimbingan mendadak dari dosennya. Jelas sekali kalau Sharen berbohong, kemarin ia sudah sibuk bimbingan dan hari ini adalah jadwal bebasnya. Rencananya juga hari ini ia akan menghabiskan waktunya untuk ulangtahun Haru dan bersama anak-anak di Daycare. Tetapi setelah ungkapan dari maksud Reno padanya, niatnya luntur tak bersisa. Ia benar-benar sangat malu, ketika Reno memaksa ia untuk menjawabnya dengan jelas, Sharen mengatakannya dengan keras, dan seluruh gerbong ternyata mendengarnya. Jika begitu, apa lagi yang bisa membuat dirinya diam dengan muka datar di antara mereka? Sudah cukup Reno membuatnya malu habis-habisan, jangan yang lain lagi.
"Ehm, kok udah pulang lagi?" Sarah―ibu Sharen berdiri di ruang tamu dengan muka yang berseri-seri.
"Cape ma, Sharen mau istirahat."
"Oh, jadi bimbingan itu istirahat ya?" Sarah tersenyum dengan senang begitu Sharen menatapnya tak menyangka. Anaknya pasti kebingungan, tahu darimana ia mengenai Sharen yang pergi bimbingan.
"Reno tadi telpon mama, katanya dia abis lamar kamu secara pribadi. Yah, lamarannya di terima tapi kamu malu banget. Dia bilang sih kamu pulang duluan karena mau bimbingan, tapi dia juga bilang ke mama mungkin kamu bohong, makanya dia nyuruh mama jangan nanya apa-apa kalau kamu pulang." Jelas Sarah. Sharen menahan rasa kesalnya untuk Reno. Dasar! Pria itu, bisa-bisanya dia menelpon ibunya dan malah mengatakan semuanyaaaa?
"Kalau dia nyuruh mama ngomong ya harusnya mama gak ngomong!"Dengan kesal, Sharen menghentakkan kakinya dan berjalan cepat menuju kamarnya. sarah tertawa di tempatnya. "Setelah ini kamu bakal lebih malu lagi sayang!" Teriaknya.
"Ah mama dieeeeem!!!!"
*******
"Gila lu No! lu langsung lamar dia?" Mushkin berjalan cepat dari dapur rumahnya menuju sofa dimana Reno sedang duduk.
"Abisnya gimana Mus, lu tau sendiri waktu gue ngulurin tangan gue, dia malah bilang bukan muhrim! Mau taro dimana muka gue kalau gue ngajak dia pacaran." Reno menyeruput kopinya dengan santai, Haru bermain bersama neneknya dan ia memutuskan untuk mengunjungi Mushkin di rumahnya. Mereka berdua sama-sama sedang libur hari ini. Reno meliburkan dirinya, sementara Mushkin mengatakan kalau ia sakit. Tapi sebenarnya ia baik-baik saja, tidak terlihat sakit.
"Ya tapi elo udah yakin Reno?"
"Seratus persen!"
"Ya Tuhan, kemarin-kemarin lo masih ragu pe'a!"
"Gue minta petunjuk Mus, yah.. Alhamdulillah petunjuknya baik, jalan gue juga baik kan." Reno tersenyum dengan sangat manis begitu mengucapkannya. Mushkin mencibir ke arahnya. "Dasar so' ustadz lu!"
"Makanya lo cepetan cari calon, gue udah mau dua kali nikah Mus. Masa lo pacar aja belum punya."
"Sialan lu ya! mentang-mentang diterima lamarannya, baru juga kemarin-kemarin galau, ragu, eh ternyata hasrat terpendam lu gak bisa mentolerir keraguan lo. Hahaha."
KAMU SEDANG MEMBACA
Will You be Mother for my Daughter? - 1
RomanceBagaimana jika aku menjadikanmu satu-satunya wanita dalam hidupku? Bagaimana jika kau juga menjadikanku lelaki satu-satunya dalam hidupmu? Lalu.. Bagaimana jika kita satukan tujuan hidup kita bersama? Bagaimana jika Kita jadikan s...